Masa Orientasi Sekolah sudah selesai sejak dua hari yang lalu, tetapi di hari senin yang cerah ini mereka harus menyelesaikan satu misi yang diberikan waktu dua hari oleh panitia MOS. Mereka harus membuat tiga surat berisi pernyataan cinta atau sebaliknya, kesan pertama dan juga pesan untuk panitia MOS dengan identitas yang harus di rahasiakan.
Mereka harus menyerahkan tiga surat itu di loker milik panitia MOS tanpa sepengetahuan orang lain, terutama panitia MOS. Jika mereka ketahuan, maka mereka harus membaca surat itu dengan lantang di tengah - tengah lapangan.
Dan selama upacara telah berakhir 10 menit yang lalu, belum ada satupun yang ketahuan. Hingga bel istirahat berbunyi dan semua siswa langsung berhamburan keluar dari kelas, begitupun juga dengan Arya yang kini sudah berada di depan kelas Kaivan, menunggu sahabatnya itu keluar dari kelas yang tampak paling tenang dari kelas lainnya.
"Lo udah ngasih surat?" tanya Arya pada Kaivan, padahal ia sudah yakin menebak jika sahabatnya itu tidak peduli dengan misi terakhir ini.
Dugaannya salah!
"Iya," jawab Kaivan lempeng.
"Serius lo?" sergah Arya dengan punggung tangannya yang menempel pada dahi Kaivan, memastikan jika Kaivan baik - baik saja.
"Iya lah!" ketus Kaivan sambil menepis tangan Arya yang menghalangi pandangannya pada jalan.
"Kok bisa? bantuin gue anjir, gue belom!"
"Nggak, usaha sendiri!"
Arya mendengus sebal, padahal ia berpikir jika Kaivan tidak akan mau untuk bersusah payah mengerjakan misi terakhir mereka. Arya juga yakin jika tidak banyak panitia MOS yang Kaivan kenal selain Dipta, Garvi, Kalila, Melvin dan Ofreo si Ketua Osis songong itu.
Mereka masuk ke dalam lapangan indoor yang baru saja Arya dan si kembar F temui saat melakukan misi di hari MOS ke-3, Kaivan tentunya baru mengetahuinya sekarang mengingat ia tidak berangkat selama hampir satu minggu penuh.
"Yo brader!" sapa Farrel yang baru memasuki lapangan indoor dengan tangannya yang memegang sekantong kertas coklat berlogo cafetaria sekolah mereka penuh dengan makanan ringan.
Di belakangnya ada Ferran yang memegang bola basket dan di belakangnya lagi ada beberapa wajah baru yang Kaivan tidak kenal, entah teman - teman Arya atau si kembar F. Jumlahnya ada 3 orang, Kaivan bersyukur hanya sedikit orang yang mereka ajak.
"Oh ini yang namanya Kaivan?" kata salah satu dari mereka yang menatap Kaivan dari atas sampai bawah, tangannya menopang dagu dengan alis yang bertaut seperti sedang meneliti sesuatu.
Sedangkan Kaivan yang ditatap seperti itu menatap balik orang itu dengan tatapan tajam yang cukup untuk mengintimidasi orang lain, dan benar saja, dapat dilihat dari gelagat orang itu jika ia cukup merasa terintimidasi.
Orang itu berdehem. "Masih cakepan gue sih," katanya.
"Cakepan elo kalo di bandingin sama monyet!" imbuh temannya pedas.
"Ck, lo nggak bisa liat gue seneng dikit apa?"
"Nggak!"
"Kok lo ngengas?"
"B aja."
"Ya saja."
Dugh!
Sebuah bola basket mengenai bahu salah satu dari mereka, Farrel pelakunya. Ia sebal pada dua temannya yang sibuk berdebat bukannya ikut bermain basket dengannya sesuai janji mereka tadi.
Mendapat pelototan dari Farrel membuat mereka menyengir dan langsung beranjak menghampiri Farrel ke tengah lapangan.
"Gue Ethan," ujar teman si kembar yang sedari tadi hanya menyimak perdebatan teman - temannya. Kaivan menerima jabatan tangan dari Ethan dan memberitahu namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince [ hiatus ]
Viễn tưởngKaivan Tarachandra, nama Putra Mahkota dari Raja Rafandra dan Ratu Devina yang hilang lima belas tahun silam. Kaivan hanya remaja biasa yang cukup banyak dikenal oleh orang-orang di tempat tinggalnya, setidaknya sebelum dua orang yang seumuran deng...