----Happy Reading❤
----
Mendekati tanggal kelahiran si calon bayi, Jeje memaksa Mark untuk menemaninya membeli tambahan perlengkapan bayi.
Mark sudah menolak dengan mengatakan bahwa lebih baik belanja melalui online saja ketika hamil tua seperti ini. Toh perlengkapan yang mereka beli sudah banyak.
Tetapi, Jeje tetaplah Jeje. Si keras kepala nan galak.
Mark ciut, hehehe. Ia memilih mengalah dan mengiyakan ajakan Jeje.
Bukan ciut, sebenarnya dia hanya tidak tahan gemasnya Jeje ketika marah. Pipi yang semakin chubby itu memerah karena menahan emosi. Menambah kadar kegemasan yang dimiliki istrinya.
Jeje menarik lengannya memasuki area perlengkapan bayi. Istrinya itu sangat ceria dan antusias memilih barang yang dianggap lucu.
Mark mengernyit, "Sayang, kita kan udah punya bantal guling buat baby."
"Buat ganti kalau misal yang satu kotor." tanggap Jeje. Ia memperlihatkan satu set bantal guling berwarna baby blue pada Mark. "Lucu kan, Mas? Beli ini ya?"
Mark tersenyum dan mengangguk. Jeje langsung memasukkan pada troli belanja yang didorong Mark.
Mereka beralih pada selimut dan kain untuk membedong bayi. Jeje memilih 2 selimut dan 4 kain. Tidak perlu banyak karena di rumah sudah ada.
Mark pikir istrinya itu hanya akan membeli beberapa barang saja. Ternyata dia salah. Hampir satu toko mereka putari. Ia tidak masalah, yang ia masalahkan adalah istrinya. Apa dia tidak lelah?
"Sayang, kita istirahat dulu yuk."
Jeje mendongak ke samping, "Kamu capek mas?"
Mark hampir menjawab tidak. Namun ia segera mengangguk. Jika ia menjawab tidak, pasti Jeje tetap ngotot untuk berkeliling.
"Capek banget kakiku nih." keluh Mark. Jeje menarik lengan suaminya untuk duduk di kursi yang toko ini siapkan.
"Kamu nggak capek, sayang?" tanya Mark sembari memberikan sebotol air mineral pada istrinya.
Jeje menggeleng sebelum menerima uluran air mineral tersebut.
Mark terkekeh, terlihat sekali dari wajah bahwa istrinya itu lelah.
"Nanti malam aku pijitin."
"Nggak usah mas. Hehehe. Nanti malam biar aku aja yang mijitin kamu." Jeje menyenderkan kepalanya di pundak sang suami. "Makasih ya udah nurutin semua keinginan aku. Sampai kamu harus bolos kerja."
"No need to say thank you, sayang."
Jeje terkekeh, apalagi ketika suaminya itu mengelus kepalanya.
"Nanti aku buatin puding semangka."
"Jangan hari ini sayang. Kamu nggak boleh capek-capek. Kasian baby di perut kamu." Kata Mark sembari mengelus perut istrinya.
"Baby kuat tahu. Jangan remehkan baby, Dad."
Mark terkekeh, ia mengeratkan rangkulannya.
"Jangan gemes-gemes dong sayang."
"Bawaan sih, dari dulu kan aku emang gemesin."
Mark tidak menyangkal. Memang benar Jeje itu menggemaskan sejak dulu.
----
Dua minggu sebelum tanggal perkiraan baby lahir, Jisung ditugaskan untuk menjaga Jeje selama Mark bekerja. Mark memang sengaja lembur beberapa hari agar selama dua minggu ke depan ia bisa cuti.
Kebetulan juga Jisung satu-satunya yang dapat bekerja fleksibel. Ia seorang koreografer dan pemilik studio. Tidak perlu datang ke studio pun sudah ada orang kepercayaannya yang mengelola.
"Mbak mau ke mana?" Tanya Jisung ketika melihat Jeje membawa setoples cookies.
"Nonton yuk, Ji. Bosen banget di rumah."
"Nggak usah ke bioskop ya mbak. Di rumah aja."
Jeje memutar kedua bola matanya malas. "Ya iya di rumah. Males banget harus keluar rumah."
Jisung memberikan cengiran khasnya baru kemudian menuntun kakaknya menuju ruang keluarga. Ia membantu Jeje menyamankan duduknya.
"Perut mbak makin gede, tapi gedenya turun ke bawah gitu."
Jeje mencibir, "Itu tandanya bayi udah siap lahir."
"Jangan lahiran sekarang ya mbak, hehehe."
"Belum kerasa kalau sekarang mah." kata Jeje. "Eh nonton Exit aja, Ji."
Jisung mengangguk dan menempatkan dirinya di samping kakaknya. Memperhatikan wajah kakaknya yang semakin berisi dan menggemaskan.
"Mbak tahu kalau mbak cantik. Tapi jangan dilihatin gitu terus."
Jisung tertawa kecil, ia malah memeluk kakaknya itu dari samping.
"Semua kakak-kakak Jisung udah punya anak, mbak juga bentar lagi punya anak. Ponakan Jisung juga makin banyak, ada Lea, Gavin, Diya dan segera bakal ada baby boy."
Jeje terkekeh, "Nggak nyangka ya Ji. Kita semakin tua. Papa aja bentar lagi punya empat cucu. Kamu nggak mau segera menghalalkan Lucy?"
"Rencana sih bulan depan Ji ngelamar Lucy."
"Wah, ajak mbak sama abang lho."
Jisung mengangguk, "Pasti."
By the way, Minju sudah melahirkan tiga bulan yang lalu. Seorang anak perempuan cantik bernama Diyara Eva Manggala. Jaemin benar-benar jadi ayah yang sangat perhatian pada anak perempuannya. Ia selalu mendahulukan kepentingan keluarga kecilnya dibandingkan apapun.
Benar-benar berbeda ketika dia masih remaja atau ketika masa perkuliahannya dahulu.
"Ji, mbak mules."
Jisung segera membantu kakaknya itu berdiri dan menuntun ke arah kamar mandi.
"Udah?" tanya Jisung ketika Jeje keluar dari kamar mandi.
"Nggak jadi mules. Mungkin kontraksi palsu."
Sudah dua hari ini ia mengalami kontraksi palsu. Jadi ia tidak heran ketika sekarang pun ia mengalaminya.
Jisung kembali membantu kakaknya berjalan. Mereka melanjutkan acara menontonnya. Hingga setengah jam berlalu, Jeje merasakan kram diperutnya. Kali ini sangat sakit. Ia memegangi perutnya dan meringis pelan.
"Ji, perut mbak sakit banget."
-----
Pendek dulu hehehehe✌

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Voyage ; Mark Lee
Fanfiction[SELESAI + BONUS PART] Perjalanan pasangan Mark-Jeje kesayangan kita pasca menikah. > Baca Keluarga Papa Sehun dulu sebelum membaca ini😉 start: 9 Maret 2021 finish: 8 Mei 2021 ©ayeahlee