5 - Lucky

1.7K 323 162
                                    



------

Happy Reading❤

----

Jeje masuk ke dalam ruang kerja miliknya dengan sang suami. Ia membawa nampan berisi dua cangkir teh dan camilan sebagai teman lembur mereka malam ini.

"Mas, istirahatin dulu matanya." tegur Jeje. Ia menarik kacamata yang bertengger di hidung suaminya setelah meletakkan nampan di meja.

Ia hendak beranjak sebelum Mark menarik tubuhnya ke belakang hingga duduk dipangkuan suaminya.

Jeje merasakan pelukan lembut dan dagu Mark yang bertopang dipundaknya. Ia merasa geli ketika suaminya itu mengendus leher jenjang miliknya.

Parahnya, hari ini dia nggak pake piyama. Dia cuma pake daster tanpa kerah.

"Mas, jangan mesum dulu." tegur Jeje.

Mark terkekeh. Ia berhenti mengendusi leher istrinya dan membantu Jeje berdiri. Menuntunnya untuk duduk di sofa, menikmati camilan dan teh hangat.

"Gimana kerjaan kamu hari ini? Lancar?"

Ditanya begitu oleh Mark, Jeje mendadak merubah ekspresi wajahnya menjadi cemberut. Ia meletakkan cangkirnya dan memilih bersandar di pundak suaminya.

Tangan kanan Mark mengelus lembut pundak istrinya, sesekali tangannya juga naik ke atas, mengusap puncak kepala Jeje.

"Capek banget. Kasus ini agak susah sih." keluh Jeje.

"Susah gimana?"

"Klien yang aku tangani ini sebenarnya nggak salah. Cuma, karena dia nggak punya power kekuasaan dan duit, dia jadi dituduh gitu. Makanya, kita susah cari bukti-buktinya karena banyak saksi yang dibungkam."

"Tumben nggak debat pake argumen?"

"Argumen doang tanpa bukti bisa apa emangnya mas?"

Mark terkekeh. Ia menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya.

"Kasian banget istriku."

"Kasian doang, ngebantuin aja nggak." cibir Jeje masih dalam pelukan Mark.

"Mau dibantuin?"

Jeje melepas pelukannya, memandang wajah suaminya yang demi apapun kenapa malam ini sangat tampan?

"Mauuuu!" ucap Jeje. Sejurus kemudian dia kembali menekuk wajahnya, "Nggak jadi deh. Kamu sibuk. Toh udah dibantuin Kak Rowoon."

"Kamu ambil kasus ini sama Kak Rowoon?"

Jeje menganggukkan kepalanya.

"Duh, kenapa nggak bilang sejak awal sih." sungut Mark. Wajahnya terlihat sekali bahwa ia sedang kesal.

"Kenapa emang?"

"Masih tanya?" Ketus Mark. "Ya aku cemburu dong sayang. Dia kan dulu suka sama kamu."

Beberapa kali Jeje mengerjapkan matanya, heran juga melihat Mark yang semakin hari semakin cemburuan. Bukan Mark banget seperti jaman kuliah dulu.

"Kan aku udah punya suami." kata Jeje. "Ganteng dan baik banget pula." lanjutnya dengan mencolek dagu suaminya.

"Bisa banget ya kamu godain aku." Mark membopong tubuh istrinya dan berjalan melalui pintu ruangan yang langsung terhubung dengan kamar mereka.

Kesimpulannya, malam ini mereka tidak jadi lembur. Ehehehe.

[2] Voyage ; Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang