part 18

1.3K 155 7
                                    

"Yang nama belakangnya Rasendriya siapa emang? gue beneran nggak tau!" tanya Arya lagi setelah mereka keluar dari gudang karena hari sudah mulai gelap.

"Parah banget lo, padahal lo pake gelang yang dia kasih," jawab Kaivan tak mau menyebutkan namanya secara langsung.

Arya menatap gelang yang ada di tangannya, ia mencoba mengingat-ingat siapa yang memberikan gelang ini padanya. Tidak ada, Arya merasa tak pernah diberikan gelang oleh siapapun.

"Jangan bilang." Arya menggantung ucapannya yang membuat Kaivan mengangguk, karena ia sudah tau apa yang ada di pikiran Arya.

"Kalo seumpama mereka nggak mau?" tanya Ethan yang membuat Kaivan berpikir sejenak.

"Sama aja mereka bakal nyiksa keluarganya sendiri, arwahnya nggak akan pulang ke tempatnya kalo rencana ini gagal, mereka bakal dihantui rasa bersalah seumur hidup."

"Sama kaya kita kalo nggak ngasih tau kejadian yang sebenernya ke mereka, kita yang bakalan dihantui rasa bersalah."

"Ah, ngeri juga."

"Bahas besok lagi lah, gue laper," celetuk Kavian yang di setujui oleh yang lain.

Tetapi Kaivan menolaknya karena ia harus segera pulang karena ponselnya terus berdering sedari tadi, ia tadi tidak ijin dulu pada orang kerajaan kalau ia akan pulang terlambat. Kaivan sengaja membawa mobil sendiri agar sopir yang biasanya menjemput mereka tidak menunggunya lama dan Alsaki akan semakin marah padanya.

"Telpon dari nyokap lo?" tanya Gala saat jari Kaivan mematikan ponselnya.

"Faleesha," jawabnya.

"Kenapa nggak lo angkat?" tanya Ferran cepat, anak itu masih setia mengharapkan Faleesha hingga sekarang. Entah jika suatu saat nanti Ferran mengetahui siapa statusnya di negara ini.

"Serah gue," balas Kaivan songong.

Yang lain hanya menatap Kaivan yang lebih dulu masuk ke dalam mobil dan keluar dari area parkiran setelah mengklakson mobilnya. Mereka menatap mobil Kaivan yang mulai mengecil dan menghilang dari pandangan mereka.

"Lo semua sadar nggak?" celetuk Ethan.

"Apaan?"

"Kaivan tadi banyak ngomong," ujar Ethan.

"Lah iya," kata Gala yang juga baru menyadarinya.

"Yang ngomong tadi bukan Kaivan, tapi arwah yang pinjem suara Kaivan," jelas Arya yang sudah hafal dengan semua tingkah laku Kaivan.

"Jadi yang kaya gitu beneran ada?" tanya Farrel.

"Iya, dulu Kaivan pernah nggak sengaja suaranya dipinjem pas dia lagi di jalan yang biasanya dipake buat nongkrong preman-preman, eh balik-balik mukanya babak belur."

"Lo ada fotonya nggak?" tanya Gala.

"Buat apaan?"

"Gue kepo muka orang ganteng kalo babak belur jelek apa nggak."

"Nggak anjir, malah tambah cakep dia babak belur, cok! Kaivan nggak pernah ngerasain yang namanya glow up kampret, dari dulu cakep dia sampe-sampe orang lain curiga dia pake pelet," kata Arya mengebu-ngebu.

"Awalnya gue juga curiga sih dia pake pelet, kok bisa se unreal gitu muka dia," celetuk Kavian yang diangguki oleh yang lainnya.

"Adeknya juga cantik banget," imbuh Ferran membuat yang lain memutar bola matanya malas karena bulol satu itu. walaupun mereka juga tak dapat menolak jika Faleesha memang sangat cantik.

"Telinga gue gatel." Kaivan mengusap telinganya kasar.

"Ada yang membicarakanmu," kata Oza cekikikan.

The Crown Prince [ hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang