ALI
.
.
Ali hanya menghela napas kesal melihat kerjaannya yang belum selesai malah diobrak-abrik oleh gadis baru yang menyebalkan. Rencananya untuk memperindah bangunan yang diperuntukan untuk santri putri dengan keahliannya mengolah tanah menjadi subur untuk ditanami berbagai tanaman bunga, harus dia ulang dari awal.
Ali mendapat akses untuk bisa berada di tempat khusus putri ini karena dia sendiri seorang pengajar yang otomatis akan mendatangi bangunan kelas putri untuk mengajar dan melakukan sesuatu yang berguna contohnya seperti yang akan dilakukannya. Menanam berbagai macam bunga yang cantik di sekitar kelas dan asrama putri. Yang dilarang disini adalah, menyentuh dan mojok berdua dengan lawan jenis. Dan santri laki-laki benar-benar dilarang berada di sekitar bangunan apalagi asrama putri.
Ali membereskan tempat yang berantakan itu, kemudian menanam bunga di pot yang masih tersisa. Baju kaos yang dipakainya sudah kotor, untung sebelumnya dia mengganti baju kokonya dengan pakaian biasa. Peci kesayangannya selalu menempel di kepalanya.
Dia penasaran dengan santri perempuan tadi, tapi Ali tidak bisa menyusul dan mengetahui apa yang dilakukannya sebelum ada perintah dari kiai Hasan sendiri.
Asyifa terkejut melihat kekacauan di depannya ketika dia baru saja keluar dari kelas mengajarnya. Masih menjaga jarak, dia memperhatikan Ali yang masih membereskan sisa-sisa pecahan pot.
"Ali, apa yang terjadi?"
Ali menoleh melihat Asyifa yang bingung melihatnya.
"Ada kucing besar jatuh tadi disini..."
Asyifa hanya menggeleng, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang guru. Bicara dengan pemuda itu selalu membuat Asyifa tidak bisa menahan gejolak yang menggebu. Daripada pikirannya tidak bisa fokus dia memilih menjauhi Ali demi keamanan hati dan menjaga harga dirinya sebagai putri pemimpin pesantren Al-Hidayah.
Dia tidak ingin membuat sebuah dosa dengan berlama-lama memandangi dan memuji ciptaan Tuhan yang menurutnya sempurna itu. Ali dan Asyifa memang tumbuh besar bersama di pesantren ini, tapi ada benteng yang tidak kasat mata yang membuat mereka tidak bisa menyentuh atau sekedar berbasa-basi ngobrol seperti layaknya dua manusia yang saling mengenal. Hanya bicara seperlunya, itu juga kalau memang ada kepentingan yang mengharuskan mereka untuk berdiskusi. Selebihnya, menjaga jarak karena bukan memang halalnya dan untuk menjaga kehormatan masing-masing.
Setelah selesai dengan pekerjaannya, Ali kemudian membersihkan diri karena dia masih harus pergi ke kampusnya untuk menyerahkan bahan skripsinya kepada dosen pembimbing. Dia ingin sekali cepat lulus agar bisa mendapat pekerjaan yang baik. Dan ingin membalas semua kebaikan kiai Hasan yang selama ini mengurusnya.
Pemuda berkulit sawo matang, dengan tinggi menjulang ini mempunyai keinginan untuk ikut membangun pesantren ini. Meskipun tidak dengan materi tapi dia mempunyai ilmu yang akan dia dedikasikan untuk pesantren ini.
Menjelang dua puluh empat tahun usianya, Ali memang tumbuh menjadi laki-laki yang soleh, menghormati orang yang lebih tua dan senang membantu orang lain. Selain cerdas, dia juga mempunyai fisik yang kuat sehingga selalu bisa membantu panen dan mengantar sayuran atau padi ke pasar untuk dijual.
Setelah selesai, dia kemudian pulang ke rumah sederhananya, peninggalan orantuanya untuk bersiap ke kampus. Dengan semangat menggebu dia pun menggeber motor tuanya yang selalu menemani Ali kemanapun. Jarak ke kampus sekitar tiga puluh menit, itu juga kalau tidak dibarengi dengan kemacetan yang selalu terjadi di pusat kota.
Asyifa sedang mencatat sesuatu di ruangan guru, ketika Sita datang padanya dengan tergopoh-gopoh.
"Ka Syifa, liat Ann gak?"
Dahi Asyifa mengerut lalu menggeleng. "Gak, kan sama kamu."
"Jam pelajaran pertama tadi dia ijin ke ruang kesehatan, sampai sekarang belum balik."
Asyifa membereskan peralatannya. Dia seperti mempunyai tanggung jawab sama Ann, untuk menjaga dan mengajarkannya ilmu agama. Maka dia berdiri lalu mengajak Sita ke ruang kesehatan untuk melihat kondisi Ann.
Ruang kesehatan yang berada di belakang kantor guru terlihat kosong, ranjangnya juga terlihat rapi seperti tidak ada yang tidur diatasnya.
"Lah kemana tuh anak." Sita garuk-garuk kepalanya.
"Mungkin di kantin." ujar Asyifa.
Mereka pun segera beralih menuju kantin, kantin yang bersekat tinggi untuk memisahkan santri putri dan santri putri terlihat sepi meskipun ada beberapa santri yang sedang minum tapi tidak terlihat sosok Ann.
Asyifa berjalan ke belakang kantin, memperhatikan kebun dan sawah di depannya. Matanya terhenti pada saung yang berada di tengah-tengah sawah, dia menyipitkan matanya lalu tiba-tiba menarik lengan Sita untuk mengikutinya.
Asyifa dan Sita saling berpandangan melihat putri tidur di bale-bale tempat istirahat yang biasa dipakai orang-orang yang mengurus sawah dan kebun pesantren.
Sita perlahan menggoyangkan bahu Ann.
"Ann bangun."
Ann mengucek-ngucek matanya dan bangun dengan kaget melihat dua wajah sedang melihatnya dengan tatapan bertanya-tanya.
"Gak baik tiduran disini, ayo kembali ke asrama. Udah mau adzan duhur..." ucap Asyifa lembut. Tidak ada pertanyaan untuk Ann.
Ann merapikan kerudung dan pakaiannya, lalu turun dari bale-bale dengan diam.
Asyifa berhenti sebentar ketika melihat mobil pick up yang akan membawa sayur-sayuran ke pasar.
Pria tua yang menggotong karung terakhirnya melihat ke arah Asyifa dan teman-temannya.
Dia menunduk. "Eh neng Syifa..."
"Sendirian ya mang, Ali nya ke kampus dulu katanya..."
"Iya neng, udah biasa emang mah. Untung karungnya gak banyak jadi masih bisa bawa sendiri..."
"Ya udah hati-hati ya mang Asep..." Asyifa selalu bicara lembut kepada siapapun, seperti uminya yang selalu santun dan bijaksana.
Asep tersenyum kemudian naik ke kursi sopir dan menyalakan mesin mobil.
Asyifa, Ann dan Sita melanjutkan langkah mereka kembali ke pesantren.
Ann melirik kebelakang, melihat mobil pick up itu sudah melaju meninggalkan persawahan. Satu senyum tipis muncul di bibirnya dengan satu alisnya yang terangkat, sepertinya satu rencana muncul di kepalanya.
...
![](https://img.wattpad.com/cover/262047487-288-k851823.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"ANA UHIBBUKA FILLAH"
Random#Lizkook religi Cover by @wiwiwiyaaa ig @decalcomaniaa_ Ketika ayahnya mengirimnya ke pesantren, rasanya dunia bebasnya runtuh seketika. Berbagai cara dia lakukan untuk bisa keluar dari sana, Ann tidak menyadari bahwa di pesantren itu kisah hidu...