9. Kejujuran

12.3K 1K 15
                                    

"Pasti kalian bertanya-tanya siapa gadis itu." kata Alkan sambil melirik Hana. Alis Neo dan Meria semakin menyatu. Ellya langsung mem-pause film yang di tonton nya.

Alkan berdeham menetralkan rasa gugupnya. "Dia Hana, yang udah aku tiduri. Yang sekarang hamil anak aku."

"Karena sebuah malam yang-"

Neo langsung berdiri dari duduknya. Ia berniat menampar Alkan tapi Meria lebih dulu menahannya, dan Neo kembali duduk.

"Maksudnya apa Alkan?! Kamu jangan bercanda ya!" Neo menahan emosinya.

Alkan semakin menunduk saat dua wanitanya, Meria dan Ellya menatapnya dengan raut bingung tapi ada pancaran kecewa.

"Maksud kamu apa hah bilang seperti itu?!"

Lelaki itu memberanikan diri. "Pah, tolong jangan potong ucapan aku dulu."

"Ceritain." ujar Meria singkat.

"Selepas aku tawuran malam itu, aku ke club bareng temen-temen. Dan pas minum, badan aku panas dan gerah. Padahal temen-temen yang lain gak gitu. Gak ngerasa panas dan gerah. Aku gak ngerti kenapa cuma aku yang ngerasa gitu." Alkan mengambil nafas sebentar, "Aku mau ke kamar mandi, terus kita nggak sengaja tabrakan. Kita sama-sama lagi mabok."

"Aku ngerasa ada yang sengaja jebak aku."

"Jalang murahan ini yang menjebak kamu, Alkan!" Neo langsung menyimpulkan seraya menunjuk Hana dengan tatapan jijik.

"Dia sengaja pasti. Dia sengaja agar kamu tiduri, dan hamil, padahal dia udah hamil sebelum kamu tiduri!" sergah Neo berapi-api.

Alkan ingin berucap tapi Neo mendahuluinya. "You think using your brain! Dia perempuan tapi kenapa malam-malam ke club? Jelas-jelas dia bukan perempuan baik-baik. Dia juga sengaja jebak kamu agar mau tanggungjawab untuk anaknya." Mata Hana menajam. Ia tidak suka jika orang lain menilai dirinya yang tidak benar dihadapannya.

Tapi Hana harus menahan amarahnya, karena ia datang kesini untuk mendapatkan restu dari orang tua Alkan beserta menjelaskan kebenarannya.

"Kamu juga udah Papa nasehatin malah ke club. Dan apa jadinya? Ini akibat karena kamu gak dengerin kata Papa!"

"Pa-"

"Papa gak ngelarang kamu buat geng-gengan. Papa gak mau ke club, karena demi kebaikan kamu! Sekarang gini kan? Jalang ini ngaku-ngaku kalo hamil anak kamu? Mana buktinya? Mana?"

Mpok Ati, selaku asisten rumah tangga datang membawa minuman. Kehadiran Mpok Ati tidak mengurungkan Neo yang masih berceloteh tidak percaya dan menghina Hana.

Jus mangga tersaji dengan bau yang menyengat bagi Hana. Gadis itu berusaha menahan nafasnya agar tidak mencium bau mangga itu.

"Hana udah diperiksa Pah sama dokter dan hasilnya positif!"

"Papa tetap nggak percaya!"

Ellya yang sedari tadi memperhatikan Hana, sekarang merasa aneh dengan tingkah laku Hana. Hana menutup hidungnya dengan telapak tangannya.

"Dia harus tes DNA agar tau kebenaran yang sebenarnya."

"Di kehamilannya yang masih muda, gak bisa Pah seenak jidat tes DNA. Itu bisa membahayakan si bayi!"

"Huweeekkk." Semua mata sekarang beralih menatap Hana.

Ellya disampingnya terperanjat kaget. Sedangkan Alkan berdiri menghampiri Hana yang sedang menutup mulut dengan kedua tangannya.

Alkan membawa Hana ke kamar mandi yang ada di lantai bawah. Karena tidak mungkin membawa ke kamar mandi yang ada di kamarnya yang berada di lantai dua.

Meria menatap iba ke arah gadis itu. Sebagai seorang perempuan, ia merasa sakit hati di katakan jalang dan murahan. Menurut Meria, gadis itu hebat meski di caci maki dan di hina, gadis itu tidak menangis.

Meria belum bisa mencerna insiden seperti ini, ia belum mempercayai siapapun disini. Yang dibilang Alkan dia tidak percaya, tapi melihat kejujuran di mata anaknya yang keukeuh menjelaskan secara rinci membuat ia diambang bimbang untuk percaya kepada siapa.

-*-

"So? Mau gimana lagi?"

Alkan menunduk seraya menghela nafas. Selepas Hana muntah, ia mengajak gadis itu ke kamarnya. Tentu dengan pintu terbuka.

Rancangan yang sudah ia susun malah melenceng dari ekspetasinya. Ia kira ayahnya akan mendengarkan ceritanya dan bisa menerima keadaan Hana serta menerima kenyataan yang Tuhan buat ini.

Seseorang mengetuk pintu yang sudah terbuka. Ada Meria dan juga Ellya disana. Alkan bangkit karena tadi duduk di ranjang, berbeda dengan Hana yang sedari tadi berdiri.

"Alkan..." panggil Meria.

Alkan mendekat tapi masih bungkam.

Meria menyentuh pipi anaknya. "Bener apa yang kamu bilang tadi?"

"Emang aku pernah bohong Mah? Buang-buang waktu banget kalo aku bohong buat ngomong kayak gitu, gak ada gunanya." Alkan memalingkan wajahnya.

"Dan gadis itu.. bener-bener hamil cucu mama?" Alkan dan Hana mendongak. Tak menyangka jika Meria akan memanggilnya 'cucu'.

"Mah...." lirih Alkan.

"Kamu mau jelasin secara rinci lagi?" Lelaki itu mengangguk lalu melirik Hana dengan senyum tipis yang hanya bisa dilihat gadis itu.

Hana ikut tersenyum. Ia harap ibu Alkan akan mendengarkan dan memahami keadaannya sekarang.

"Kita ke bawah. Jujur sama Papa,"

"Tapi Mah, Papa kan-"

"Kamu coba lagi."

-*-

"Papa juga yakin pasti ada hikmah dibalik insiden ini." Alkan memeluk ayahnya. Rasanya lega saat keluarganya bisa mempercayai dirinya dan menerima takdir ini.

"Jadi, kamu tinggal sama nenek kamu?" tanya Neo sesudah melepas pelukannya.

Setelah kembali menjelaskan dengan sama-sama kepala dingin akhirnya mereka bisa menjelaskan secara rinci dan membicarakan kemauan mereka berdua untuk selanjutnya.

"Iya, Om." jawab Hana.

"Alkan, kamu udah bener-bener yakin sama keputusan kamu? Jangan sampai kamu nyesel lho," Meria memastikan.

"Aku udah yakin seratus persen Mah. Ini juga kesalahan aku. Kalo emang gentleman ya harus tanggungjawab." Neo tersenyum mendengar jawaban Alkan. Lalu ia menepuk pundak anaknya.

"Lo udah bicarain ini sama keluarga Hana?" tanya Ellya yang sedari tadi diam.

Alkan menoleh lalu menggeleng kecil. "Belum sih, tapi gue udah bicarain ini sama nenek Hana."

"Kapan kamu mau bicarakan sama keluarga Hana?" tanya Neo.

"Rencananya setelah ini sih."

"Jangan sekarang dulu dong, Mama pengen kenal lebih dekat sama calon mantu Mama." ujar Meria dengan tersenyum.

Hana tersenyum canggung. Berbeda dengan Alkan yang hatinya menghangat karena ibunya yang sudah mulai menerima Hana.

tbc

An: Soryyyyyy gue sibuk banget sekarang. Dari masalah pribadi, ujian, overthinking setiap saat. AND will be late to update again MAYBE.

Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang