26

1.1K 193 27
                                    


MELUPAKAN

.

.



Ali berkali-kali mengusap wajahnya, terbangun di tengah malam, ketika dirasakannya kembali rasa sakit di dadanya setelah berbicara dengan Ann kemarin. Dia tidak boleh larut dalam kekecewaan ini. Dia tidak ingin tenggelam dalam sakit hatinya sampai melupakan kewajibannya terhadap penciptanya. Maka dia mengambil air wudhu, lalu memasrahkan segala resah hatinya dalam dua rakaatnya.  Meminta ampun dan meminta agar dirinya menerima segala kenyataan pahit yang dirasakannya saat ini.

Dia menghela napas pelan masih dalam duduknya, lalu melirik seragam kerja yang tergantung rapi.  Seharusnya dia bersyukur bahwa masih ada kebahagian lainnya yang diberikan Tuhan padanya, yaitu pekerjaan. Namun dia memang tidak ingin membohongi perasaannya bahwa rasa sakit karena cinta itu masih ada. 

Ini pertama kalinya dia jatuh cinta yang begitu dalam, dan pertama kalinya merasakan hatinya patah berserakan. Begitu mudahnya Ann melupakan semua yang terjadi diantara mereka. Seharusnya Ali menyadari bahwa gadis itu akan sulit untuk dia gapai. Tapi sungguh dia berharap Ann akan bahagia dengan pilihannya. Yang masih menjadi misteri adalah, apakah Ann pernah mempunyai perasaan yang sama dengannya. Mengingat dalam pembicaraan mereka terakhir, gadis itu seperti menyimpan sesuatu hingga mengeluarkan tangisan yang membuatnya ingin menariknya dalam pelukannya.

Sekali lagi Ali mengusap wajahnya, mengakhiri doanya dan bersiap-siap untuk tidur kembali mencoba melupakan semuanya untuk menghadapi hari barunya esok.

...



Sejak pembicaraan di meja makan bersama kedua orangtuanya yang membahas tentang dirinya dan Ali yang akan disatukan dalam satu ikatan, senyum selalu terbit di wajahnya. Membuat siapapun ikut senang melihat Asyifa. Dia tidak sabar ketika proses itu terjadi dan berharap secepatnya abahnya itu segera membicarakannya dengan Ali.

Tapi sepertinya Asyifa belum bisa tenang karena dalam satu minggu ini kiai Hasan dan Umi akan berkunjung ke pesantren Ar-Rahman yang berada di jawa tengah selama satu pekan jadi kemungkinan proses yang diimpi-impikannya harus tertunda dulu. Untuk berbicara langsung dengan Ali sepertinya juga tidak baik dan Asyifa sendiri memang tidak berani melakukannya, dia tidak seagresif itu.

Dan Asyifa juga tidak melihat Ali selama beberapa hari ini di pesantren. Pikirnya mungkin pekerjaan di tempat barunya tidak bisa ditinggalkan.

Asyifa kemudian menemui Sita yang sedang makan di kantin pesantren.

Menyadari ada orang lain yang duduk di sebelahnya, Sita menoleh lalu tersenyum. "Eh ka Syifa..."

Asyifa balas tersenyum, "Kamu masih sering kasih kabar sama Ann?"

"Masih kak..."

"Gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, Ann masuk ke komunitas pelajar muslim di salah satu kampus di London dan dia banyak belajar disana."

"Syukurlah, dia masih bisa belajar agama. Oh ya ustad Ali masih mengajar kan hari sabtu kemarin?"

Sita mengangguk, meneguk minumannya sebelum menjawab. "Masih kok, oh ya kak...ustad Ali agak beda ya setelah Ann pergi?"

Asyifa menatap Sita dengan sedikit heran. "Iya memang Ali sedikit pendiam, setelah ngisi ceramah pun dia langsung pergi ke kebun."

Sita berguman, "Kayaknya ustad Ali kangen sama Ann."

"ANA UHIBBUKA FILLAH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang