21 - Surreptitious

151 26 0
                                    

"Terkadang ada kecewa yang tak bisa dimaafkan. Ada alasan yang tak bisa diterima. Semua akan terasa memuakkan seiring berjalannya waktu bersama kebohongan yang terus tercipta."

.

Tepat minggu akhir di bulan Juli, sesuai jadwal hari itu di mana Jungkook akan melakukan operasi. Hatinya berdebar—bukan karena sesuatu yang berbunga-bunga. Jelas. Melainkan berdebar karena sekarang ia akan berbaring di atas meja bedah di bawah cahaya lampu yang menyilaukan. Ruangan yang penuh dengan benda tajam berbahan logam jelas menyambut Jungkook nantinya.

Masih berbincang bersama dokter Lee, Jungkook mencoba memastikan bahwa dirinya akan baik-baik saja. Meskipun tahu, efek samping selalu ada. Siap tidak siap, Jungkook harus mengganti pakaiannya yang sudah di siapkan rumah sakit.

"Dok, jadi apa saja yang dilakukan selama operasi? Maksud saya, apa yang akan diambil dari saya?" Pertanyaan Jungkook membuat dokter terkekeh. Pria tua itu sangat paham bagaimana takutnya Jungkook untuk melakukan ini.

"Karena kanker berada di stadium 2, di mana kami akan mengangkat tumor dan jaringan sehat di sekitar untuk menghambat penyebaran. Waktu terakhir Anda check up, tumor masih berada di satu sisi. Jika menyebar ke seluruh sisi, maka kami akan mengangkat salah satu paru Anda," jelas dokter Lee yang diakhiri senyuman simpul.

Mengangkat sebelah paru?

Terdiam Jungkook mendengar hal itu. Tidak pernah terbayangkan jika sebelah parunya di keluarkan dan ia akan hidup dengan satu paru. Rasanya terdengar aneh.

Sadar akan kebingungan dan keterkejutan Jungkook, dokter mencoba meluruskan maksud ucapan barusan.

"Anda tidak perlu khawatir. Meski dengan satu paru, Anda masih bisa bernapas normal, kok," ujarnya.

Ada kelegaan setelah mendengar penjelasan dokter Lee. Setidaknya tidak sebingung barusan.

Kalau dipikir-pikir lagi, Jungkook heran sekaligus kesal pada diri sendiri. Kenapa ia dulu begitu bandel dan minum terus. Bahkan setelah menginjak umur dewasa—20 tahun—Jungkook langsung menegak banyak minuman alkohol sampai seperti candu. Lalu ditambah rokok setiap kali berkumpul bersama teman-temannya atau bahkan Yoongi sekalipun. Dan sekarang akibat dari semua yang ia lakukan berdampak.

Padahal ketika kecil, Jungkook sangat tidak suka dengan bau rokok mengingat sang ayah perokok aktif. Selalu merokok di sisinya tanpa peduli kesehatan anak-anak. Sehingga Yoongi mengikuti jejak sang ayah, ikut menjadi perokok aktif dengan alibi mengalihkan pikiran yang menyesakan.

Dokter bangkit. Hendak bersiap menuju ruang bedah. Namun segera Jungkook menahannya. Meminta sedikit lagi waktu untuk membiarkan diri tenang.

Menarik dan mengembuskan berulang kali. Tapi seperti sia-sia. Ada sesuatu yang mengganjal dan mengusik isi kepala.

Siapa lagi kalau bukan Hanbyeol?

"Bisakah saya keluar sebentar? Saya mau menghubungi seseorang dulu."

Langsung disetujui, cepat-cepat Jungkook keluar ruangan. Duduk di salah satu kursi samping ruangan dokter Lee.

Layar ponsel menunjukkan nomor Hanbyeol, tapi tidak segera Jungkook tekan. Berpikir sejenak karena merasa bimbang.

Alasan apa yang harus diberikan agar tidak membuat Hanbyeol khawatir. Jungkook berusaha berpikir. Sebab kepergiannya tadi pagi tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk Hanbyeol. Saat matahari belum menampakkan wujudnya, tapi langit tidak segelap tengah malah, Jungkook sudah berada di kampus. Perut kosong yang hanya diisi air putih dan roti. Tidak sempat sarapan dengan masakan yang biasa Hanbyeol siapkan. Sengaja Jungkook tak bilang, takut nantinya ia malah diserang banyak pertanyaan kenapa datang sepagi itu meski ada kelas pagi.

Dear Jung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang