"Selalu saja mendapatkan luka di tempat yang sama. Sampai rasanya percuma saja diobati jika terus terluka."
.
"Malam ini?" tanya Jungkook pada ayahnya yang tengah fokus pada layar di pangkuan—laptop. Bekerja.
Ayah Jungkook mengangguk tanpa menoleh. "Ajak Yoongi. Ah tidak, biar Ayah saja nanti."
"Kenapa tiba-tiba? Apa ada sesuatu? Perayaan? Atau—"
Kini Ahn Minseok menoleh. Melempar senyum simpul menatap anaknya yang duduk di kanan sofa. "Family time. Kita semua tahu bukan, tidak pernah ada waktu untuk bersama. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Ayah juga sedang sibuk dengan peluncuran gim baru. Jadi, mumpung malam ini Ayah free, kita makan malam bersama," jelasnya yang mendapat respon gemas Jungkook. Seperti bocah sepuluh tahun. Matanya membola penuh binar seolah seisi galaksi berada di sana.
Memang jarang sekali makan malam bersama keluarga bagi mereka. Kesibukan menjadi hal mendasar. Ayahnya sibuk mengurus perusahaan sebagai CEO. Yoongi sibuk dengan bisnis pastry. Dan Jungkook sibuk kuliah. Semuanya fokus masing-masing. Jangankan makan malam di luar, makan—entah pagi atau malam—di rumah saja jarang bersama. Terkadang Hanbyeol yang memasak pun menyayangkan masakan yang sudah di buat. Oleh karena itu, Hanbyeol akan memasak ketika melihat siapa saja yang di rumah dan akan makan. Lalu membuat sesuai porsi saja.
"Kau ingin makan malam di mana?" tanya ayah Jungkook melipat koran yang selesai di baca.
Sejenak Jungkook berpikir. Namun tidak ada satupun tempat yang terlintas dalam kepalanya.
Ia menggelengkan kepala. "Aku ikut saja. Di mana pun itu, aku pasti ikut. Lagi pula, tempat bukan tolak ukurnya. Tapi kebersamaan, bukan begitu?"
Ayah Jungkook tersenyum tipis.
Anak paling kecilnya memanglah pintar. Tidak salah pilih ia memilih Jungkook sebagai penerusnya. Sisi sopan dan ceria Jungkook memberikan kesan baik pada Ahn Minseok. Berbanding terbalik dengan Yoongi yang dingin dan sarkas.
"Ayah," panggil Jungkook. "Aku harap makan malam kali ini berjalan baik. Jauh dari yang sebelumnya."
***
Entah sudah ke berapa kalinya Yoongi menghela napas lelah. Baru duduk, sudah datang pesanan lain yang kemudian ia antar sendiri mengingat salah satu pegawainya mengambil cuti untuk beberapa hari. Tugasnya sebagai chef harus merangkap langsung menjadi pelayan. Kasir? Tenang, ada pegawai wanita yang melayaninya.
Toko hari ini benar-benar ramai sejak tempat ini viral di sosial media oleh seseorang yang melakukan review langsung dalam vlog. Tidak ada niat promosi sama sekali, tapi dipromosikan secara suka rela. Dan ... Boom! Pesanan membludak. Senang? Sudah pasti. Artinya apa yang Yoongi buat memang nyata enaknya.
Saat pesanan benar-benar selesai, Yoongi menyandarkan tubuh pada punggung kursi. Memejamkan mata sejenak dengan peluh bercucur. Ponsel dalam sakunya bergetar. Panggilan masuk dari ayahnya yang langsung di tolak.
Tapi ayahnya tidak menyerah begitu saja. Terus menghubungi Yoongi sampai Yoongi menerima panggilan.
"Ayah ada di depan. Keluarlah, ada yang mau aku sampaikan."
"Katakan sa—"
Sial!
Ahn Yoongi berdecak saat sambungan diputuskan begitu saja. Ia paling tidak suka jika sedang bicara di telepon namun diputus begitu saja. Menjengkelkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Jung ✓
FanfictionKehidupan seorang Ahn Jungkook seketika berubah sejak kematian sang ibu. Ayahnya berambisi kuat untuk menjadikan Jungkook sebagai penerus Orbit Corp. sehingga memberikannya banyak tekanan. Alih-alih meminta tolong, Jungkook malah menemukan perubahan...