pembuka ; tidak nyata

123 8 58
                                    


****

Mati.

Desisnya halus bak melodi
Melelapkan dengan beribu ilusi
Terbungkam, kutangisi
Dimana sadarku saat ini?

Sosoknya berpendar, menari
Menghantui dengan berbagai caci maki
Termaram, kusesali
Apakah aku akan mati?

Berteriak ia bak pemeran asmaraloka
Menangisi kekasihnya dalam duka
Terdiam, kucermati
Benarkah aku mati?

Lagi, bersenandung ia menyanyikan rahsa
Bertanya-tanyalah aku, ada apa
Terkesima, kutersiksa
Siapa ia?

Menatapku ia, penuh amarah
Menggeram ia, penuh cerca
Tertawa ia, tersiksa oleh dosa
Eksistensinya tampak nyata
Bak dendam manusia di alam barzah
Tersentak, kumenggila
Aku dimana?

Menangis ia dalam hisab
Terseret oleh arus azab
Terbelenggu ia dalam kepul asap
Terungkap, kuterkesiap.
Lantas senyap.

Sadarku oleh sengat mentari pagi.
Merinding sana-sini
Perih teramat di dalam hati
Benarkah, itu tadi ... hanya mimpi?

Atau aku mati suri?

***

Punya nya pak ketua juga keren banget ;-; dan puisi diatas emang baru aja ditulis ahihi.

Jadi, work ini ga beda jauh sama work yang satunya, tapi aku mau banyakin cerpen. Bikin puisi itu ... uhuq uhuq bruh.

Seeya in next kegabutan~
rim- 07-02-21





A/N;

Yang udah mulai sekolah tatap muka, sabar ya.

Don't Come HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang