Kutuliskan sajak buat engkau,
Yang kupuja
Kutuliskan surat penuh metafora,
Tuk 'kau yang buatku terpana.Pagi-pagi hati terasa geli
Entah karena kupu-kupu sudah bersarang dalam nadi
Atau pesan darimu, barangkali
Rasanya, membuat kepalaku hanyut
Dalam arus perasaan yang kian kalut.Aku sudah terlanjur, terpaut.
Dalam suaramu, dalam indah tutur katamu.
Dalam elok cerdas pikirmu
Egoiskah aku
hanya ingin kau bercengkerama denganku.
Tak rela misal kau berbagi tawa dengan lain wanita.Salahkah?
Siang-siang kepala terasa penuh
Memikirkan sajak baru buatmu
Entah kenapa, rasanya seru
Padahal aku pun tak kunjung tahu
Tampakkah aku? Dimatamu?Sore-sore, terlelap aku.
Coretan pena dalam catatan kumuh
Penuh akan diksi indah nan menggoda
Buatku geli kala membacanya lagi.Malam-malam, aku ingin dengar tentangmu
Aku tidak berani. Aku tidak punya nyali.
Kau yang biasanya gagah berani unjuk diri.
Aku tak berani melampaui batasan dari hubungan teman ini.Untuk engkau yang kukagumi.
Meski terbatas dalam dunia di balik layar.
Bolehkah aku?
Mungkin saat ini masihlah begini
Aku sudah terlanjur bingung.
Tenggelam.Hanyut.
Lantas, mati.
Bolehkah aku? Sedikit lebih lama lagi.
Mengagumimu.Sebagai teman.
Sebagai teman.
Sebagai teman.
Aku akan menunggu hingga perasaan aneh ini,
Terbilas oleh waktu.Jangan menungguku.
****
A/N;
15-03-21
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Come Here
Poetry[bisikannya tak terdengar] *** Tentang ketidaksempurnaan. Aku dan egoisme. Aku dan menyerah. Aku dan suka duka. Aku dan semesta. Aku dan lelah. Aku dan rasa yang tak pernah terucap kata. Aku dan manusia. Aku dan pemilik semesta. Bagaimana dengan, ki...