6

1.5K 209 9
                                    


KABUR

.

.


Lagi-lagi Ann merasa bosan duduk di kelasnya, tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar Tauhid di depan. Dia sibuk berkirim pesan dengan Keyla dan Astrid, mengirim lokasi keberadaannya, dan rencana bolos keduanya hari ini. 

Keyla dan Astrid tuh seperti gak bisa ngapa-ngapain tanpa Ann, makanya mereka berdua memutuskan untuk daftar kuliah di bandung agar bisa bertemu dan hangout sama Ann. Dan hari ini, mereka akan melakukan administrasi ulang di universitas yang mereka pilih sekalian mencari kosan atau kontrakan untuk mereka tinggal selama kuliah di bandung.

Ann, menggerak-gerakkan kakinya bosan. Menggigit-gigit bibirnya, sudah dua hari dia tidak bertemu dengan rokok dan sepertinya mulutnya hambar kalau dia tidak menghisap nikotin dari benda itu. 

"Satu jam lagi gue sampai di tempat lo."

Ann tersenyum senang, lalu membalas pesan Astrid. "Oke..."

Mungkin hari ini Ann gak akan bolos, sepertinya dia akan mengikuti kelas sampai selesai, karena beberapa menit lagi kelas berakhir. 

Setelah gurunya benar-benar keluar dari kelasnya, Ann berdiri.

"Sit, gue mau ke kamar dulu. Buku gue ketinggalan..."

Sita hanya mengangguk dengan polos tanpa menaruh curiga sedikit pun.

Ann segera keluar sebelum guru pelajaran berikutnya datang. Dia mengendap-ngendap menuju belakang kantin. Keadaan di luar masih sepi karena masih jam belajar, memudahkan Ann untuk berlari menuju area persawahan. Setelah melihat mobil pick up di depannya, dia melihat-lihat sekitar takut ada yang melihatnya. Setelah dirasa aman, dia kemudian naik ke belakang mobil yang terbuka, menyibak terpal dan bersembunyi di dalamnya bersama karung-karung yang berisi sayur-sayuran.




Kiai Hasan dan Ali berjalan beriringan ke arah kantin.

"Oh ya, jangan lupa mampir di kiosnya Haji Tatang buat nganterin sawi putih yang kurang. Semuanya udah disiapin sama mang Asep, kamu tinggal bawa saja..."

Ali mengangguk, Soleh tiba-tiba datang menyusul keduanya.

"Kamu pasti bolos ya, jam segini udah keluar kelas?" Tegur Kiai Hasan.

"Pa Kiai lupa ya kak Syifa kan lagi nganter Umi ke dokter, jadi gak ada kelas ka Syifa hari ini..." sahut Soleh senang, bahagia karena bisa ikut lagi kepasar sama Ali. Remaja tujuh belas tahun ini selalu nempel dengan Ali. Bahkan sudah menganggap Ali sebagai kakaknya sendiri.

Kiai Hasan hanya menggeleng. "Bukan berarti kamu gak bisa belajar sendiri kan di kelas?" 

Ali tersenyum geli melihat Soleh yang salah tingkah.

"Di kelas berisik kiai jadi saya tidak fokus belajarnya...ya seperti itu...hehe."

"Bisa aja kamu, ya udah sana bantuin Ali jangan ngerepotin..."

"Iya Kiai..." Soleh membungkuk senang.

"Saya pergi Kiai, Assalamu'alaikum..." ucap Ali sopan.

"Wa'alaikum salam." Kiai hasan hanya geleng-geleng kepala melihat Soleh yang sudah berlari ke arah mobil pic up yang terparkir di tengah-tengah perkebunan. Seperti remaja yang senang ketika diajak piknik oleh orangtuanya. Mungkin hal itu tidak akan pernah terjadi, karena Soleh sama dengan Ali, tidak mempunyai orangtua.

"ANA UHIBBUKA FILLAH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang