Vote dulu yuk biar gak lupa. Komen juga boleh, saran kritik juga apalagi.
.
"Jika hatinya beku, maka hangatkan lah agar mencair. Kalau pun masih terasa sulit, lakukan secara bertahap."
.
Ahn Jungkook begitu sibuk dengan buku-buku dan layar besar di depannya. Tangannya tidak berhenti mencatat lalu bergilir mengetik. Kacamata yang bertengger di hidung, membuat Jungkook terlihat berbeda dari biasanya. Terkesan anak kuliahan sekali. Namun tetap tampan sekaligus manis.
Seharusnya ia belajar di ruang pribadi seperti biasa, namun akhir-akhir ini Jungkook lebih betah di ruang Ahn Yoongi. Entah karena rindu atau mungkin nyaman saja, Jungkook sangat suka dengan kamar Yoongi yang sudah tidak banyak barang. Membuatnya lebih mudah fokus dan rileks.
"Kalau saja Yoongi hyung ada di sini, dia juga pasti bisa membantuku mengerjakan skripsi." Jungkook mengatupkan bibir. Menyandarkan punggung ke kursi. Menatap langit-langit.
Sejenak Jungkook memejamkan mata. Otaknya yang sejak tadi terus bekerja membuat Jungkook kelelahan, meskipun minuman berkafein sudah menemani. Tidak bisa bohong kalau rasa kantuk tetap menjalar.
"Ahh ...," desahan napas panjang terdengar. Jungkook bangkit dari duduknya. Meregangkan otot. Ia berjalan ke arah jendela besar di depan. Merasakan angin sepoi yang menyapu wajah—menyegarkan.
"Akan menyenangkan kalau—hyung? Ada apa?" tanya Jungkook sedikit terkejut ketika mendengar suara berisik dibelakang yang ternyata adalah Yoongi. Pria kulit pucat tersebut terlihat sibuk dibagian rak. Mencari sesuatu yang entah apa.
Melihat Yoongi yang tidak memberi respon, pun Jungkook mendekat. Kepalanya sedikit dimiringkan melihat Yoongi yang tak berniat melihat wajah adik manisnya. "Ada yang bisa aku bantu, hyung?" tawar Jungkook baik hati.
"Tidak." Singkat, padat, dan sangat jelas. Yoongi sekali.
Jungkook mengerucutkan bibirnya. Agak kecewa karena mendapat penolakan. Namun seolah tidak menggubris apa yang Yoongi katakan, Jungkook ikut mencari sesuatu dibalik deretan buku-buku milik kakaknya meskipun ia sendiri tidak tahu apa yang dicari.
Seperti seorang bocah polos yang tidak mengerti apa-apa, Jungkook begitu semangat membantu Yoongi. Sesekali Yoongi melirik, melihat adiknya yang aneh. Jelas ia tidak butuh bantuan Jungkook, tapi Jungkook tetap membantunya. Pun bagaimana Jungkook akan menemukan apa yang Yoongi cari jika Yoongi saja tidak mengatakan sesuatu tersebut.
"Ini dia!" seru Yoongi ketika mendapatkan sebuah buku Dengan sampul cokelat gelap. Buku catatan milik Yoongi. "Sudah aku bilang tidak perlu. Kau keras kepala," nyinyir Yoongi sambil membuka catatannya. Melihat halaman perhalaman.
Ada banyak catatan yang lebih di dominasi oleh resep-resep pastry yang Yoongi buat. Mulai dari resep ciptaan sendiri sampai resep umum yang biasa ada toko pastry lainnya.
Seolah tidak merasa tersinggung oleh nyinyiran Yoongi, Jungkook beralih mendekat. Melihat isi buku ditangan Yoongi. "Jadi itu buku resep mu?" tanya Jungkook retorik. "Tapi untuk apa? Bukannya selama ini—"
"Memangnya kau harus tahu? Sudah sana kerjakan tugasmu. Yang Mulia akan mengomel kalau kau banyak bicara denganku," ketus Yoongi berbalik. Matanya menelusuri ruangan sendiri yang sudah lama tidak ditinggali. Menatap meja yang kini sedang penuh barang milik Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Jung ✓
FanfictionKehidupan seorang Ahn Jungkook seketika berubah sejak kematian sang ibu. Ayahnya berambisi kuat untuk menjadikan Jungkook sebagai penerus Orbit Corp. sehingga memberikannya banyak tekanan. Alih-alih meminta tolong, Jungkook malah menemukan perubahan...