Sialnya ia sekarang.
Karena tadi sebelum tidur ia tidak pipis, di tengah malam begini ia kebelet pipis. Masalahnya, tidak ada kamar mandi dalam kamar.
Keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya. Hana takut karena dia baru pertamakali tinggal di apartemen ini.
Setelah cukup mengumpulkan tekad yang kuat, ia bangkit dari ranjang dan lari terbirit-birit menuju ke kamar mandi.
Langkahnya memelan saat dilihat Alkan yang sedang tidur pulas di sofa dengan satu tangan yang menutupi keningnya.
Hana bisa menebak pasti badan Alkan akan pegal nanti.
Ia sebenarnya kasihan melihat cowok itu tidur di sofa, padahal ini apartemennya. Tapi ia tak punya pilihan lain. Memilih mementingkan diri sendiri daripada orang lain.
Padahal, Alkan bukan 'orang lain' di kehidupan Hana.
-*-
"Kan anjir! Sekolah masih sepi gini."
"Takut lo?"
Hana memilih tidak menanggapi pertanyaan Alkan. Ia turun dari motor Alkan dengan kesal dan memberi satu pukulan kecil di punggung lelaki itu.
"Hei, mau gue anterin nggak?" tawar Alkan dengan senyum yang menjengkelkan bagi Hana.
Rasa kasihan Hana pada Alkan semalam seketika meluap hilang.
"Pergi lo!" ucap Hana sinis.
Pertama kalinya dalam hidup Hana ia berangkat sekolah sepagi ini. Tentu saja ia terpaksa. Karena mana ada murid yang mau berangkat sepagi ini di saat sekolah masih sepi seperti kuburan.
Pagi tadi, sedikit ada perdebatan antara Alkan dan Hana.
Alkan meminta berangkat pagi agar mereka bisa berangkat bersama. Jika berangkat pada jam biasanya, warga sekolah pasti curiga mereka berangkat bersama.
Tapi Hana bilang, ia bisa berangkat sendiri. Keputusan itu yang tak di setujui oleh Alkan.
Hana berjalan seorang diri di koridor. Ia sedang menyumpah serapahi Alkan. Gara-gara lelaki itu, ia sendirian di sekolah yang masih sepi ini. Awas saja, dia tidak akan mau lagi berangkat dengan cowok itu.
"Hanaaaaaaaaaaa!!!!" Ia sedang kesal sekarang, di tambah dengan suara lengkingan ini.
Ia berbalik dan langsung di tubruk oleh gadis berkacamata.
"Kangeennn." kata Gladys disela-sela pelukannya.
"Lebay lo!" Meski begitu, Hana tersenyum tipis di balik punggung Gladys.
"Tumben kamu pagi-pagi gini udah berangkat?" tanya Gladys setelah melepaskan pelukannya.
"Gue berangkat pagi di tanya, gue berangkat telat di tanya. Mau nya apa sih?"
Gladys terkekeh. "Enggak, heran aja sama kamu."
"Daripada banyak bacot, mending ke kelas." Mereka pun menuju ke kelasnya yang tak jauh dari sini.
Hana tidak sepenuhnya menyesal berangkat pagi. Sekarang ia bisa merasakan suasana di pagi hari yang terlihat lebih asri dengan embun pagi yang menghinggapi rumput di lapangan sepakbola.
"Lo udah biasa berangkat pagi?" tanya Hana sambil menatap ke lantai dasar dimana lapangan luas itu terlihat.
"Iya lah. Soalnya kalo sekolah udah rame, aku nggak pede buat sekedar jalan ke kelas."
-*-
Keempat lelaki datang berurutan. Mereka memarkirkan motornya di parkiran khusus motor. Melepas helm di kepalanya dan menyimpan kunci motor di saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident
Teen Fiction"Makasih lo udah bikin hancur gadis yang udah hancur ini." Hana itu gadis yang berandalan, anak geng motor, bejat, tapi sebejat-bejatnya dia, tidak pernah ia sebejat sekarang. Alkan, ketua geng motor King yang sangat kejam jika sudah berhadapan deng...