Decitan suara pintu yang baru saja terbuka membuat seseorang yang berada di ruangan itu mendongak, ia menatap orang yang baru saja menutup kembali pintu itu dengan tatapan tak bersahabat.
"Halo," sapa orang yang membuka pintu tadi dengan nada yang ramah, orang yang berada di ruangan itu nampak tak acuh dengan sapaan orang yang tak dikenalinya itu. Wajah orang itu tertutup masker dan topi yang dikenakannya.
"Ahh saya lupa mulut anda di jahit."
Orang bertopeng itu berjalan mendekati pria yang berada ditengah - tengah ruangan dengan kedua tangan dan kedua kakinya di rantai, tangan orang bertopeng itu menjambak rambut pria yang diikat saat pria yang diikat itu mengalihkan pandangannya darinya.
Bunyi teriakan yang tertahan itu memenuhi ruangan, banyak darah yang keluar dari hidung pria yang diikat itu. Ah, pasti di dalam mulut pria itu juga banyak darah yang meminta untuk dikeluarkan. Sayang sekali mulut pria itu dijahit.
"Bos anda menjahit mulut kalian agar kalian tidak membocorkan identitas dia yang sebenernya, huh? pintar sekali."
Orang bertopeng itu mengukir sebuah gambar abstrak di dahi pria itu dengan pisau kecilnya, ia juga mengukir dibeberapa tempat dan memberikan sedikit sayatan yang membuat ukirannya tampak indah di matanya.
"Ah indah sekali," ujarnya dengan wajah yang berseringai di balik topengnya.
Pria itu mencoba melawan, tapi apa boleh buat jika gerakannya sangat terbatas karena rantai yang mengikat kedua tangan dan kakinya itu sangat berat untuk digerakkan. Hingga akhirnya ia kehabisan tenaga dan hanya bisa pasrah saat menyadari orang bertopeng itu mengarahkan senjata api tepat di kepalanya.
"Say goodbye to the world," ucap orang bertopeng itu bersamaan dengan suara tembakan yang menggema di ruangan itu.
________
"Ah sial gue mau muntah!"
Kaivan langsung keluar dari sana dan tak menghiraukan teman - temannya yang memanggilnya dengan bisikan yang sedikit keras agar tak mengganggu penonton yang lain.
Lebih baik Kaivan tak ikut jika ia tahu apa yang akan mereka tonton seperti itu. Ah, pasti nanti malam ia akan terbayang - bayang dengan kejadian tadi.
Ia melangkahkan kakinya ke arah toilet, sesampainya di sana, Kaivan langsung mencuci wajahnya agar bayangan itu cepat menghilang dari pikirannya. Ia menatap wajahnya yang terlihat sedikit pucat di kaca toilet, Kaivan menggeram marah.
Lihat saja nanti, ia akan membalas dendamnya ke Arya yang tadi bersikeras mengajaknya ke sini untuk menonton film dengan teman - teman baru mereka. Bukan, lebih tepatnya teman - teman baru Arya.
Kaivan membalikkan tubuhnya saat ia melihat sekelebat bayangan hitam masuk ke dalam salah satu bilik di kamar mandi itu, sedetik kemudian ia mengangkat bahunya dan langsung berlalu meninggalkan toilet.
"Woi!"
Arya menepuk bahu Kaivan yang baru saja keluar dari toilet, wajahnya nampak berseri - seri saat melihat raut wajah Kaivan yang masih sedikit pucat.
"Gimana? seru kan?" tanyanya dengan wajah tak merasa bersalah sedikitpun.
"Lo sengaja milih film kaya gitu?" ujar Kaivan menatap Arya dengan wajah sinis, hal itu membuat Arya tertawa.
"Lo doang yang pucet liat film romance!" kata Arya dengan nada mengejek.
Kaivan memutar bola matanya malas, salahnya sendiri yang dengan bodohnya mempercayai omongan Arya.
"Gue mau pulang!"
Tawa Arya terhenti. "Alah gitu doang pundung!"
"Udah malem, bego!"
![](https://img.wattpad.com/cover/261722529-288-k369309.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince [ hiatus ]
FantasyKaivan Tarachandra, nama Putra Mahkota dari Raja Rafandra dan Ratu Devina yang hilang lima belas tahun silam. Kaivan hanya remaja biasa yang cukup banyak dikenal oleh orang-orang di tempat tinggalnya, setidaknya sebelum dua orang yang seumuran deng...