Kaivan merasa bahagia saat ini, sangat. Melihat adik-adiknya begitu senang bermain dengan ombak pantai yang tentunya diawasi oleh Dipta dan Garvi.
Mereka terlihat sangat antusias untuk bermain dengan ombak, membuat istana pasir ataupun berjalan diantara batu karang yang menjadi rumah para hewan laut.
Pilihannya untuk mengajak mereka ke tempat ini tidak salah, mereka benar-benar menikmatinya.
"Mereka kaya baru pertama kali ke pantai dah," celetuk Arya.
"Ya emang," balas Kaivan.
"Kasian bener adek-adek lo," sahut Arya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi kasihan.
"Mau gimana lagi? mereka masih kecil, belum bisa jaga diri," kata Kaivan.
Sebenarnya ia juga merasa kasihan pada adik-adiknya, saat ini mereka tidak bisa bebas berkeliaran karena masih kecil dan setelah besar nanti pun mereka juga tidak akan sebebas itu meskipun bisa jaga diri.
Beruntung Kaivan tumbuh dengan bebas selama belasan tahun ini, jadi ia sudah tahu banyak hal tentang dunia luar.
"Lo jadi abangnya sering ajak mereka main lah," usul Arya.
Kaivan berdecak kesal. "Terus selama ini gue ngapain? hampir tiap weekend gue ajak mereka keluar, monyet!"
"Wah, kasar bener lo sama rakyat sendiri."
"Bacot lo!"
"Aaa adek atut!"
Kaivan bergidik ngeri melihat Arya yang bertingkah seperti banci lampu merah, ini bukan sekali-duakali laki-laki itu bertingkah seperti ini, tapi tetap saja Kaivan selalu dibuat merinding.
"Kakak!" panggil Faleesha yang membuat Kaivan sontak melihat ke arah adik perempuannya.
"Sini main sama Shasha!" ajak anak itu sembari melambai-lambaikan tangannya ke arah Kaivan.
Si sulung yang mendengar ajakan adiknya pun menghampirinya dan ikut bermain ombak pantai.
Mereka bermain di pantai hingga matahari mulai turun dan membuat warna langit menjadi jingga, ke empat remaja dan dua anak kecil itu duduk berderetan sembari menatap senja.
"Seneng nggak?" tanya Kaivan pada kedua adiknya.
"Seneng dong!" balas Falesha.
"Besok mau kesini lagi? apa ke tempat lain?" tanya Kaivan lagi.
"Pantai!"
"Oke, habis ujian sekolah kita kesini lagi," putus Kaivan yang membuat kedua adiknya itu bersorak senang, Arya pun ikut bersorak untuk meramaikan suasana.
Setelah puas bersenang-senang di pantai, mereka memutuskan untuk pulang karena hari sudah gelap. Namun sebelum pulang, Arya meminta untuk mampir ke rumahnya dulu.
Kaivan menganggukkan kepalanya setuju karena ia juga merindukan suasana di desa itu, terlebih lagi masakan Bunda.
Jarak dari pantai ke desa tempat tinggal Arya tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja saat menggunakan kendaraan roda empat.
Begitu sampai di desa tempat tinggal Arya, beberapa orang terlihat melihat ke arah mobil mereka. Tentu saja bukan karena mereka norak, melainkan karena Arya yang membuka jendela mobilnya dan menyapa semua orang.
Hingga akhirnya, mobil yang mereka kendarai sampai di depan pekarangan rumah dua lantai yang lumayan besar, halaman rumah yang luas dan dipenuhi dengan tanaman membuat siapa saja akan betah tinggal disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince [ hiatus ]
FantasíaKaivan Tarachandra, nama Putra Mahkota dari Raja Rafandra dan Ratu Devina yang hilang lima belas tahun silam. Kaivan hanya remaja biasa yang cukup banyak dikenal oleh orang-orang di tempat tinggalnya, setidaknya sebelum dua orang yang seumuran deng...