28

1.1K 194 1
                                    


PASRAH

.

.



Setelah kejadian dua hari lalu, dimana Stephen dengan rela melepas dan membatalkan proses ta'aruf mereka. Ann masih diselimuti perasaan bersalah, padahal Stephen sudah bersikap biasa ketika seperti biasanya mereka bertemu di komunitas Al-Hikmah.

Siang ini, Ann masih betah memandangi pemandangan luar jendela kamarnya sambil memikirkan beberapa kejadian sebelumnya. Matanya terpejam, ketika tiba-tiba pertanyaan muncul di benaknya, apakah pemuda di lain negara itu masih mengingatnya? Apakah Ali masih memikirkan dirinya, mengingat dirinya telah menorehkan rasa sakit yang begitu dalam di dadanya.

Ann masih melamun, ketika handphone di atas meja riasnya berdering, cukup lama gadis itu membiarkannya hingga ketika tersadar segera meraih benda itu untuk menerima panggilan dari Keyla.

"Lagi apa bu? Gimana kabarnya? gimana persiapan nikah sama Stephen? lagi musim apa di London? gimana ..."

Dikontrakan kedua sahabatnya, Astrid merebut handphone Keyla karena greget dengar beberapa pertanyaan tanpa jeda untuk Ann. 

"Assalamu'alaikum Ann..." Astrid kemudian menyalakan Loudspeaker.

Ann tersenyum kecil kemudian membalas. "Wa'alaikum salam..."

"Gak usah nanggepin si Keyla, dia mah lagi gabut lagi nungguin pesan gebetan anak psikologi yang  gak ada kabarnya sampai sekarang." Astrid terkekeh, sementara Keyla hanya berdecak di belakang Astrid.

"Loh, yang dulu anak hukum gimana? gak ada kabarnya lagi." Ann ikut tertawa kecil.

"Tau ah Ann, kesel gue. Tiap ada yang deketin gue selalu kagak berlanjut lagi. Coba di kampus ada yang kayak ustad Ali, soleh, pinter..." Astrid memotong ucapan Keyla dengan memberikan pelototan padanya. Keyla menutup mulutnya, takut Ann tersayat lagi hatinya karena ceplas-ceplosnya.

"Ckk, gue gak apa-apa kali. Gue bukan anak sma yang baperan gitu." Sahut Ann yang tahu kalau kedua sahabatnya merasa tidak enak dengannya.

"Oh ya Ann gimana kabar Stephen, terus udah sampai mana proses ta'arufnya?"

Ann menghela napas pelan sebelum menjawab pertanyaan Astrid.

"Kak Stephen membatalkan proses ta'arufnya."

Astrid dan Keyla saling menatap dengan terkejut. Keduanya bertanya-tanya dalam diam dengan berita yang baru saja mereka dengar.

"Ini, tidak ada hubungannya dengan siapapun kok. Kak Stephen hanya tidak ingin memaksakan keinginannya kalau ternyata hanya bikin gue gak terlihat bahagia sama dia." Lanjut Ann pelan.

"Oh gitu ya." Astrid masih saling pandang dengan Keyla.

"Padahal gue belum kenal sama dia, tapi gue udah kagum aja sama Stephen." Sahut Keyla.

Ann tersenyum sependapat.

"Meskipun baiknya kayak malaikat, tapi tetap aja gak bikin lo jatuh cinta sama dia kan Ann?" tanya Astrid.

"Gue..."

"Ya sudah kalau memang seperti itu keputusannya, semoga saja yang terbaik buat semuanya." ujar Astrid cepat, tahu kalau sahabatnya yang berada jauh darinya itu masih dalam keadaan tidak baik. Bagaimanapun juga Ann pasti merasa bersalah atas batalnya proses ta'aruf dirinya dengan Stephen. Astrid dan Keyla ingin sekali memeluk Ann, lalu menghibur sahabat cantik mereka dengan mengajaknya jalan-jalan.

Keyla menggigit bibirnya sebelum kembali bertanya tentang seseorang kepada Ann. "Terus...lo gak mencoba buat...itu..deket lagi sama ustad Ali gitu?" 

Astrid hendak protes dengan berbisik, tapi Keyla menyuruhnya diam dengan memberi isyarat telunjuk yang ditempelkan di bibir. 

"Kayaknya gue masih butuh waktu lagi buat ngembaliin suasana hati gue. Jujur sih, saat ini gue pasrah aja dengan ketentuan yang di Atas. Karena ternyata tidak mudah, mengharapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita." Jawab Ann.

Astrid melihat binar di wajah Keyla, gadis itu kemudian menutup handphone dengan tangan dan mengajaknya berdiskusi sebentar. Keduanya mengangguk-angguk ketika satu rencana muncul di kepala mereka. 

Lama Astrid dan Keyla saling berbisik membuat Ann heran.

"Kalian lagi ngapain sih?" 

"Ah ya Ann, gak ngapa-ngapain ini si Keyla, hapenya lemot jadi sinyalnya jelek." jawab Astrid sambil menahan senyum puasnya.

Keyla tiba-tiba mengeraskan suaranya sambil merajuk.

"Ann, ulang tahun gue kan mau dirayain gede-gedean di hotel. Gue gak mau tahu ya pokoknya lo harus balik ke Indonesia saat acara ulangtahun gue. Kalau lo gak mau, putus persahabatan kita!"

Ann tergagap, bingung dengan ancaman tiba-tiba dari Keyla.

"Lo pikir gampang buat gue balik ke Jakarta? Gue harus bilang dulu oma sama tante Rosa yang belum tentu ngasih ijin Key."

"Urusan oma dan tante Rosa, serahin ke gue sama Astrid yang penting lo harus datang lusa, naik penerbangan yang pertama...oh ya jangan lupa...kado gue!"

Astrid menutup mulut dengan tangannya karena menahan tawa, dan Keyla cepat-cepat menutup panggilannya sebelum Ann melayangkan protes lagi.

Sementra Ann hanya membuang napas berat.

...



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"ANA UHIBBUKA FILLAH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang