Alkan duduk di sofa dengan menunduk. Hana berada di kamarnya dengan neneknya, tepatnya sedang menenangkan Hana.
Lelaki itu menghela nafas. Apakah pilihannya benar?
Dia mendongak saat mendengar tapak kaki di tangga. Di sana, Rahma mendekati Alkan tanpa Hana.
Rahma duduk, "Kenapa kejadian itu bisa terjadi?" katanya to the point.
Alkan bingung, bagaimana menceritakannya. Meneguk ludah lebih dulu lalu, "Jadi pas itu di club Nek, saya sama temen-temen saya ngerayain kemenangan—"
"Kemenangan apa? kemenangan kok ngerayain nya di club." potong Rahma.
"Kemenangan tawuran." Alkan menunduk.
"Ooohh, kamu anggota geng itu?"
"Saya sama Hana beda geng, Nek." Alkan meluruskan.
"Terus kenapa bisa begitu? kenapa gak kenal ngelakuin itu?"
Alkan meneguk ludahnya, lagi. "Jujur Nek, saya pertama kalinya pergi ke club. Minum-minum pun ini pertama kalinya. Badan saya tiba-tiba terasa panas, gerah. Dan yang bikin bingung temen-temen saya cuma mabok, gak ngerasa panas kayak saya."
"Kamu dijebak?" ujar Rahma tak yakin.
Rahma menatap lelaki itu. "Kamu punya musuh?"
Ingin rasanya Alkan tertawa. Hana lah musuhnya, tapi menjawab di situasi ini tidak memungkinkan.
"Mungkin itu musuh kamu di geng lain." kata Rahma.
Lalu hening. Alkan terhenyak memikirkan apakah dirinya dijebak. Dan jika dijebak, siapa yang menjebaknya?
"Punten, nyonya." Bi Enah datang.
Lalu mendekati dimana sang nyonya nya duduk. "Ini pesanan nyonya." Bi Enah menyerahkan kantong plastik berwarna hitam.
"Ikut saya ke kamar Hana." ucapnya setelah mengambil kantong plastik hitam itu dan Bi Enah pamit ke belakang.
Alkan mengikuti Rahma menuju lantai dua. Ke kamar Hana. Nenek Hana mengetuk beberapa kali pintu kayu itu dan memanggil Hana. Dan di ketukan ke sepuluh, baru pintu itu dibuka.
Memperlihatkan mata Hana yang sembab dan rambut pendeknya yang acak-acakan.
"Boleh Omah
masuk?" Hana membuka pintunya lebih lebar mempersilakan masuk.Alkan masih mengikuti nenek Hana, dan ikut masuk. Hana tak bicara apa-apa saat Alkan masuk.
Rahma menepuk pinggiran ranjang menyuruh Hana duduk. Sedangkan Alkan berdiri disamping ranjang.
Perlahan, nenek Hana membuka plastik hitam itu. Alkan terkejut, sungguh. Begitupun dengan Hana, tapi ia bisa mengontrol emosinya.
Testpack.
"Oma mau memastikan kalo kamu hamil apa enggak." Rahma menyodorkan tiga testpack ke Hana.
Hana masih tak bergeming.
Rahma mengarahkan dagunya. "Ambil,"
Dengan ragu dan tangan yang sedikit gemetar Hana mengambil tiga buah testpack itu.
Hana melangkah ke kamar mandi yang ada di kamarnya. Di dalam kamar mandi, Hana bimbang. Ia mengetes disalah satu testpack.
Ia membuka sedikit matanya setelah selesai.
Dan ya, hasil yang tidak ia inginkan tapi sudah ia duga.
Jika ia membohongi neneknya dengan mengetes dengan air keran, sama saja cepat atau lambat pasti akan terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident
Teen Fiction"Makasih lo udah bikin hancur gadis yang udah hancur ini." Hana itu gadis yang berandalan, anak geng motor, bejat, tapi sebejat-bejatnya dia, tidak pernah ia sebejat sekarang. Alkan, ketua geng motor King yang sangat kejam jika sudah berhadapan deng...