viii

1.3K 181 9
                                    

Calum menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal karena efek kebingungan yang ditimbulkan dari kejadian hari ini.

Pertama soal Madame Mellisa. Calum ingat bahwa perempuan paruh baya tersebut adalah teman ibunya. Tapi bagaimana bisa Vigi tahu soal itu?

Kedua soal Vigi. Sejak pulang dari café milik Madame Mellisa, dia jadi lebih pendiam juga tak begitu aktif dan cerewet seperti biasanya.

Dan yang terakhir, Calum ingat masa lalunya. Calum mengingat hampir 75% masa lalunya dan dia merasa beruntung akan hal itu. Setidaknya, dia ingat siapa Ibu dan Ayah kandungnya, nama teman dekat ibunya dan beberapa kenangan yang paling berkesan sebelum kecelakaan bersama Jack atau lelaki yang selama satu tahun kebelakang dianggapnya sebagai Ayah kandung.

"Aku tak habis pikir, kita telah menghabiskan waktu selama 1 tahun untuk menyimpan semua barang ini. Dan kau benar, lebih baik rumah ini kembali pada kepemilikanku daripada terus terbengkalai karena disita pihak bank." Calum mengayunkan beberapa lembar foto keluarga yang di temukannya di gudang.

Pun Vigi menoleh dengan wajah yang masih tanpa semangat sembari menyahut, "Well, kita butuh uang dan uang yang kita butuhkan tidaklah datang semudah kita membalikkan telapak tangan." seketika gadis itu bergeming.

Mendengar perkataan Vigi, lelaki itu tersadar, "Maaf kalau selama ini aku selalu membuat Mom dan kau kerepotan." kemudian lelaki itu langsung mendudukkan bokongnya diatas sofa. Dengan tatapan tajamnya, Calum menatap Vigi dengan heran.

"That's fine, Cal. Tak ada yang perlu kau khawatirkan." Vigi kembali tak menoleh, dia menekuni sebuah buku yang di temukannya di gudang tadi siang sepulang dari café.

"Ngomong-ngomong Vi, apa aku boleh bertanya sesuatu?" Calum memelankan volume suaranya tanpa berusaha mengalihkan pandangannya dari Vigi.

"Katakan saja Cal, kalau aku tahu--- pasti aku jawab." dan benar saja, Vigi hanya bergerak untuk membalik lembar buku di genggamannya tanpa sedikitpun menoleh.

"Aku ingat kalau sebenarnya kita tak pernah sedekat ini. Maksudku, kau kan pacar Luke dan meskipun kami bersahabat tapi kau selalu menutup dirimu dari kami teman satu bandnya. Dan kau jarang keluar rumah kan bila saja Luke tak mengajakmu keluar?"

Vigi langsung menghentikan aktivitasnya, dia seketika menoleh kearah Calum sehingga tatapan mereka pun bertemu.

"Kau tidak sedang membahas soal Luke Hemmings dan hubungan masa laluku dengannya kan?"

Calum seketika menggeleng, "tidak--- tidak. Maksudku, kau mengenalku cukup dekat, bukan begitu?"

"Ya Cal, aku mengenalmu. Tidak sedekat itu. Maksudku, kita hanya sekedar kenal. Aku tahu kau karena Luke sering menceritakan banyak hal tentang kau, Michael, dan Ashton." Vigi berusaha menyembunyikan sesuatu dari perkataannya.

Di lain pikiran, Calum terperanjat dengan perkataan Vigi yang mengatakan bahwa dirinya mengenal Calum 'hanya' lewat cerita Luke.

Lalu bagaimana Katrina Townsley--- ibu Vigi mau mengadopsinya jika mereka tak punya hubungan saudara atau teman dekat dengan ibu kandungnya, Rossie Hood?

"Ehm.. Soal keluargaku, apa kau tahu?" Calum berdeham sebelum melanjutkan kalimatnya.

Lelaki itu tak tahu ketika Vigi menggenggam erat kaos yang sedang dikenakannya. Gadis itu menahan sesuatu dalam batinnya. "Aku tak bisa berkata banyak Cal. Oleh karena itu aku membawamu kemari-- untuk mengembalikan semua ingatanmu."

Merasa tak puas, Calum pun memulai inisiatif untuk mengajak Vigi ke sebuah tempat yang mungkin membuat keanehan di hari ini sirna.

"Ayo ikut aku." Calum beranjak dari duduk dan seketika mendekat kearah Vigi lalu meraih tangannya.

"Kemana Cal?" tanya Vigi antara ingin atau tidak mengikuti ajakan Calum.

"Kau akan tahu nanti."

+ +

"Kita belum pernah pergi ke tempat semacam ini kan?" Calum tersenyum senang dengan tangan yang masih bertaut manis dengan tangan Vigi.

Tak disangka, Calum membawa gadis itu ke sebuah festival. Dimana setiap orang menyambutnya dengan hiburan musik dan makanan kaki lima yang dijajakan. Turut dalam festival tersebut, pemain sirkus dan beberapa permainan atau lebih sering disebut sebagai night carnival.

"Kau mau apa Vi? Naik bianglala atau bermain yang lainnya?" kata lelaki itu menawarkan.

Vigi tersenyum senang melihat perilaku Calum malam ini. Setidaknya lelaki itu berusaha membuat perasaan Vigi yang tadinya galau jadi sedikit terobati.

"Terserah kau saja, Cal." gadis itu menyerahkan segala urusan pada Calum. Pun lelaki itu menarik perlahan tangan Vigi dan membawanya pergi naik bianglala. Setelah antri beberapa baris, sampailah pada giliran mereka berdua.

Sekarang Vigi dan Calum telah berada di dalam kapsul yang akan mengantarkan mereka melihat pemandangan di sekitar kota dari ketinggian.

"Oh, apa kau sedang merencanakan sesuatu?" gadis itu menebak dari gestur yang di tunjukkan Calum sejak tadi. Mata lelaki itu seketika meneduh, "Sesuatu? Maksudmu, semacam apa?"

"Cal, aku sedang dalam keadaan yang sulit untuk di jelaskan. Entah kenapa, hari ini aku sedang tak bersemangat untuk menjawab pertanyaanmu atau apapun itu." Vigi menatap tak kalah teduh pada Calum, lelaki itu kemudian tersenyum lantas mengelus genggaman tangan Vigi.

"Baiklah, maafkan aku jika terlalu sering membuatmu lelah akan segala hal." Calum menyela, terdapat nada penyesalan dalam perkataannya.

"Aku melakukannya dengan sepenuh hati dan kau jangan pernah meminta maaf soal itu lagi." mereka berdua mulai merasakan kapsul bianglala yang terangkat perlahan dan berputar searah jarum jam.

"Cal," bisik Vigi perlahan ketika menyadari tangan mereka yang masih bertaut.

"Ada apa Vi?"

"Terkadang aku takut." mereka menatap intens, membuat jarak yang tersisa seakan lenyap.

Pun Calum melepaskan genggamannya dan sekarang tangannya beralih pada pinggang Vigi, mereka saling merapat dalam posisi setengah memeluk.

"Takut? Takut untuk apa?"

"Aku takut untuk jatuh." bibir gadis itu bergetar ketika mengucapkan kalimat tersebut dan Calum tahu, takut yang dikatakan Vigi bukanlah sesuatu yang menyangkut soal keberadaan mereka sekarang.

"I'll catch you."

"Tapi aku tak pernah yakin, bahkan aku ragu."

"Kenapa Vi? Apa yang kau ragukan dariku?" Calum berkata dengan kilatan mata yang mengarah pada sepasang mata indah milik Vigi.

Butuh waktu beberapa saat untuknya menjawab pertanyaan Calum, "Suatu saat kita akan berpisah dan aku yakin soal ini."

"Apa? Aku yakin akan hal yang sama, Vi. Tapi-- bukankah hanya maut yang dapat memisahkan kita berdua?" Calum berkata dengan manisnya.

Seketika kupu-kupu dalam perut Vigi beterbangan yang membuat sensasi aneh disana, "Bukan, bukan itu yang aku maksud. Tapi kau yang akan membuat kita berpisah."

"I'll never leave you. There's no reasons."

Dan dengan perlahan Calum mendekatkan bibirnya yang tinggal beberapa senti dari bibir Vigi. Namun dengan demikian, Vigi menggeser kepalanya tepat kearah leher Calum dan membenamkan wajahnya disana sehingga yang dapat dirasakan Calum hanyalah kecupan kecil diujung bibir gadis manisnya.

~·~ ~·~ ~·~

What the? Ini absurd banget lah Cagi moment-nya ye gak? =))

Btw ship-name mereka bagusan Cagi apa Valum ? Apa ada pilihan lain?

Trus minta Cagi moments di tambah lagi apa cuman disini aja? Comments pleaze *ahahahaha

Mind ツ c.hood ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang