"Libur kapan sih?"
Jitakan mendarat di kepala Arya, belum ada satu bulan mereka sekolah disini, anak itu sudah menanyakan tentang hari libur.
"Kalo mau libur terus, mending nggak usah sekolah sekalian," sinis Melvin, si pelaku.
"Ntar lo ga bisa ketemu gue kalo gue nggak sekolah," kata Arya mengedipkan mata kanannya.
"Gue malah tenang nggak ada yang berisik!"
"Ah, yang bener?"
"Lo mau gue pukul?"
Dengan mata melotot Melvin mengambil ancang-ancang seperti akan memukul Arya yang masih menggodanya.
"Tunda dulu, Kai nelpon nih."
Arya memperlihatkan layar ponselnya yang ada panggilan dari Kaivan, Melvin mendengus kasar lalu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena Arya.
Saat ini mereka berada di gudang gedung asrama untuk mencari meja belajar yang masih layak di pakai, sebenarnya bisa saja ia membelinya tetapi selagi masih ada yang bisa digunakan kenapa tidak. Kalaupun ia harus membeli, yang bertanggung jawab membayar itu Arya, karena dia yang sudah merusak meja belajarnya. Entah apa yang telah Arya buat, saat Melvin masuk ke dalam kamar ia sudah menemukan meja belajar yang terbelah menjadi dua dengan Arya yang mencoba menyatukan meja belajar itu dengan isolasi.
Sesampainya mereka di gudang, mereka menemukan banyak sekali meja-meja atau ranjang yang sudah rusak, entah itu sudah kropos atau berkarat. Sudah hampir setengah jam mereka berada di gudang, belum juga menemukan benda yang mereka cari. Kebanyakan meja di sini sudah tak layak pakai.
"Udah nemu belom?" tanya Arya tiba-tiba sudah berada di belakangnya, Melvin tersentak kaget karenanya.
"Ngagetin aja lo," gumam Melvin yang masih bisa di dengar oleh Arya karena ruangan yang sangat sunyi. Mereka melanjutkan pencariannya hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, waktunya makan malam di kantin asrama.
"Beli aja lah, gue ganti beneran!" kata Arya yang tak kunjung menemukan meja belajar yang benar-benar layak, ia melirik Melvin yang masih setia mencari.
"Sayang duitnya," balas Melvin.
Tangannya menarik kursi-kursi yang menutupi meja yang Melvin kira masih layak untuk dipakai, tapi naasnya kursi-kursi itu sangat berat untuk diangkat, seperti terikat oleh tali yang sangat erat. Ia meminta bantuan Arya untuk membantunya menarik kursi-kursi itu. Padahal dari pandangan Arya kursi itu terlihat ringan, tetapi saat mencoba mengangkat ternyata sangat berat.
Usaha yang mereka kerahkan bersama, berujung tak sia-sia. Sedangkan Melvin tak sadarkan diri setelah melihat apa yang ada didepan nya itu, membuat Arya dirundung panik karena kakak kelasnya yang tiba-tiba pingsan dan ambruk di lantai yang kotor penuh akan debu.
Dengan sisa-sisa tenaganya, Arya membawa Melvin di pundaknya, mereka keluar dari gudang setelah memastikan ia mengunci gudangnya dengan aman sebelum nanti kunci itu dikembalikan ke penjaga asrama ini.
"Gara-gara panik sih, kan gue jadi gatau apa yang lo liat tadi," dumel Arya yang berjalan ke kamar asramanya dengan Melvin yang masih tak sadarkan diri.
"Gue harus bawa lo ke kamar apa UKS, njir? jawab napa elah," oceh Arya yang tak mendapat jawaban apapun dari Melvin.
"Untung lo pendek, kecil, coba kalo Kaivan, encok pinggang gue." Lagi-lagi Arya mengoceh sendiri yang untungnya koridor sedang sepi karena anak-anak lain sedang makan malam di kantin asrama, Arya jadi lapar.
Arya melempar Melvin di kasur nya tanpa memperdulikan jika kepala Melvin yang terpentok headboard hingga menimbulkan bunyi yang sedikit keras, tangannya mengetuk-ngetuk hidung karena Arya tidak tahu harus berbuat apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince [ hiatus ]
FantasyKaivan Tarachandra, nama Putra Mahkota dari Raja Rafandra dan Ratu Devina yang hilang lima belas tahun silam. Kaivan hanya remaja biasa yang cukup banyak dikenal oleh orang-orang di tempat tinggalnya, setidaknya sebelum dua orang yang seumuran deng...