xv

1.1K 141 5
                                    

Vigi menolehkan kepalanya penuh kearah seseorang berambut coklat yang dibiarkan berantakan dengan janggut yang dibiarkan tumbuh. Gadis itu mencoba fokus dan terkejut saat menyadari sesuatu, "Astaga, Ashton Irwin?"

Lelaki itu mengangguk, "Vigi Townsley?"

"Ya, itu aku. Bagaimana kabarmu dan kau sekarang bekerja dimana?" seperti halnya kawan lama yang baru bisa bertemu, Vigi tak sungkan untuk memeluk Ashton.

"Lebih baik dari yang dulu. Aku bekerja di sebuah perusahaan media cetak sebagai fotografer. Kau sendiri?"

"Aku baik-baik saja." jawab Vigi singkat, berusaha untuk tidak terjerumus dalam pembicaraan serius.

"Kau datang sendirian?" Ashton menaikkan sebelah alisnya untuk memastikan. Namun Vigi memilih untuk berbohong, dia tak mungkin mempertemukan Ashton dan Calum sekarang.

"Aku bersama temanku, dia sedang mabuk berat dan sepertinya aku mau muntah sekarang." Vigi menahan muntahannya sembari menutup mulut. Ashton yang melihat pemandangan itu sibuk menarik Vigi keluar bar untuk memuntahkan isi perutnya.

"Kau penyelamatku, Ashton. Aku berterima kasih padamu." gadis itu menatap kearah Ashton dengan penuh rasa terima kasih. Sementara itu dia masih berdiri diatas tong sampah yang menampung muntahannya tadi.

"Aku sudah biasa membawa orang ke bar dan membiarkannya muntah disini. Lagipula tak ada yang lebih baik dari itu kan?" Ashton mengerling kearah Vigi yang kemudian dibalas sebuah senyuman kecil.

"Well, aku dengar Calum sudah mendapatkan ingatannya kembali. Kau mendengar berita itu?" Ashton melanjutkan perkataannya di saat Vigi mencoba menstabilkan organ tubuhnya. Gadis itu langsung terdiam dan menatap aneh kearah Ashton.

"Maksudmu?" pun Vigi berjalan pelan. Dia menyandarkan punggungnya pada dinding bar selagi mendengarkan penjelasan Ashton.

"Tiga hari yang lalu aku bertemu dengannya. Aku dan Michael saat kami berkunjung ke studio lama. Aku pikir dia tampak lebih segar dari sebelumnya."

For God's sake, tiga hari lalu Calum meninggalkanku untuk membeli bahan makanan dan izin untuk menservice mobil dan aku membiarkannya pergi sendiri tanpaku, batin Vigi.

"Kau serius?"

"Aku malah mengira kau yang tahu lebih dulu." Ashton memasang raut wajah yang sulit diartikan. Pun Vigi mengedikkan bahunya, bersusah payah mencerna omongan Ashton barusan.

"Apa yang dikatakannya padamu?"

"Dia tinggal bersama Ibumu kan? Dan dia bilang kau sekarang sedang bekerja di New York, aku kira aku tak akan bertemu denganmu disini."

Jangan katakan bahwa Calum menyembunyikan sesuatu dariku, batin Vigi.

"Mom sama sekali tak memberitahukanku soal itu." kata Vigi. Dia menjentikkan jarinya ke udara, seolah ada sesuatu yang harus diselesaikannya secepat mungkin.

"Astaga, aku lupa. Aku membawa 3 temanku yang semuanya mabuk dan aku harus segera pulang! Bye Ashton." kembali, Vigi memeluk Ashton sekilas. Dia segera bergegas masuk dan menemui Calum.

Sesampainya di dalam, matanya menangkap dengan jelas bahwa sebotol scocth pesanannya tak tersisa. Dan itu artinya Calum mabuk berat. Yang benar saja, Vigi hanya menghabiskan dua seloki dan sisanya ditenggak habis oleh Calum.

"Calum, kau tidak segila itu kan?" Vigi meraih pundaknya perlahan,mencoba menahan agar Calum tidak terhuyung ke belakang. Matanya benar-benar merah, mulutnya berbau alkohol persis seperti hasil fermentasi beberapa bulan, keseimbangannya hilang bahkan Calum mungkin lupa cara berdiri.

"Astagaaa... Aku sudah lama menunggumu adik kecil! Darimana saja kau? Jack menyuruhmu pulang." kata lelaki itu.

Dia sedang mabuk Vi, tidak ada yang berusaha disembunyikan, gumam Vigi meyakinkan.

"Sekarang aku tanya padamu -- apa kau sudah kembali dengan ingatanmu."

Calum menggeleng pelan, "Bahkan sejak aku belum amnesia, aku sudah mendapatkannya, Vi."

Jawaban tak masuk akal, ini hanya pengaruh alkohol, batin Vigi.

"Apa status terakhir yang kau ingat dariku?"

"Kau adik tiriku kan? Dan aku mencintaimu. Tapi Jack melarangku. Ah, orang itu bajingan!" Calum tertawa keras.

Apakah orang mabuk bisa berkata jujur?, gumamnya lagi.

"Apa kau mabuk untuk mengalihkan perhatianmu?"

"Ya, aku muak untuk terus menutupinya. Aku sudah mendapatkan ingatanku dan akan terus berbohong bahwa aku masih terkena amnesia." jawab Calum bersemangat. Ini lebih mirip seperti wawancara dengan seorang tersangka pembunuhan.

"Kenapa?"

"Karena aku mencintai adikku, bodoh! Dan aku tak akan melepaskannya untuk kali kedua. Terakhir aku bersorak gembira karena baru saja berbohong pada Ashton dan Michael saat menemuinya tiga hari yang lalu." sahut Calum penuh penekanan.

"Kau berbohong padaku, Calum." Vigi berkata dengan geram.

"Kau yang berbohong padaku dasar bodoh! Untuk apa kau menyembunyikan semuanya selama satu tahun lebih? Kenapa kau membuatku tak pernah datang ke makam orang tuaku? Kenapa kau tak pernah membawa Ashton, Michael, Luke untuk bertemu denganku?"

"Karena aku mencintamu Calum! Dan tak ada yang boleh mengacaukan ini! Kalau kau mencintaiku saat ingatanmu hilang, aku lebih baik membiarkan ingatanmu pergi." nada suaranya bergetar, Vigi benar-benar parau. Dia menatap mata Calum yang memerah lalu menangis.

"Aku tetap mencintai adikku apapun caranya. Aku akan kehilangan ingatanku kembali demi dia. Aku berjanji." Calum memeluk Vigi secara tiba-tiba. Tubuhnya menghangat, diluar perkiraan Vigi. Dia masih tetap Calum yang dulu.

"Kita harus segera pulang sebelum kau muntah di tempat ini." Vigi bersusah payah menyeka air matanya sembari membawa Calum menuju mobilnya. Calum bersandar di jok penumpang dengan mata tertutup. Pun Vigi memilih untuk menyetir dan membiarkan Calum tertidur untuk sementara waktu.

Pikirannya melayang pada kejadian akhir-akhir ini. Vigi menganggap dirinya bodoh. Dia pikir berbohong adalah cara terbaik untuk mendapatkan Calum, tapi nyatanya kebohongan itu dibalas dengan kebohongan juga. Seolah hukum karma benar-benar diciptakan untuknya.

"Aku butuh kantong." Vigi terenyak ketika Calum tiba-tiba berseru. Dia menarik sebuah paper bag dari dashboard mobilnya dan menyodorkannya pada Calum.

Lelaki itu memuntahkan seluruh isi perutnya dan Vigi menatapnya khawatir. Selama ini Calum tak pernah mabuk dan ini pertama kalinya Calum melakukan hal itu.

"Kau mabuk berat dan aku sudah memperingatkanmu." Vigi memijat pelan tengkuk Calum, mencoba untuk meringankan bebannya sembari terfokus menyetir dengan satu tangan.

Jalanan begitu sepi ketika mereka melintas dan tiba-tiba dari seberang jalan melintas seekor anjing dengan langkah yang pelan. Vigi terkejut, dia segera menginjak rem dan membanting stir kearah kiri. Dia tak bisa menguasai laju mobil saat sebelah tangannya sibuk membantu Calum. Matanya memburam dan tiba-tiba saja dia sadar bahwa mobilnya tergelincir dan langsung terpelanting.

Mobil yang mereka kendarai terbalik. Suara pecahan kaca dan benturan keras terdengar ketika tubuh Vigi terkapar tak berdaya. Kepalanya mengeluarkan cairan kental kemerahan dan di sisi lain Calum tergelatak tak berdaya, kepalanya terbentur kaca depan mobil yang membuat kaca tersebut pecah.





*   *   *   *

Next chapter is going to be epilogue

ASTAGA SEBENERNYA CERITA INI UDAH LAMA DI DRAF TAPI WTF LAH BARU BISA POSTING SEKARANG! BTW ADA YANG NGANGGEP PROMOTOR 1D INDO SUCKS GAK SIH? HERAN DEH, SEHARIAN DI INDO FOTO-FOTO MEREKA AJA GAK ADA. MANA PROMOTORNYA MANAS-MANASIH LAGI SIALAN BANGET KAN? NJRRIIIIIT

Mind ツ c.hood ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang