25. Helpings

7.6K 628 56
                                    

Lima menit sebelum bel masuk berbunyi, kelas Hana baru terisi para siswi. Tentu saja para siswa masih nongkrong di tangga menggoda setiap siswa yang melintasinya.

Hana mendudukkan dirinya di bangku pojok belakang. Seperti biasa, Gladys langsung menghampirinya.

"Hana udah kerjain PR?" tanya Gladys yang berdiri di sisi Hana.

"Emang ada PR?" balas Hana cuek.

"Ih, ada! Pelajaran pertama lagi."

"Sini liat buku lo." Gladys menghampiri bangkunya di depan mengambil buku sosiologi nya.

Sesampainya buku itu disodorkan, Hana langsung merebut buku dengan sampul pink itu.

"Nyalin? Sialan. Mana banyak banget gini," gerutu Hana melihat ribuan huruf yang tertulis di buku Gladys.

Tepat saat Hana menyumpah serapahi Pak Ajay, bunyi bel masuk berbunyi nyaring dan para siswa mulai memasuki kelas.

Hana bisa saja menyepelekan pelajaran ini, tapi guru pengajarnya adalah orang perfeksionis, tidak membuang-buang waktu, tegas, dan saat mengajar Pak Ajay seperti dikejar oleh anjing sehingga ia sangat terburu-buru dengan menjelaskan materi dengan ucapan yang cepat.

"Ya, selamat pagi anak-anak." Serentak, semua murid dalam kelas langsung kembali ke tempat duduknya termasuk Gladys.

Guru berkumis itu berdiri tegak seraya menatap sekeliling kelas. "Ini piket nya siapa? Kenapa papan tulis belum dibersihkan?" Perkataannya membuat sekelas tegang.

Tangan Pak Ajay menunjuk papan tulis. "Bersihkan cepat. Satu menit."

Salah satu siswa pun mewakili dari puluhan murid di kelas untuk menghapus coretan spidol yang masih tertera di papan tulis.

Pak Ajay melangkah ke baris per-baris mengecek apakah meja per-barisan lurus.

Setelah selesai dengan ritualnya, ia duduk di mejanya.

"Ada tugas?"

"Ada, pak!" jawab Gladys seorang diri. Dan lihatlah betapa banyaknya pasang mata yang menatapnya dengan tatapan mematikan. Detik itu juga Gladys langsung menunduk. Ia merasa malu dan entahlah, mungkin ia akan dibenci teman sekelasnya.

—*—

"Gue tambah berkali-kali ganteng kan kalo pake jas gini,"

"Dih, pede. Gantengan juga gue." sahut Rafly sombong.

"Sombong amat," sinis Mars. "Tapi bener sih." gumamnya.

"Heh Kambing! Cepetan! Udah ditungguin Bunda Sari Murni di lab juga." seru Hindia melongok ke dalam kelas.

"Ini teh kantong bundar sari murni yang rasanya—" nyanyi Mars kembali bercermin melihat penampilannya yang sangat keren, menurutnya.

"ENAK SEKALI!" lanjut Aldo keras.

"Semua suka aromanya nikmat bikin kita jadi—"

"Cepet babi, nanti di hukum!" sungut Hindia.

"Otak lo kebalik? Tumben rajin," celetuk Alkan pada Hindia sambil mendekat.

"Damn dude. Gue rajin aja salah, males juga salah, maunya apa sih." sahut Hindia.

"Mati sono." kata Mars ngasal.

Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang