8

1.3K 220 3
                                    


KELAS KOMPUTER

.

.


Ann terbangun karena mendengar Sita mengaji setelah solat subuh. Dia lalu duduk untuk mengumpulkan nyawanya.

"Shadaqallahul-'adzim." Sita menoleh pada Ann. Dia lalu membereskan mukena, sajadah dan al-qurannya.

"Saya mau nyuci, kalau kamu ada pakaian yang udah kotor sini sekalian aja." Sita mengambil beberapa potong bajunya yang kotor lalu dimasukan kedalam keranjang baju kotor.

Ann mikir sebentar, sebelum dia juga mengambil baju kotornya lalu dimasukan ke dalam keranjang yang dibawa Sita.

"Gue ikut ke atas." Ann merogoh saku jaket yang dipakainya semalam untuk mengambil sisa rokoknya. Tangannya menyentuh sebatang coklat yang tidak jadi dia makan. Dia menyerahkan coklatnya pada Sita.

"Nih buat lo aja."

Mata Sita berbinar, "Ini beneran buat saya?"  lalu mengambilnya dengan senyum lebar di pipinya.

"Iya." Jawab Ann singkat, dia heran melihat Sita sesenang itu dapat coklat darinya.

"Jazakillah khairan..."

"Lo belum pernah makan coklat apa?"

"Pernah, yang dua ribuan di warung. Tapi belum pernah makan coklat yang kayak gini. Pasti mahal ya. Orangtua saya cuma buruh di pasar jadi mana mungkin bisa beli coklat mahal kayak gini, mending uangnya buat beli beras."

Ann sempat tertegun, melihat Sita yang bahagia membuatnya ikut tersenyum walau tipis.

Sita lalu menyimpan coklatnya di lemari.

"Kamu solat subuh aja dulu, nanti nyusul saya ke atas."

"Oh iya." Ann garuk-garuk kepala, lalu dengan malas mengambil air wudhu.



Rooftop di asrama putri menjadi area laundry, dimana ada tiga mesin cuci dan tiang jemuran yang beratapkan kanopi jadi kalau hujan dan tidak sempat diangkat, jemuran santri putri masih bisa terselamatkan.

Ann belum pernah kesini, karena dia selalu menitipkan pakaian kotornya sama Sita. Sita masih menunggu cuciannya yang masih berada di mesin cuci. Dia kemudian kembali ke kamar untuk mandi, dia akan menjemur pakaiannya sekalian masuk kelas nanti.

Ann menyandarkan punggungnya di pagar pembatas. Matahari pagi mulai muncul, menampakan semburat sinar kekuningan yang cantik. Hamparan hijau di belakang pesantren mulai terlihat. Ann menyalakan rokoknya, lalu menikmatinya bersamaan dengan matahari yang perlahan naik. Tempat ini masih sepi, mungkin karena santri yang lainnya belum waktunya untuk mencuci pakaian. Sehingga Ann bisa lebih santai menghisap rokoknya.

Ann benci tempat ini, tapi dia suka dengan suasana segarnya pegunungan. Kenapa dia tidak dikirim ke London saja sih. Akan lebih asik sepertinya tinggal bersama tantenya. Setiap malam dia bisa party kayaknya sama bule-bule London. Dan hidup bebas jauh dari ayahnya.

Dia tersenyum miris, lalu membuang rokoknya bersamaan dengan Sita yang kembali dengan baju seragam yang sudah rapi.

"Kamu gak bakal bolos lagi kan hari ini?" tanya Sita sambil mengambil baju bersih dari mesin cuci.

"Sebenarnya gue males masuk kelas. Tapi daripada gue bosan di kamar, terpaksa gue masuk."

"Kamu harus masuk, soalnya pagi ini jadwal komputer. Saya senang kalau udah waktunya kelas komputer soalnya bisa lama-lama liatin wajahnya kak...Astaghfirullah...maksud saya liatin komputernya." Sita menunduk malu.

Ann mengulum senyum, sebenarnya Ann ingin tertawa melihat kepolosan gadis yang seumuran dengannya itu, tapi ditahannya. Dia belum kenal dengan pengajar yang memberi kelas komputer karena memang dia belum mendapatkan jadwal kelas tersebut.

"Emang ganteng banget ya, sampai pipi lo merah gitu?" goda Ann.

"Hah...ya gitu Ann, namanya juga laki-laki pasti ganteng lah masa cantik." 

Sita selesai menjemur semua pakaiannya dan pakaiannya Ann.

"Mandi sana, gurunya gak suka kalau ada santri yang telat."

Ann hanya tersenyum penuh arti sambil liatin Sita yang mulai menuruni tangga.





Ann masuk ke kelas Ali telat empat puluh menit, seperti dugaannya, guru ini terlihat kesal dengan keterlambatannya di kelas komputer hari ini. Lagipula Ann tidak memerlukan kelas komputer, dia sudah memegang laptop dari dia sekolah dasar. 

Ali berhenti menulis di papan tulis begitu menyadari Ann masuk tanpa rasa bersalah ke kelasnya. Dia memutar badannya menghadap murid yang selalu membuatnya naik pitam.

"Saya tahu kamu sudah menguasai komputer, tapi setidaknya hargai teman-teman kamu yang baru belajar mengenal komputer. "

Mata Ann terbelalak melihat Ali, dia tidak tahu kalau si tukang kebun itu mengajar kelas ini. Santri lainnya hanya duduk diam dengan memperhatikan santri baru yang berdiri di depan kelas dengan tenangnya.

Ann menoleh pada Sita yang duduk di depan. Sita hanya tersenyum canggung "apa lagi yang mau dilakukan Ann?" pikirnya.

"Kalau gitu saya tidak perlu dong masuk ke kelas ini karena saya sudah bisa komputer. Jadi saya jangan dianggap bolos ya karena gak mengikuti kelas ini." Ann hendak melangkah keluar, dengan senyum kemenangan merasa bahwa dia bisa membuat Ali kalah telak dengan ucapannya.

Tapi, baru beberapa langkah, suara Ali mengudara membuatnya menghentikan langkahnya.

"Tidak, kamu harus tetap ada di kelas ini. Absen masih berjalan, jadi kalau kamu keluar kelas,  kamu akan saya anggap tidak hadir. Dan kamu akan semakin lama berada di pesantren ini."

Hidung Ann mengembang kesal, niat membuat posisinya di atas orang-orang yang berada di pesantren ini tiba-tiba harus hancur ketika kakinya dengan sendirinya berbalik dan berjalan ke arah kursi yang masih kosong di sebelah Sita.

Dengan wajah datar Ali kembali mengajar dengan salah satu muridnya yang dadanya terbakar emosi dan kepalanya yang mulai berasap. Ali berhasil membuat Ann tahu posisinya, bahwa pemuda di depannya ini tidak akan semudah itu mengalah pada gadis yang duduk dengan menyilangkan tangan di dadanya dan menatapnya benci.

...







"ANA UHIBBUKA FILLAH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang