part 11

2.1K 215 4
                                    

"Sha, kamu nggak tau dia bangsawan?"

Saat ini mereka sedang berjalan - jalan di istana. Mereka bosan, jadi sembari menunggu Alsaki bangun, dan juga Dipta dan Garvi pulang sekolah.

Tiba - tiba saja tadi Kaivan ingin memanah, tapi saat ia akan mengajak Rafandra dan Devina untuk ke lapangan, ternyata mereka akan pergi untuk mengunjungi rakyatnya yang baru saja terkena bencana.

Kaivan dan Faleesha meminta untuk ikut, tetapi Rafandra dengan tegas menolaknya karena di sana sangat berbahaya. Dan pada akhirnya, mereka berdua harus menunggu Dipta dan Garvi pulang.

"Enggak, mungkin di perpustakaan ada, Kakak mau lihat?" kata Faleesha menawari Kaivan untuk pergi ke perpustakaan.

"Nggak dulu," tolak Kaivan.

Mereka berhenti tepat di sebelah pohon mangga yang sudah berbuah banyak, Kaivan menoleh ke arah kanan - kiri seperti mencari sesuatu.

"Kamu tunggu sini," kata Kaivan sambil melepas sandalnya.

"Kakak mau manjat? nanti dimarahin sama Mommy," kata Faleesha, tangannya memegang ujung baju Kaivan agar kakaknya itu tak jadi memanjat.

"Mau mangga, nggak?" tanya Kaivan yang membuat Faleesha mau tak mau mengangguk karena ia memang ingin sekali memakan mangga itu.

"Kalo gitu biarin kakak manjat, mangga kalo cuma di liatin doang nggak bakalan turun sendiri."

"Hati - hati kak," pinta Faleesha yang langsung di acungi jempol oleh Kaivan.

Dengan sangat mudah Kaivan dapat memanjat pohon mangga itu, di atas ada banyak sekali mangga yang sudah matang. Kaivan mengambil satu ikat mangga yang bergerombol banyak.

"Segini cukup?" tanya Kaivan dengan sedikit berteriak agar Faleesha mendengarnya.

"Iya!"

"Oke, bisa nang– eh nggak deh nggak jadi," kata Kaivan yang tidak jadi melanjutkan ucapannya. Mana mungkin ia menyuruh Faleesha untuk menangkap mangga sebanyak ini? yang ada nanti kepalanya benjol tertimpa mangga.

Kaivan langsung melompat turun, ia menenteng satu ikat mangga dengan senyuman lebarnya sambil menatap Faleesha yang juga menatap mangga itu dengan mata berbinar.

Mereka berjalan menuju rumah pohon yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri, sesampainya di sana mereka mencari alat untuk mengupas mangganya. Tapi nihil, tidak ada pisau atau benda tajam di sana.

"Tunggu sini, Sha. Kakak ambil piso dulu," kata Kaivan sebelum ia turun dari rumah pohon.

Kaivan sedikit berlari karena jarak taman sampai ke dapur cukup jauh, butuh waktu sekitar lima menit lebih untuk sampai le dapur. Untungnya saja Kaivan bertemu dengan beberapa penjaga yang sedang berkeliling, ia meminta salah satu penjaga untuk memberikan pisaunya.

"Pak, bawa piso nggak?" tanya Kaivan ke dua penjaga yang berdiri di depannya.

"Untuk apa, tuan?"

"Ngupas mangga," balas Kaivan.

Salah satu penjaga memberikan pisaunya, Kaivan menerimanya lalu pergi meninggalkan mereka setelah mengucapkan terima kasih.

"Kok cepet?" tanya Faleesha yang masih duduk di tempat yang sama.

"Tadi ketemu penjaga," kata Kaivan yang sudah mulai mengupas mangga.

Selesai mengupas, Kaivan merasa ada yang kurang. Ia menatap Faleesha yang juga menatapnya, tak kunjung ada jawaban ia kembali melihat sekitar. Faleesha yang melihat kakaknya tak segera mengiris mangganya pun ikutan heran.

The Crown Prince [ hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang