29 - Singularity

148 15 2
                                    

"Tidak semua orang mesti tahu cerita kita. Terkadang ada kalanya kita simpan sendiri sampai waktu yang tepat datang untuk mereka ketahui."

.

"Lagi?"

Jungkook membulatkan matanya ketika Hanbyeol meminta roti isi kacang merah berbentuk ikan miliknya.

Ini sudah bungeoppang ke tujuh yang Hanbyeol santap. Bahkan Jungkook barusan memberikan dua miliknya dan sekarang yang terakhir. Entah bagaimana bisa wanita di samping terlihat seperti orang kelaparan atau bahkan lebih seperti orang yang sedang ngidam.

Jungkook beberapa kali kembali ke penjual roti ikan dan penjualnya pun menertawakannya. Mungkin si penjual pikir, Jungkook adalah anak remaja yang sedang kelaparan sehabis sekolah. Hingga mendapatkan bonus dari sang penjual.

"Iya. Aku lapar. Dari tadi kita hanya duduk dan diam saja. Kau juga sih, kenapa tidak bilang mau ke sini? Kan kalau gitu aku akan bawa snack di rumah," protes Hanbyeol dengan mulut penuh. Beberapa kali isinya sempat menyembur ketika bicara.

Bukannya minta maaf, Jungkook malah tertawa. "Lain kali aku bilang. Namanya juga mendadak tidak terencana. Lagi pula, di sini banyak penjual makanan. Bilang saja kalau mau yang lain."

"Ck, calon penerus perusahaan besar ini. Sepertinya dompetmu kenyang terus diberi makan tiap hari," sindir Hanbyeol sebagai candaan. "Lalu kenapa kaget saat aku minta makanan milikmu barusan?"

"Hanya heran. Kau kan sedang diet."

Mata Hanbyeol berputar malas. "Diet apanya. Aku tidak suka. Menyiksa saja."

Jang Hanbyeol terkejut ketika telapak Jungkook mengacak pucuk kepalanya halus. Tersenyum lembut hingga kerutan di sekitar matanya muncul.

"Ini baru pacarku. Benar, tidak usah diet. Kau cantik apa adanya!" Suara lantang Jungkook berhasil mengambil alih atensi orang-orang sekitar. Dan itu membuat Hanbyeol malu sendiri. "Tapi tetap harus konsumsi yang sehat dan normal-normal saja," tambah Jungkook.

Bak anak kecil yang penurut, Hanbyeol mengangguk dengan pipi menggembung. Mengunyah habis bungeoppang di tangan hingga tak bersisa.

Ini adalah hari yang menyenangkan meski ajakan Jungkook yang sederhana. Berjalan dan duduk di tepi Sungai Han. Menikmati pemandangan pagi cerah yang mana masih belum banyak orang datang. Hanya beberapa, itupun yang berolahraga.

Iya, Jungkook pagi buta sudah cerewet dan menarik paksa Hanbyeol yang sibuk di dapur hanya untuk datang ke sungai ini. Sampai matahari yang mulai menyengat, Jungkook seolah enggan jauh-jauh dari hamparan rumput hijau yang diduduki. Bokongnya seolah telah menyatu bersama dengan tanah.

"Jung, skripsi mu sudah beres?"

Pertanyaan Hanbyeol langsung membuat Jungkook lesu. Wajahnya ditekuk cemberut. "Aduh, kenapa kau mengingatkanku soal tulisan pusing itu sih, Byeol? Aku—"

Suara notifikasi pesan dari ponsel Jungkook menghentikan pembicaraan keduanya. Penasaran dengan siapa pengirimnya, Hanbyeol melihat nama tertera jelas.

"Dosen Kwak," rapal Hanbyeol membaca si pengirim.

"Sepertinya aku ini calon peramal. Baru saja aku mengatakan soal skripsi, sekarang dosen pembimbingnya sudah memanggil. Hahaha!" ledek Hanbyeol puas.

Dear Jung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang