3 - Awal Berjumpa

1.6K 304 84
                                    

-----

Happy Reading❤

-----

Perjumpaan pertama Mark dan Jeje tidaklah menarik. Biasa saja, bahkan terkesan tidak ada hal yang bisa dikenang.

Waktu itu, Jeje menginjakkan kakinya di depan gedung sekolah menengah pertama di salah satu kota Yogyakarta. Tungkai yang dibalut sepatu hitam dan kaos kaki putih itu melangkah masuk.

Ia mengedarkan padangannya dan mengembangkan senyum cerah, ini hari pertama, wajar jika ia begitu bersemangat.

Lorong sekolah ini benar-benar hanya terisi suara langkah kakinya. Jeje jadi berpikir, bahwa ia terlalu pagi datang ke sekolah. Tidak lama kemudian, suara langkah kaki lain terdengar.

Ia menoleh dan mendapati seorang anak laki-laki. Menatapnya canggung, namun kemudian tersenyum tipis.

"Hai, kamu kelas tujuh juga?"

Jeje mengangguk, ia dapat melihat seragam yang dikenakan anak laki-laki itu masih baru, sama seperti miliknya.

"Kamu kelas berapa?" anak laki-laki itu kembali bertanya.

"Kelas 7-D, kalau kamu kelas berapa?"

Anak laki-laki itu tersenyum, "Aku kelas A. Oh kenalkan, namaku Mark."

Uluran tangan milik Mark mengambang, meminta padanya untuk disambut. Jeje yang memang canggung dengan orang baru, menerima uluran tangan tersebut dengan perlahan sembari berkata lirih menyebutkan namanya.

"Jelita."

Ya begitu, Mark dulu tidak mengenal nama Jeje. Ia hanya mengenal Jelita pada waktu SMP.

Ia tidak dekat dan tidak berteman dengan Jeje karena perbedaan kelas. Bahkan ketika tahun berikutnya kelas itu dirombak, ia juga tidak sekelas dengan Jeje.

Jika kalian menebak bahwa mereka jatuh cinta pada pandang pertama, jawabannya tidak. Ia tidak pernah memperdulikan hal tersebut. Saat itu yang ia tahu hanya belajar, belajar, dan bermain. Masalah percintaan, dia belum mengenal. Lagian, bocah sepertinya tahu apa sih tentang cinta?

Mark mulai mengenal Jeje lebih baik, ketika MOS masuk SMA. Kebetulan mereka sekelas, bahkan sekelompok.

Sebelum benar-benar melakukan MOS, mereka diberi tugas kelompok untuk melakukan pentas seni. Mereka bebas untuk menampilkan apapun, yang terpenting tidak menyimpang.

Kelompoknya sudah membuat janji untuk bertemu, membahas apa yang harus ditampilkan, konsep dan tentu saja berkenalan serta membagi tugas.

Kebetulan setelah Mark, orang kedua yang datang adalah Jeje. Kemudian disusul oleh Dery dan Dejun. Dery dan Dejun adalah teman satu SMP. Sementara Dery dahulunya juga satu SD dengan Mark.

Sebenarnya Jeje sempat terkejut karena Mark terlihat tidak asing di matanya. Siapa ya? Ah, tapi ia memilih memendam rasa penasaran itu.

Lima menit mereka berdiam diri dan asik dengan kesibuka masing-masing, menunduk dan memainkan ponsel. Oh kecuali Dery dan Dejun yang sejak tadi mengobrol. Beberapa kali Mark juga menimpali apabila Dery menyebutnya.

Hanya Jeje yang bungkam.

Sudah tidak tahan dengan kecanggungan yang ia rasakan, Jeje memberanikan diri untuk berdehem dan membuka obrolan.

"Euumm, kayaknya temen kita yang lain telat. Gimana kalau kita kenalan dulu?"

Dery menyambutnya dengan senyum mengembang, diikuti pula oleh Mark dan Dejun yang menyetujui.

[2] Voyage ; Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang