"Nih."
Alkan mendongak. "Buat apa?"
"Lo tidur di sofa,"
Begitulah kira-kira ringkasan percakapan tadi malam. Alkan tanpa protes tidur di sofa yang ada dikamar Hana membuat punggungnya pegal pagi ini.
Awalnya niat Hana bukan menyuruh Alkan tidur di sofa, melainkan tidur di kamar sebelah kamarnya. Tapi kata neneknya, jika sudah bersuami istri tidak boleh tidur terpisah, katanya sih dosa.
Alkan yang tahu diri mengiyakan permintaan Hana. Ia masih tahu batasan. Lagipula, mana mungkin Hana mau tidur seranjang dengan cowok yang sudah melecehkannya.
Paginya, mereka berdua akan ke rumah orang tua Alkan untuk mengambil motor Alkan. Hana mengusulkan memakai motornya untuk menuju rumah Alkan. Tapi suaminya itu menolak. Karena jika mereka memakai motor Hana, maka pulangnya Hana akan mengendarai motornya sendirian.
Jadilah mereka ke sana diantar oleh sopir rumah. Sebenarnya, bisa saja Alkan menyuruh sopir keluarganya untuk mengantar motornya, tapi ia juga ingin mengunjungi rumah orangtuanya.
Selagi mereka kesana, Bi Enah mengemasi barang-barang mereka yang akan dibawa untuk tinggal di apartemen.
Mengenai sekolah, Alkan izin bahwa ada kepentingan keluarga. Dan Hana, ia izin sedang ke rumah bibi dari keluarga ibunya yang berada di Surabaya.
Setelah sampai di rumah Alkan, mereka langsung di sambut hangat oleh keluarga itu.
"Ah masih gak nyangka lo udah nikah adek ku not have adab," kata Ellya merangkul bahu Alkan sok sedih.
Alkan melepaskan tangan Ellya dari bahunya. "Alay lo!"
"Jadi kamu mau tinggal di apartemen?" tanya Neo membuat mereka mengalihkan pandangannya.
"Iya Pa. Lagian gak enak juga numpang di rumah nenek," jawab Alkan.
"Mau dibantuin Bi Yeti nggak?" tawar Meria.
"Gak usah Mah," sahut Hana.
"Hati-hati Na, si Alkan itu kalo tidur suka ngorok, kayak babi." kata Ellya bercanda.
"Siapa juga yang tidur bareng," sahut Alkan sinis.
"Bukannya di apart lo—" Ucapannya terpotong saat Meria mengkode agar tidak bertanya lebih lanjut.
"Ya udah, aku ke kamar dulu mau beresin barang-barang yang ketinggal." pamit Alkan diikuti Hana.
Alkan juga memikirkan perasaan Hana. Jika ia tidak pergi dari situ, kakaknya pasti bertanya-tanya yang mungkin akan menyinggung perasaan Hana.
Saat memasuki kamar Alkan, Hana langsung mencium bau maskulin serta pewangi ruangan caffe latte yang untungnya tidak sensitif dengan hidungnya.
"Bukannya lo kesini cuma mau ngambil motor?"
Alkan menoleh. "Gue lupa belum bawa alat-alat tulis." ujar Alkan menjawab kebingungan Hana.
Hana masih berdiri di pintu sambil menatap sudut-sudut ruangan.
"Ngapain berdiri di situ?" Hana tersentak.
"Pengen aja," jawab Hana sekenanya.
Padahal bukan itu alasannya, ia merasa kaku memasuki kamar cowok. Walaupun pernah memasuki kamar Geo, tapi ini beda, karena Hana menganggap Alkan masih orang asing yang tiba-tiba datang di hidupnya.
—*—
GRUP SATU LAGI (5)
Mars : Hei @Alkan enak banget lo gak berangkat pas UH kimia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident
Teen Fiction"Makasih lo udah bikin hancur gadis yang udah hancur ini." Hana itu gadis yang berandalan, anak geng motor, bejat, tapi sebejat-bejatnya dia, tidak pernah ia sebejat sekarang. Alkan, ketua geng motor King yang sangat kejam jika sudah berhadapan deng...