22. Wekeend

10.1K 779 18
                                    

Hana menunggu mi instan buatan Alkan di ruang tv. Menonton televisi dengan mata yang tidak merasa ngantuk sedikitpun.

Ia menyumpah serapahi Alkan dalam hati karena lelaki itu tidak memakai kaos menampilkan roti sobek nya. Membuat matanya salah fokus saja.

"Kok baunya gini?" Hana menutup hidungnya saat Alkan menaruh mangkuk di meja.

"Ya emang gini,"

"Beda baunya Alkan. Ini tambah menyengat."

"Lo mau muntah?"

Hana menggeleng.

Alkan ikut duduk di sofa. "Mau di makan nggak?" tunjuk Alkan pada mi dengan dagunya.

Hana menatap tak minat pada mangkuk berisi mi itu. Entahlah, kenapa selera makannya jadi hilang. 

Alkan mengernyit melihat Hana yang masih memandangi mangkuk itu. "Mau di makan gak?" ulang Alkan.

Hana menoleh. "Lo yang makan ya?" pinta Hana membuat Alkan heran. Jangankan Alkan, Hana juga bingung dengan dirinya sendiri.

"Kok gue?"

"Please......" ucapnya memohon sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Masa gue mau dua kali makan mi dalam semalam." balas Alkan dengan mata melotot. "Bisa usus buntu gue," lanjutnya.

"Lo mau suami lo mati muda?"

Hana dongkol dengan Alkan yang terlalu overthinking. Ia memukul lengan berotot lelaki itu. Dengan sangat terpaksa, ia harus mengatakan kata yang menggelikan. "Anak lo yang minta ogeb!"

Alkan refleks menoleh. "Bibir lo mau gue cium?"

"Apa sih!"

"Yang sopan dong ngomong ke suami,"

"Bacot bangsat," gumam Hana yang tak didengar Alkan.

"Ulangi." kata Alkan.

Hana mengepalkan kedua tangannya di depan wajah Alkan dengan bersungut-sungut. Bagi Alkan, wajah itu sangat menggemaskan yang pernah Alkan lihat dari diri Hana.

Menyerah, Hana menghela nafasnya. "Anak lo—"

"Ralat," potong Alkan.

Mata Hana siap menikam Alkan. "Anakkitayangmintaagarlomakanmiini." ujar Hana cepat.

Lelaki itu ingin mengerjai Hana lagi, tapi kasihan. "Ngidam lo 'kok lucu sih?" Alkan terkekeh, tak urung mengambil mangkuk itu.

"Meneketehe," balas Hana sinis.

"Bisa bahasa alien lagi." sahut Alkan.

"Dasar kudet."

"Bodo,"

Hana melirik Alkan, tepatnya pada perut lelaki itu. "Pakai kek baju lo. Gak dingin apa."

"Harusnya lo bersyukur. Tontonan gratis lho ini," kata Alkan menyeringai.

Hana berdecih. Namun seperti ada magnet yang membuatnya ingin menatap dada telanjang cowok itu.

Tersadar, ia meruttuki dalam hati seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mencoba fokus kembali pada layar televisi.

—*—

Semalam setelah ngidam yang aneh itu, mereka tidak melanjutkan tidurnya. Karena percuma saja, tinggal beberapa jam lagi menjelang pagi. Besoknya juga weekend, jadi bebas-bebas mereka begadang.

Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang