Aku bertanya-tanya bagaimana manusia bisa merasakan sebuah ketulusan, ataupun memberikan ketulusan dengan setulus-tulusnya.
Tulus, satu kata ini belakangan mengganggu tidurku. Apakah aku sungguh-sungguh menjalani hidupku? Tuluskah aku? Apakah semua yang kulakukan dalam hidup didasarkan atas keinginan paling murni dan bersih dalam hati?
Tidak sekalipun.
Kalaupun aku tau rasanya aku sudah melakukan yang terbaik untuk ikhlas dan mencoba untuk tulus, aku tak pernah benar-benar rela.
Menangispun saat ini, bukan untuk diriku.
Sedihku saat ini, sebab kembali tersesat pasal hati.
Aku senang sekali beromong kosong soal mati hati, padahal itu hanya anganku dalam imaji, barangkali rasanya cukup untuk meniadakan perih.
Aku terlalu perasa. Aku sadar aku dengan sangat tulus menutupinya. Aku benci mengakui bahwa perasaan yang kupendam kini kian minta dikasihani.
Pada siapa aku hendak mengadu? Jawabannya tak pernah sesuai kehendak hati. Barangkali itulah mengapa orang-orang tak pernah ingin maju, mereka dipenuhi ketakutan pasal imaji masa depan yang sebenarnya tak bisa dijelaskan, namun terbayangkan. Betapa banyaknya beban dan siksaan sebab harapan tampak mulai merelakan.
Sekali harapan hilang, racun mulai mengambil tindakan. Menyebarkan benih-benih gelap yang mulai meredupkan terangnya manusia. Hanya sebab ego tadi diberi makan sedikit saja, ia tumbuh dan tak muat lagi ditampung dalam ruh atau tubuh. Barangkali sisa-sisanyalah yang menjadi racun itu.
Tak pernah sekalipun dalam hidup, aku merasa benar-benar tulus. Tuhan tau dalam tiap doa dan ibadahku terselip ego agar dibelaskasihi.
Aku tau betapa menyedihkannya diri ini saat berhadapan dengan-Nya. Maka saat sendirian, aku akan menjadi teramat sombong. Besar hati, sampai tak ada yang mengerti.
Aku lelah. Aku lelah mencintai. Aku tidak tahu apakah aku sungguh cinta, atau hanya mengabadikan perasaan manis dalam dada, indah dalam kepala, mengikat begitu menggoda. Aku tidak tahu jalan mana lagi yang harus kuambil untuk menepi, menyelamatkan diri.
Aku takut.
2-04-22
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Come Here
Poetry[bisikannya tak terdengar] *** Tentang ketidaksempurnaan. Aku dan egoisme. Aku dan menyerah. Aku dan suka duka. Aku dan semesta. Aku dan lelah. Aku dan rasa yang tak pernah terucap kata. Aku dan manusia. Aku dan pemilik semesta. Bagaimana dengan, ki...