part 2

7.6K 646 57
                                    

Masih di ruangan yang sama, wanita yang memeluk Kaivan itu melepas pelukannya setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Kaivan.

Devina menatap putra sulungnya itu dengan tatapan heran, lalu menatap kedua telapak tangannya yang diperban dan memegangnya.

"Kenapa tangan kamu?"

Dipta dan Garvi menegang di tempat. Hukuman sedang menanti mereka, mari kita berdoa supaya keberuntungan mendatangi mereka agar sang Ratu mau meringankan hukuman mereka.

"Eh? ini gara-gara manjat dinding belakang sekolah," jawab Kaivan pelan sambil melepaskan tangannya dari Ratu Devina.

Ratu Devina menatap ke arah Dipta dan Garvi, paham maksud dari sang Ratu mereka segera keluar dari ruangan itu setelah menunduk sopan dan berpamitan.

"Mereka mau kemana?" tanya Kaivan.

"Di hukum, karena sudah membuat putra mahkota terluka."

Raja Rafandra yang menjawab, ia menepuk bahu Kaivan lalu memeluknya erat. Sama seperti yang di lakukan oleh Ratu Devina, ia memeriksa kedua tangan Kaivan yang diperban rapi itu.

Beliau membuka perban itu karena warna merah pekat yang semakin banyak mengotori perbannya, Kaivan hanya diam memperhatikan karena ia sendiripun tak begitu paham dengan apa yang di lakukan oleh sang Raja.

"Cukup dalam," gumam Raja Rafandra.

Beliau segera memerintah pengawal untuk menghukum Dipta dan Garvi sebanyak 12 cambukan dan berdiri di tengah lapangan yang kini sedang diterpa teriknya sinar matahari, Kaivan mendengarnya bergidik ngeri membayangkan cambuk yang melayang ke tubuh mereka. Padahal itu bukan sepenuhnya salah mereka.

"Boleh nggak ya hukuman di nego?" batin laki-laki itu.

Perban sudah diganti oleh dokter yang tadi dipanggil oleh pengawal yang diperintah oleh Raja Rafandra, selama diperiksa Kaivan meminta Raja Rafandra untuk meringankan hukuman Dipta dan Garvi.

Ia menceritakan semua yang membuat ia terluka, tapi ternyata tidak berguna karena Raja Rafandra sangat tegas jika menyangkut keselamatan keluarganya, padahal Kaivan saja belum percaya kalau ia adalah putra mahkota.

"KAKAK?!"

"Allahumma bariklana fima astaghfirulloh jantung gue," latah Kaivan mendengar teriakan cempreng yang menggema di ruangan ini.

"Ih apaan sih kok latah gitu?" cibir anak kecil di samping anak kecil yang tadi berteriak, yang satu cempreng yang satu lagi kang nyinyir.

"Suka-suka gue lah bocah," dengus Kaivan yang tak terima di cibir.

Ratu Devina mencubit pinggang Kaivan, "jangan ajarin adik-adik kamu nggak benar!"

"Lah? adek? mereka adek aku? adek kandung?" tanya Kaivan, Ratu Devina mengangguk.

"Beneran adek kandung? se rahim?"

Kaivan langsung diserbu oleh dua anak kecil itu dengan pelukan yang lebih erat dari pelukan Raja dan Ratu tadi.

"Wah daebak! aku punya adek, mm Mama?" tanya Kaivan ke Ratu Devina yang terkejut karena memanggilnya dengan sebutan 'Mama'.

Jadi Kaivan sudah percaya?

"Kak," panggil anak kecil perempuan yang tadi berteriak.

Kaivan memposisikan dirinya agar sama tinggi dengan dua anak kecil yang kini ia ketahui adalah adik kandungnya. Ya, Kaivan percaya kalau ia benar-benar putra mahkota. Anggota kerajaan tidak sebercanda ini untuk bercanda tentang putra mahkota yang bahkan selama ini tidak pernah ditunjukkan ke publik ataupun media sosial.

The Crown Prince [ hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang