ANNALISA
.
.
Hentakan musik edm masih terdengar di club malam yang didatangi tiga gadis muda yang baru saja merayakan kelulusan sekolah menengah mereka. Salah satunya, Annalisa Hermawan, gadis dengan tubuh semampainya yang dibalut dress mini sepaha yang memperlihatkan kaki jenjangnya bergoyang dengan sesekali tertawa bersama dua teman perempuannya, Keyla dan Astrid.
Sudah hampir tiga puluh menit mereka bertiga bergabung di dancefloor bersama pengunjung club yang lainnya menari mengikuti irama musik. Annalisa yang biasa dipanggil Ann merasa lelah, dia lalu meninggalkan dua temannya kembali ke mejanya sendirian dan menyalakan sebatang rokok.
Asap mengepul dari bibirnya ketika Ann menerima sebuah pesan di handphonenya. Dari pacarnya, Vano.
"Sayang, aku gak bisa jemput kamu ada hal mendadak yang harus aku kerjakan. Kamu pulang sama Keyla dan Astrid aja ya?"
Ann berdecak kesal, lalu menghisap rokoknya kembali sambil meneguk gelas birnya sampai habis.
Dia lalu melambai ke arah dua temannya, menyuruh mereka untuk kembali ke meja mereka.
"Gue mau pulang."
Keyla tertawa." Masih jam sebelas neng, main pulang aja."
"Bokap gue mau pulang dari luar kota malam ini. Jadi sebelum dia nyampe rumah, gue harus udah ada di rumah."
Keyla melirik Astrid, keduanya menghela napas memahami yang dikatakan Ann.
"Ya udah deh, kayaknya lo juga suntuk gitu mukanya. Kenapa lo?"
"Vano gak bisa nganterin pulang."
"Ya udah gue anterin, ayo..."
Setelah membereskan barang-barang mereka. Ketiga gadis yang mengundang decak kagum orang-orang disekitar segera angkat kaki dari tempat hiburan itu untuk mengantar pulang putri cinderella ke rumahnya.
Ann menghempaskan tubuhnya di kasur, memijit kepalanya yang pusing. Malam ini dia absen minum alkohol, karena papanya pulang hari ini. Dia gak mau papanya mencium sesuatu yang akan membuat jatah bulanannya berkurang. Tangannya meraih ponselnya, lalu mengirim pesan pada Vano untuk memberi kabar bahwa dia sudah ada di rumah.
Menunggu balasan dari Vano yang tidak kunjung datang hanya membuatnya mendesah kesal, Ann pun beranjak dari kasurnya, melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Rumahnya selalu sepi, rumah besar yang hanya dihuni papanya yang jarang ada di rumah, dirinya sendiri, dan satu asisten rumah tangga serta sopir pribadinya. Sebenarnya dia jarang bersama sang sopir dan lebih memilih menyetir sendiri kalau papanya lagi ke luar kota untuk jangka waktu yang lama.
Raditya Hermawan, sosok ayah yang masih dihormati Ann, mungkin terkesan segan, karena mereka sendiri jarang mengobrol santai layaknya ayah dan anak. Ann selalu menurut, karena dia tidak ingin kehilangan pundi-pundi tabungannya atau lebih parah dicoret dari kartu keluarga kalau sampai dia berani membantah atau kurang ajar terhadap orangtua satu-satunya itu. Single parent satu anak ini selalu sibuk mengurus perusahaan miliknya. Pergi ke luar kota untuk menemui klien atau menandatangani surat kerjasama dengan perusahaan lain di luar kota bahkan di luar negeri, sering dia lakukan dan mengharuskannya meninggalkan Ann, putri satu-satunya di rumah sendiri.
Anna sudah terbiasa, sejak mamanya meninggal karena kecelakaan saat dia berada di tingkat dua sekolah menengahnya. Waktu itu adalah saat terburuk dalam hidupnya ketika sahabat terbaik dan orang yang paling dicintainya pergi tanpa mengucap salam terakhir atau kecupan di kening yang selalu mamanya berikan di pagi hari.
Dunia Ann hancur saat itu juga, Radit yang tidak bisa menggantikan posisi mamanya membuatnya semakin kehilangan arah. Radit yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan Anna yang mencari pelampiasan dari hidupnya yang sepi tanpa asuhan mamanya. Jadilah Anna yang sekarang. Pergi ke club, merokok, minuman keras dan segala pergaulan bebas yang dikenalnya membuatnya semakin kehilangan arah hidupnya.
Bersama dua sahabatnya yang hanya membuatnya semakin tidak bisa mengendalikan kebebasan hidupnya. Anna merasa hidupnya lebih berwarna dengan pergaulan yang dijalaninya selama ini tanpa sepengetahuan papanya. Rasanya dia bisa melampiaskan amarah dan emosi yang mengendap di dadanya ketika menari di dancefloor atau menghilangkan sedikit kesepiannya di rumah dengan mabuk bersama teman-temannya.
Tapi, tetap saja masih ada ketidakpuasan dalam dirinya ketika dia melakukan itu. Rasanya masih ada yang kosong dan begitu menyesakkan rongga dadanya.
Dia hanya, merindukan mamanya, sangat.
...
hai
ramaein cerita ini ya, biar semangat lanjutinnya
stay health and happy
luv u
KAMU SEDANG MEMBACA
"ANA UHIBBUKA FILLAH"
Random#Lizkook religi Cover by @wiwiwiyaaa ig @decalcomaniaa_ Ketika ayahnya mengirimnya ke pesantren, rasanya dunia bebasnya runtuh seketika. Berbagai cara dia lakukan untuk bisa keluar dari sana, Ann tidak menyadari bahwa di pesantren itu kisah hidu...