TEMAN BARU
.
.
Dengan mulut masih mengunyah makan siangnya, Sita memperhatikan Ann yang hanya mengaduk-ngaduk minuman di gelasnya, makanan di piringnya belum tersentuh sama sekali. Sita tidak berani menegurnya maka dia hanya fokus untuk menghabiskan makanannya sendiri.
Sudah hampir dua minggu Ann berada di pesantren Al Hidayah tapi belum ada sedikitpun hidayah mengetuk hatinya. Dia masih merasa kesal pada papanya, yang sudah mengurungnya di disini. Papanya datang hari minggu kemarin, dan berkali-kali Ann mencoba membujuknya untuk mengeluarkannya dari pesantren ini. Ann bilang, dia akan bersikap baik bila dia dikirim ke London. Tapi Radit tidak mendengarnya, mengirim Ann ke London sama saja menjerumuskan anaknya itu ke lobang yang sama.
Ann merenggut, Astrid dan Keyla juga belum menghubunginya. Mau kabur lagi, dia bingung mau pake apa. Soalnya jarak pesantren ke kota lumayan jauh. Dia malas menggunakan transportasi umum untuk menemui kedua temannya itu.
Brukk
Tiba-tiba setumpuk buku-buku diletakkan di depannya. Dengan satu wajah yang membuat Ann merasakan beribu-ribu kali kesal di dadanya.
"Daripada melamun, kamu lebih baik baca buku-buku ini. Pelajari supaya kamu bisa cepat lulus dari sini." Suara Ali sebenarnya biasa aja malah terkesan lembut, tapi di telinga Ann suara Ali terdengar tegas dan seperti memerintahnya.
Sita tersenyum kikuk melihat Ali, dia hampir saja tersedak kaget karena tiba-tiba guru yang dipujanya itu berdiri di dekatnya.
Ali memutar kembali badannya, melangkah keluar dengan santai tanpa melihat wajah Ann yang memerah menahan emosi.
Sita memperhatikan tumpukan buku di atas meja mereka. "Nanti aku bantuin bawa bukunya ke kamar. Kak Ali baik banget sih mau minjemin buku-bukunya."
Ann hanya diam.
Kalau saja Sita tidak membantu membawakan sebagian buku-buku yang diberikan Ali. Mungkin tangan Ann akan pagal. Karena buku-buku itu lumayan tebal dan banyak, jadi terasa berat.
Ann meletakkan buku-buku itu di meja belajarnya.
"Sombong banget sih, pake nyuruh-nyuruh orang lain buat baca buku mending gue main game."
Sita membaca beberapa judul buku, diantaranya buku yang berjudul "Fiqih Wanita"
"Bukunya bagus-bagus kok, jarang-jarang kak Ali ngasih buku kayak gini sama muridnya."
"Bodo amat, malas banget gue bacanya."
Dengan santai Ann mengambil rokok di saku jaketnya. Lalu menyalakannya di depan Sita.
"Astaghfirullah, kamu ngerokok?" kaget Sita.
"Kenapa sih, kayak yang baru liat aja." sahut Ann santai.
"Saya emang baru kali ini liat cewek ngerokok, biasanya kan cowok-cowok yang ngerokok." jawab Sita polos.
"Gue lagi pusing, jadi ngerokok."
"Kenapa gak makan obat kalau pusing?" Sita menutup hidungnya, karena asap rokoknya Ann mulai mengganggu penciumannya.
"Bukan pusing kayak gitu, gue stress tahu!"
"Kalau saya stress, biasanya saya ngaji atau dengerin ceramah ustad Gofur sama umi. Kepala saya jadi sehat lagi."
Anne menghela napas bingung, tapi melihat Sita yang mulai mengipas-ngipas wajahnya karena terganggu dengan kepulan asap rokoknya. Ann melangkah ke arah kamar mandi, dan menghabiskan sebatang rokoknya disana.
Sita hanya menggeleng, gadis polos sepertinya belum mengerti dengan kelakuan teman sekamarnya itu. Dan mungkin Ann memang lagi stress, karena itu dia membiarkan Ann. Dia sendiri kemudian mengambil beberapa catatannya untuk kembali ke kelas karena masih ada pelajaran yang harus dia ikuti.
Ann pasti bolos lagi, pikir Sita, dia tidak ambil pusing dia lalu segera keluar kamar dengan agak tergesa takut terlambat masuk kelas.
Setelah menghabiskan rokoknya, Ann kembali mengendap-ngendap ke belakang pesantren dan melihat tidak ada penjaga di gerbang belakang. Dengan sedikit berlari dia melewati gerbang dan berhasil keluar.
Kakinya perlahan menapaki jalan di tengah-tengah sawah yang dilewatinya. Tidak banyak pekerja di kebun mungkin sudah pulang ke rumah masing-masing.
Ann masih belum menemukan sesuatu di tempat ini. Dia sendiri bingung apa yang sudah dia dapatkan sebenarnya disini. Hatinya masih kosong, hatinya masih kesepian dan kerinduan terhadap mamanya semakin membuatnya ingin berlari ke dunia yang sebelumnya dia jalani.
Papanya ingin dia bisa hidup lebih baik setelah masuk pesantren, lebih baik yang seperti apa? oran-orang di sini malah membuatnya tersiksa dan tertekan dan semakin membuatnya ingin kabur. Dia membutuhkan dunianya, dunia bebas, dunia bersenang-senang itu yang akan membuat pikirannya lebih baik, menurutnya.
Ann hampir menyebrang jalan setapak untuk menuju saung yang biasa dia jadikan tempat menyendirinya. Tapi sebuah motor trail mencegatnya, seorang laki-laki yang diatas motor itu membuka kaca helmnya.
"Gue David, santri pesantren ini juga. Lo mau ikut gue gak?"
Dahi Ann mengerut, bersikap waspada merasa tidak mengenal cowok di depannya.
"Gue yang lo liat di rooftop kemarin, yang lagi ngerokok juga."
"Oh, terus?"
"Gue bosan, pingin jalan-jalan." sahutnya dengan wajah mengajak.
Ann menimbang-nimbang, dia nengok ke belakang melihat gedung pesantren sebentar sebelum dia memutuskan untuk naik di jok belakang dengan senyuman tengil David di balik helmnya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
"ANA UHIBBUKA FILLAH"
Random#Lizkook religi Cover by @wiwiwiyaaa ig @decalcomaniaa_ Ketika ayahnya mengirimnya ke pesantren, rasanya dunia bebasnya runtuh seketika. Berbagai cara dia lakukan untuk bisa keluar dari sana, Ann tidak menyadari bahwa di pesantren itu kisah hidu...