26. Cold

8.7K 800 100
                                    

Di perjalanan pulang dengan membawa sebungkus bakso ceker untuk Hana, tiba-tiba saja hujan deras turun membasahi bumi.

Alkan sedikit panik. Pikirannya bergelut apa dia harus berteduh atau menerobos hujan. Karena apartemennya tinggal beberapa km dari sini.

Ia pun memutuskan untuk menancap gasnya menerobos rintikan hujan yang mengenai helm full face nya.

Telinganya terasa berdengung akibat air hujan yang mengenai helmnya. Merasa sial sekali kenapa tidak menggunakan mobil saja tadi.

Meskipun jalanan licin karena air hujan, tak ragu ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia bahkan menyalip beberapa pengendara. Ini hal kecil baginya, rasanya seperti berada di sirkuit.

—*—

"Disana hujan nggak ya?" monolog Hana yang tengah cemas.

"Duh, lagian ngapain sih belum pulang-pulang juga." kata Hana kesal berhenti menggigiti kukunya.

Ia menatap hujan deras melalui jendela balkonnya. Agak cemas karena Alkan tak kunjung pulang juga disaat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan.

Bukan masalah takut berada sendirian di apartemen, ia takut terjadi apa-apa dengan Alkan. Apalagi diluar hujan deras disertai angin kencang.

Bermenit-menit mondar-mandir menatap jendela, hingga suara pintu dibuka mengagetkannya membuat Hana menghampirinya.

"Sorry, kayaknya baksonya udah dingin deh." Dibandingkan mementingkan dirinya sendiri, dia malah mementingkan bakso pesanan Hana.

"Astaga, lo terobos hujan? Kenapa gak berteduh dulu sih." omel Hana menatap Alkan yang tengah menggigil.

"Takut lo udah pengin banget sama ini bakso. Gue nggak mau ya anak kita ileran,"

Hana tak paham jalan pikir lelaki dihadapannya. Kenapa lebih mementingkan dirinya. "Udah nggak usah pikirin itu. Ganti dulu sana, ntar lo demam."

Dibalik kedinginan nya, Alkan tersenyum simpul merasa Hana perhatian.

—*

"Hacih.."

"Hacih.."

Sudah sepuluh menit agaknya saat Alkan pulang, lelaki itu tak henti-hentinya bersin. Sepertinya ia terkena flu karena hujan-hujanan.

Hana pun berinisiatif membuat teh hangat untuk Alkan agar tidak menyumbat hidungnya dan mengurangi rasa sakit di tenggorokan lelaki itu.

"Lain kali, kalo hujan berteduh dulu." Hana menaruh gelas itu di meja hadapan Alkan. "Gini kan jadinya lo," katanya dengan nada ketus agar tidak terdengar perhatian.

"Mau gue buatin sop nggak?"

"Boleh, kalo nggak ngerepotin." jawabnya dengan suara serak. Itu malah membuat suaranya terdengar seksi.

Ia pun kembali ke dapur, membuka pintu kulkas melihat sayuran apa didalamnya. Hanya ada wortel dan seledri, sepertinya ia akan membuat sup wortel.

Hujan diluar masih terdengar, bahkan tambah deras.

Hana merasa kesusahan dalam memotong wortel. Maklum saja, dia baru belajar memasak.

Bunyi telefon disaku nya membuat ia berdecak sebal. Menaruh pisaunya, tangannya mengambil ponsel genggamnya.

"..."

Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang