Present
Hope u like itMaaf kalau typonya banyak hehe
.
.
.
.Haechan tampak sedang menahan kekesalannya karena disuruh sang Ibu untuk membeli bahan makanan yang kurang, sesekali dia akan membenarkan letak hoodienya karena cuaca sedang dingin dan membuat siapa saja malas untuk keluar rumah dan memilih bergelung dengan selimut.
"Tahu begini, aku membawa adikku biar ada teman bicara." Gerutu Haechan pandangan matanya menelusuri rak-rak yang menyimpan bahan makanan yang ia butuhkan.
"Jae hyung? Kau mau ice cream?" Suara itu Haechan kenal tapi tidak yakin ia memberanikan diri melihat apakah itu temannya atau bukan.
"Yang coklat saja."
"Heol! NANA!" Pekik Haechan membuat Jaemin membulatkan matanya saat tahu ada Haechan. "Oh astaga kalian berkencan ya? Jawab!" Desak Haechan dengan tatapan penuh selidik.
"TIDAK!" Jawab keduanya serempak dan membuat Haechan mendengus sebal.
"Aku yakin kalian ini sudah berpacaran tapi tidak mau mengaku iyakan?" Desak Haechan.
"Tidak Haechan, kami masih berteman --
"Masih (?) Artinya sebentar lagi."
"Ugh ya pokoknya tunggu saja." Ujar Jaehyun sedikit kesal pada Haechan. "Na, hyung pulang dulu ya."
"Wae?" Tanya Jaemin penasaran.
"Papa menelfon, sepertinya mama pulang." Jaehyun mengangkat ponsel yang dari tadi bergetar menunjukan tanda ada telpon masuk.
"Oh, baiklah. Hati-hati di jalan ya hyung." Jaemin menahan tangan Jaehyun sebentar. "Jangan lupa kabari Nana jika sudah sampai."
"Aigoo, tentu saja. Jja, Haechan aku titip Nana ya."
"Aku bukan babysitter. " Gerutu Haechan tapi tetap saja menemani Jaemin. Sepeninggal Jaehyun, Haechan menatap Jaemin begitu tajam. "Kalian sungguh tidak ada hubungan apapun?"
"Tidak Echan. Sudahlah, kau kesini ingin apa?"
"Ah iya Ibu meminta beli garam tadi." Ujar Haechan dan segera mencari garam. Sedangkan Jaemin membeli beberapa camilan dan minuman. "Kau kalau menyembunyikan sesuatu dariku awas saja."
"Tidak, tenang saja nanti aku cerita kok."
Kedua lelaki manis itu berjalan beriringan, tidak ada pembicaraan sama sekali hanya suara nafas dari keduanya dan beberapa pejalan kaki yang kebetulan searah dengan mereka. Haechan sesekali akan menghela nafas berat.
"Ada masalah?"
"Oh, tidak."
"Donghyuck."
"Aku hanya rindu Mark hyung, tidak biasanya dia mengabaikan pesanku." Lirih Haechan.
"Kau tahu kalau mahasiswa sekarang lagi sibuk, Jaehyun hyung tadi kabur sebenarnya dari kerja kelompok dan mememilih menemuiku."
"Kau masih beruntung bisa ditemui. Hah, sudahlah nanti akan ku kirim pesan lagi." Jaemin mengusap punggung Haechan mereka berpisah di halte bus rumah Haechan. "Beri kabar kalau sudah sampai!"
"Iya iya cerewet sekali!" Balas Jaemin.
🙂🙂🙂🙂🙂🙂🙂
"Nana mana?"
"Kan tadi keluar sendiri. Kau lupa?" Tanya Luhan, Sehun menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak lupa cuma--
"Heish bilang saja lupa."
"Nana pulang. Pa, ini -- daddy kenapa?"
"Mencarimu, padahal tadi sudah minta ijin."
"Daddykan sudah tua."
"Heh mulutnya!" Jaemin berlari ke kamar takut dikejar Sehun, kadang mulut Jaemin tidak bisa direm.
"Astaga sudah, jangan seperti anak kecil." Sehun hanya mendengus sebal setelah suami mungilnya berbicara. "Lebih baik makan sana, Nana sudah membelikanmu minuman favoritmu."
"Dia tidak keluar dengan Jaehyunkan?"
"Kalau keluar dengannya kenapa? Tidak boleh?"
"Bukan begitu."
"Jangan mengekang lagi Sehun, aku tidak mau dia tertekan seperti dulu. Kau tidak ingat jika Jaehyun berhasil membuat putra kita tersenyum lagi membuka diri membawa teman-teman baru baginya yang tulus tidak memanfaatkan ketenaranku sebagai model terkenal." Sehun menghela nafas pelan, benar kata Luhan dia tidak boleh terus-terusan mengekang putranya. "Kau mau kemana?"
"Kencan dengan putraku, kau makan saja yang banyak biar gemuk."
"Hey! NA SEHUN!! Sehun sialan." Umpat Luhan tapi tetap makan.
Tok tok!!
"Na? Daddy masuk ya."
"Masuk saja dad!"
"Sedang apa?"
"Mengerjakan tugas dad, ada apa?"
"Nana mau ambil jurusan apa nanti ketika ingin kuliah?" Tanya Sehun lembut.
"Nana masih belum tahu hehehe, tapi Nana suka dengan fotografi."
"Ahh, jika sudah tahu ingin apa beritahu saja ya. Jangan di pendam sendiri, daddy tidak mau anak manis daddy memendam sendirian keinginannya utarakan pada daddy dan papa ya."
"Tumben sekali daddy menjadi bijak, biasanyakan -- aakhhh ampun dad." Rengek Jaemin saat dipeluk Sehun secara tiba-tiba dan menggelitik perut putranya itu. "Ahhh daddd lepaashhh geliihh!"
"Sehun!! Putraku kau apakan!!"
"Enak saja dia putraku!"
"No no Jaemin ayo sama papa."
"Tidak dia bersamaku."
"Tidak Sehun."
"Tidak Lu."
Jaemin jegah melihat kedua orang tuanya merebutkan dirinya. "Pa Dad kalau mau bertengkar di kamar saja, Nana mau belajar."
"No Nana anak papa."
"Anakku Lu."
"Oh astaga kepalaku, kalian ini kenapa sih." Gerutu Jaemin dan memandang kedua orang tuanya. "Sudahlah." Jaemin mengambil bukunya dan membawanya ke bawah dan membiarkan orang tuanya bertengkar yang masih merebutkan dirinya.
"Tuan muda? Anda ingin sesuatu?" Tanya maid.
"Boleh bibi, susu hangat ya."
"Nde tuan muda."
"Aigoo dasar orang tua, ah pasti kamarku akan bau -- ughh tidak Na tidak boleh berpikiran jauh." Jaemin mensugesti dirinya agar pikirannya tidak traveling kemana-mana. Pipiya merona saat tidak berhasil menghalau pikiran travelingnya.
____________________________
Sorry dikit upnya hehehe sengaja emang 😁
Semoga suka 💞
See you next chap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hugs and Kisses
DiversosBukan karena tidak bisa, tapi karena kau tidak mau melakukannya dengan tulus. Start : 23-12-20 END: 21-07-23