5 - Munculnya Luka Lama

208 40 9
                                    

"Tidak semua luka mudah diobati. Tidak semua kata maaf bisa diampuni. Sebab kesalahan yang sama bisa terulang kembali."
.

Gila. Sangat gila. Kepalanya serasa ingin pecah hanya karena sebuah pesan teks selama empat hari berturut-turut terus masuk. Memenuhi bar notifikasi ponselnya.

Walau tiap kata yang ada beda, tetap saja dengan maksud yang sama. Hanbyeol tidak mau menanggapinya, tapi tidak mau juga memblokir nomor tersebut. Entah kenapa. Ingin dibiarkan saja meski mengganggu.

Hampir setengah jam lamanya Hanbyeol mondar-mandir di kamar. Menggigit kuku jari dengan pikiran kacau. Ia frustrasi dibuatnya tiap melihat ponsel yang tergeletak diatas ranjang menyala. Memunculkan banyak pesan dari nomor yang masih disimpannya, namun tidak pernah lagi melakukan kontak selama bertahun-tahun.

Tetapi, malam ini tidak ada lagi pesan masuk. Tidak ada suara berisik yang tiap kali membuatnya parno. Hening. Hanya pesan operator yang awal Hanbyeol kiran dari orang yang terus mengontaknya.

Gadis yang masih terlihat was-was tersebut mendudukkan diri diatas ranjang. Mengatupkan kedua bibir ke dalam. Ragu tangannya untuk meraih ponsel sendiri, seolah benda pipih tersebut memiliki virus yang bisa menular pada pemiliknya.

"Sial!" umpat Hanbyeol mengurung niat mengambil ponsel. Mengusap wajah kasar sembari meringis. "Baiklah, dia hanya masa lalu mu. Mungkin dia hanya iseng-tapi mana ada orang iseng mengirim spam begini!" dengus Hanbyeol.

Melirik pada ponselnya yang hanya menampilkan layar hitam. Meraih dan menekan tombol daya. Memutuskan untuk menonaktifkannya dari pada aktif terus dan mendapat pesan terus. Berharap keputusannya tepat. Lagi pula, jarang ada yang menghubunginya. Ponsel yang dibeli baru beberapa bulan itu tidak memiliki banyak kontak selain teman dekat Hanbyeol sendiri dan majikannya. Ada telepon rumah yang masih bisa dirinya pakai kalau butuh. Begitu pikirnya.

"Pekerjaan. Fokus saja dengan pekerjaanmu." Hanbyeol bangkit. Mengepalkan tangan setengah badan. Memberikan semangat untuk diri sendiri. "Sekarang aku harus buat makan malam untuk Jungkook. Aku juga lapar. Jang Hanbyeol, kau pasti bisa!"

***

"Jungkook!" seruan Jungkook tidak digubris. Rumah terasa hening. Sunyi senyap. Hanya dirinya yang berada di dapur sendirian. Ditemani berisiknya alat dapur yang saling beradu dan kaldu yang mendidih.

Tadinya Hanbyeol ingin minta ditemani oleh Cloud, tapi saat melihat ke dalam rumah pribadi anjing peliharaan Jungkook itu sudah tertidur lelap. Yang biasanya bangun ketika mendengar langkah kaki sekecil apapun, kini tidak. Mungkin anjing itu kelelahan setelah seharian Jungkook bawa keluar.

Rumah seluas tiga hektar ini sering sekali membuat Hanbyeol ketakutan. Apalagi hanya ditempati berempat. Bahkan lebih sering berdua-Jungkook dan Hanbyeol. Tuan Ahn dan Yoongi memiliki tempat tinggal pribadinya yang kini lebih sering ditempati ketimbang tinggal di rumah sendiri. Entah apa alasannya.

"Astaga, ke mana sih anak itu," keluh Hanbyeol yang baru selesai memasak. Menyiapkan diatas meja makan. Tidak banyak yang Hanbyeol masak karena hanya Jungkook dan dirinya yang akan makan malam ini. Orang-orang rumah sibuk dengan urusan masing-masing di luar.

Hwayoung? Entah ke mana. Mungkin di apartemen pribadi juga yang sempat Hanbyeol.

"Keluarga ini kenapa tinggalnya harus pisah-pisah sih? Apa gunanya membangun rumah sebesar ini kalau begitu," cibir Hanbyeol menaiki undakan tangga. Hendak menuju kamar Jungkook.

Mahasiswa tingkat akhir itu bisa saja sedang sibuk dengan materi atau paling tidak skripsinya. Jungkook terkadang lupa waktu kalau sudah belajar sangat fokus. Jangankan ketukan pintu, suara panggilan saja Jungkook suka tidak dengar sangking terpakunya dengan dunia sendiri-belajar.

Dear Jung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang