6 - Trimester Pertama

1.6K 292 71
                                    

happy reading❤

-----

Jeje itu bukan tipe perempuan yang pencemburu, sungguh. Tetapi sejak mengetahui bahwa dirinya hamil, ia merasa sangat mudah cemburu dengan semua orang, terlebih pada suaminya sendiri.

Jeje dan Mark tidak jarang terlibat dalam pertengkaran kecil. Mark yang memiliki banyak karyawan cantik, sering menjadi sumber permasalahan mereka. Padahal sebelumnya, Jeje biasa saja. Bahkan terkesan cuek.

Mark benar-benar jengah melihat Jeje duduk depan pintu ruangannya sejak pagi layaknya penjaga. Setiap karyawan perempuannya yang akan melaporkan atau memberikan berkas untuk di tanda tangani, Jeje selalu mengambil alih. Mengatakan bahwa informasi itu harus melalui dirinya dan mereka tidak boleh menemui Mark.

Beruntung para karyawan mengerti, ya meskipun di belakang pasti akan ada pergunjingan. Mark sudah mewanti-wanti pada seluruh karyawannya sejak empat hari yang lalu. Hari dimana Jeje melihat seorang karyawan perempuan berlaku genit padanya.

Hari itu, Jeje marah besar. Dia marah selama seharian, tidak mau mengobrol dengan Mark. Bertemu pun enggan. Membuat Mark sangat tersiksa karena harus pisah kamar.

Tidak lama Mark tertidur di kamar tamu, Jeje menyusul dirinya dengan wajah yang penuh air mata. Menangis sesenggukan di pelukan Mark. Mengatakan bahwa ia takut sekali Mark berpaling darinya. Mark tertawa mendengarnya. Seperti bukan istrinya yang biasa. Paham betul ini ulah dari janin yang ada di dalam kandungan istrinya.

Bukannya kesal, Mark malah bersyukur karena berkat calon anaknya, kepribadian Jeje yang lain muncul.

"Mbak Jeje." panggil Minju. Ia mendekati kakak iparnya yang sibuk membaca buku. "Tolong bilang ke Pak Mark, kalau meeting dengan perusahaan CVG dilaksanakan 30 menit lagi."

Jeje tersenyum, mengangguk dan mengatakan ia akan memberitahukan informasi ini pada suaminya. Ia masuk ke dalam dan menyapa Mark.

"Mas, ada meeting 30 menit lagi dengan perusahaan CVG."

"Oke sayang." jawab Mark dengan senyuman. "Eh sayang, sini dulu." Mark memanggil ketika istrinya itu sudah berbalik hendak keluar ruangan.

Ia merengkuh tubuh istrinya ke dalam pelukan. Membelai lembut rambut sebahu istrinya.

"Kamu istirahat di sini aja ya sayang."

Mendengar itu, Jeje langsung melepas pelukannya dan memicingkan mata ke arah Mark.

"Kamu mau genit ke perempuan lain ya?!"

"Nggak gitu sayang." ujar Mark. Suara halus milik Mark pun tidak mempan untuk Jeje yang ngambek. Dia bersidekap dada dan memunggungi suaminya.

Mark memegang kedua bahu milik istrinya, mengelus pelan. "Kamu kan capek dari pagi nggak istirahat. Kamu nggak kasihan sama baby di perut?"

Jeje berbalik, menunjukkan mata berkaca-kacanya.

"Loh kok nangis?"

"Maafin aku, hueeee...." Jeje memeluk, membenamkan wajah cantiknya pada dada bidang milik suaminya.

Mark menenangkan istrinya, mengecupi pelan puncak kepala Jeje.

"Kamu istirahat di sini ya? Aku mau meeting dulu. Aku nggak bakal genit sama orang lain, kamu kan tahu aku bukan orang seperti itu. Kamu percaya kan?"

Mark menghapus air mata Jeje dengan ibu jarinya. Mendapat anggukan dari sang istri, Mark mengecupi wajah Jeje. Kemudian berpamitan. Tidak lupa ia juga berpamitan dengan baby yang ada di perut istrinya.

[2] Voyage ; Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang