29

1.1K 212 5
                                    


KEMBALI

.

.


Asyifa menemukan Ali di kebun hidroponik, seperti biasa merawat dan melihat-lihat berbagai tanaman yang tumbuh di sana. Meskipun hasil panennya untuk kebutuhan pesantren, bisa dikatakan kebun ini adalah milik Ann dan Ali, pesantren hanya menyediakan tempatnya saja. Mengingat Ann, Asyifa sedikit penasaran dengan kabarnya sekarang.

Ali yang sedang membetulkan pipa air untuk tanaman Stroberi sedikit terkesiap ketika Asyifa sudah berdiri di sebelahnya.

"Kiai dan umi belum kembali dari Jawa?" tanyanya.

"Mungkin besok mereka pulang." Jawab Asyifa sambil tangannya menyentuh buah stroberi yang belum matang. "Gimana pekerjaan di dinas? Sepertinya cukup sibuk ya?"

"Ya seperti biasa, mengunjungi beberapa petani dan peternak untuk pemeriksaan dan memberikan penyuluhan."

Asyifa mengikuti Ali yang mulai berjalan memeriksa tanaman yang lain. Gadis itu tampak ragu-ragu ketika menyimpan pertanyaan yang ingin dikeluarkan, takut menyinggung dan membuat suasana menjadi tidak nyaman.

"Hmm...kamu tidak sedang dekat dengan perempuan kan Li?" yang akhirnya terucap dan membuat Ali menghentikan langkahnya.

Asyifa yang masih di belakangnya, menunggu jawaban dengan berdebar.

"Tidak."

Jawaban singkat itu membuat senyum Asyifa mengembang. "Sebagai seorang teman yang udah sama kamu dari kecil, gak apa-apa kan kalau aku tanya-tanya tentang masalah pribadi?"

Ali menggeleng. "Gak apa-apa, santai saja."

Asyifa mensejajarkan langkahnya dengan pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Kamu sendiri, udah pantas lho untuk di khitbah. Pasti ada laki-laki yang kamu sukai kan?" pertanyaan Ali membuat pipi Asyifa memerah.

Ali menoleh ke belakang lalu terkekeh. "Apa Kiai dan umi sedang mencari jodoh buat kamu di pesantren Ar-Rahman?"

Kedua mata Asyifa membesar. "Ti tidak, abah memang ingin bertemu dengan teman lamanya, Kiai Malik."

"Emang kamu gak mau kalau ada yang ngajak ta'aruf ?" goda Ali lagi.

Asyifa menunduk, ingin sekali dia mengatakan bahwa dia ingin melakukan ta'aruf hanya dengan laki-laki yang sekarang berdiri di depannya.

Ali menatap Asyifa, gadis itu adalah sahabat dekatnya, putri dari orang yang merawatnya dari kecil. Dia ingin sekali melihat gadis baik dan pintar itu bersama laki-laki yang juga mempunyai akhlak soleh dan pintar seperti dirinya, sehingga bisa menjaga dan menuntun Asyifa dengan baik.

"Saya akan sangat bahagia, kalau kamu sudah menemukan laki-laki yang tepat. Saya yakin kiai dan umi pasti tahu siapa yang pantas buat gadis soleha seperti kamu."

Asyifa menelan ludahnya, kata-kata Ali seperti sebuah penolakan tidak langsung disaat proses ta'aruf antara dirinya dan Ali masih hanya rencana kedua orangtuanya.

Belum sempat Asyifa menyahut, Soleh datang membawa beberapa karung kecil berisi pupuk.

"Eh kak Syifa, mau bantuin ka Ali ya?"

Asyifa tersenyum. "Iya, tapi saya harus segera kembali ke rumah. Ya udah saya tinggal dulu, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam." Jawab Ali dan Soleh berbarengan.

Dalam perjalanan menuju rumahnya, pikiran Asyifa masih memikirkan ucapan Ali tadi. Kenapa dadanya terasa sakit disaat laki-laki pujaanya bahkan tidak memikirkan perasaannya sama sekali. Seketika dia ingin kedua orangtuanya segera kembali.

.

.


Ann akhirnya tiba di Jakarta menjelang siang hari, dia memutuskan untuk menginap di rumah lamanya dan mengunjungi makam orangtuanya dulu sebelum dia berangkat ke tempat acara Keyla esok harinya. 

Memandangi dua nisan bertuliskan nama kedua orangtuanya, kesedihan kembali meliputi Ann. Dia merindukan keduanya, sangat. Sebelum air mata mengalir di pipinya, dia lantas berdoa sebentar lalu segera meninggalkan pemakaman tersebut.

Astrid dan Keyla sudah berada di rumahnya ketika Ann sampai di halaman. Kedua sahabatnya itu segera menghambur dan memeluk erat. Ketiganya lalu menghabiskan dengan bercerita, mendengarkan kegiatan Ann di London dan cerita tentang kuliahnya Astrid dan Keyla. Tidak ada pembicaraan tentang Ali, karena Astrid Keyla ingin menjaga suasana hati Ann sampai tiba waktunya nanti. Dua sahabat itu pulang sebelum malam, beralasan akan menyiapkan pesta esok harinya. Padahal Ann ingin sekali mereka menginap, tapi toh besok juga bertemu lagi dan Ann bisa istirahat tanpa harus begadang dengan keduanya.

Sebagai seorang sahabat yang pernah ikut terjerumus dalam dunia malam dan kenakalan remaja, Astrid dan Keyla setidaknya ingin melakukan sesuatu yang bisa membuat sahabat mereka bahagia. Meskipun semua tetap kembali ke takdirnya masing-masing tapi dengan mencoba lagi untuk mendekatkan dua insan yang sebenarnya masih saling mencintai, mereka berharap Ann bisa menemukan pria yang tepat.

Karena itu lah mereka merencanakan untuk mempertemukan kembali Ali dan Ann dengan sedikit berbohong dan memaksa. Keyla bilang bahwa ulang tahunnya akan dirayakan di hotel, padahal dari jauh-jauh hari dia sudah mempersiapkan untuk berbagi di hari bahagianya bersama santri di pesantren Al-Hidayah, hanya merayakan syukuran kecil bertambahnya umur dengan berdoa dan makan bersama di pesantren. Keyla takut Ann akan menghindar seandainya dia bilang acara ulang tahunnya akan dirayakan di pesantren Al-Hidayah. Karena dia tahu, Ann masih enggan untuk membicarakan Ali dan berusaha menjauhi sosok pemuda yang sekarang berada dalam bimbangnya.

Mendengar kabar dibatalkannya proses ta'aruf Ann dan Stephen membuat Astrid dan Keyla mempunyai ide untuk membawa Ann kembali ke pesantren untuk bertemu dengan Ali. Keduanya hanya ingin dua manusia itu mengetahui perasaannya masing-masing bahwa dalam hati mereka masih ada jejak cinta dan rindu yang mendesak untuk diutarakan.

Mereka berharap Ann tidak marah dan kesal setelah mengetahui rencana yang mereka buat. Tapi Astrid dan Keyla deg-degan juga takut semuanya berantakan dan tidak sesuai dengan harapan mereka. Apalagi akhir-akhir ini ustad Ali jarang berada di pesantren, khawatirnya nanti saat syukuran ulang tahunya Keyla, Ali tidak hadir atau bahkan tidak datang ke pesantren. Akan sia-sia kembalinya Ann kalau hal itu terjadi.

Maka ketika hari itu tiba, keduanya memastikan bahwa semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana.

...

"ANA UHIBBUKA FILLAH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang