"Kerinduan dan kesepian adalah suatu kombinasi kompleks yang dapat hinggap pada siapapun. Awalnya terjadi rasa asing yang membuat isi kepala mendadak uring-uringan hingga akhirnya kehilangan kontrol diri."
.
Ini sudah hari kelima Jungkook berada rumah tanpa siapapun. Yang artinya sisa dua hari lagi, genap seminggu ia mulai kesepian.
Sejak hari itu, hari di mana Jungkook berteriak lantang bahwa dia membenci ayahnya, Ahn Minseok belum kembali seperti biasanya. Atau mampir maupun menginap semalam. Pun tak menghubungi Jungkook untuk sekadar menitah atau mengingatkan Jungkook untuk terus berada di bawah cahaya minim di pojok kamar. Tak ada pesan untuk menanyakan, 'bagaimana kuliahmu hari ini?', 'semuanya berjalan lancarkan?', 'skripsinya sudah sampai mana?', 'kapan sidangnya?'.
Jungkook bersyukur, tapi juga was-was. Seakan tahu ayahnya ini bisa meledak tanpa mengenal waktu dan tempat. Sejak remaja, Jungkook mulai mengenal siapa ayahnya, persona apa yang ayahnya pakai begitu melekat dalam ingatan Jungkook.
Entah karena takut atau lainnya, Jungkook enggan melawan dan memilih tunduk pada segala perintah. Jungkook dewasa hanyalah fisiknya, jiwanya tetap Jungkook remaja yang sulit keluar dari jeruji berkilau yang ayahnya suguhkan.
Membangkang mungkin terdengar terlalu kasar. Secara halus, baru kali ini Jungkook berani menentang dan berteriak pada segala tindakan yang Ahn Minseok lakukan.
Bagi Jungkook, sudah cukup mengambil mimpinya. Tapi tidak dengan kebahagiaan saat ini.
Setelah mengenakan black denim jacket, Jungkook memakai sneakers Nike Air Max Goadome hitamnya. Penampilan hari ini seperti orang berduka, black outfit. Namun bukan pemakaman tujuannya, melainkan suatu tempat yang sering Jungkook kunjungi sejak sebulan yang lalu.
Baru tangannya meraih kenop, suara pin ditekan dari luar terdengar hingga pintu terbuka. Menampakkan sosok pria berjas formal yang menenteng sekantung plastik putih dengan wajah lelahnya.
"Mau ke mana?" tanya Ahn Minseok melihat penampilan Jungkook cukup rapi seperti hendak hangout bersama teman-teman.
Dengan ketus, Jungkook menjawab, "Bukan urusan Ayah."
Kemudian berlalu melewati Ahn Minseok yang mematung di ambang pintu. Melihat kepergian Jungkook dengan sedikit emosi yang menaik. Tetapi langsung menetralkan amarahnya setelah menarik napas panjang dan masuk.
***
Dua minggu yang lalu setelah melakukan operasi dan menjalankan radioterapi setelahnya, kini Jungkook kembali menuju rumah sakit di pusat kota untuk menjalankan terapi ketiga di bulan ini.
Jungkook mengidap kanker paru jenis NSCLC atau Non-Small Cell Lung Cancer. NSCLC cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat. Oleh karena itu, setelah melakukan operasi, Jungkook melakukan radioterapi.
Sampai sekarang, tidak ada seorangpun yang mengetahui soal operasinya. Termasuk Hanbyeol. Jungkook tidak atau mungkin belum memberitahu Hanbyeol soal ini karena tidak mau membuat wanita itu kerepotan lagi.
Meskipun demikian, Jungkook tetap membutuhkan Hanbyeol. Bukan sebagai tuan dan pelayan, juga bukan hanya sebagai pria dan wanita. Melainkan sebagai penawar luka Jungkook saat ini. Hanbyeol adalah pelangi sekaligus cahayanya yang selalu dapat membuat Jungkook merasa begitu berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Jung ✓
FanfictionKehidupan seorang Ahn Jungkook seketika berubah sejak kematian sang ibu. Ayahnya berambisi kuat untuk menjadikan Jungkook sebagai penerus Orbit Corp. sehingga memberikannya banyak tekanan. Alih-alih meminta tolong, Jungkook malah menemukan perubahan...