Sepoinya mengggerai rambut kelammu
Mataku tertutup sekali dua kali, menikmati
Tatkala pertanyaan saling kita tanyakan
Nyiur angin bahkan tak mampu beri jawaban.Di bawah pohon raksasa yang jadi saksi bisu
Pertanyaan-pernyataan keramat nan tak tahu malu
Menanyakan ini itu pada makhluk Tuhan yang tak serba tahu
Kami, tak pernah berhenti mengadu.Gemericik air sungai di sana juga terdengar lelah
Kala argumenku kau anggap sedikit sampah
Melempar batu pada telaga
Terlontar indah, bak dapat hidayah kau pun tertawa.Indahnya masa-masa semesta menatap kita mesra.
Cicip burung menyiratkan suka
Sadarkan aku pada dimensi yang nyata,
Bayangan kita berdua dibawah sana,
Mencela angin, mencibir gemericik air, menitah burung.Waktu mengubah argumen kita
Waktu menyadarkanku akan dirimu yang berubah
Kita tak perlu argumen pembenaran sana-sini.
Waktu akan menjawabnya dengan amat pasti.Di sini, di tempat penuh memori.
Kau tidak disini, saat pemahaman itu menjumpai hati.
Ingin ku teriakkan padamu yang entah dimana
Aku tidak peduli lagi pada pertanyaan kita.
Termasuk tentang cintakah aku padamu?Waktu sudah menjawabnya, tanpa sempat kau tahu.
****
A/N;
Kinda sweet am i?
17-03-21
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Come Here
Poetry[bisikannya tak terdengar] *** Tentang ketidaksempurnaan. Aku dan egoisme. Aku dan menyerah. Aku dan suka duka. Aku dan semesta. Aku dan lelah. Aku dan rasa yang tak pernah terucap kata. Aku dan manusia. Aku dan pemilik semesta. Bagaimana dengan, ki...