Kalau bisa dibilang, hubungan Vigi dan Calum tidak pernah sedekat ini di masa lampau. Vigi yang notabene gadis rumahan dan hampir tak pernah keluar dari rumahnya kecuali untuk keperluan mendesak dan sangat penting itu bukanlah tipe yang senang bertatap muka dengan banyak orang. Itulah sebabnya dia hanya memiliki beberapa sahabat dekat saja saat di sekolah. Dia cenderung menyibukkan diri dengan buku dan hobinya menulis cerpen.
Sementara itu di sisi lain, seorang Calum adalah lelaki populer dan punya banyak teman yang pintar dalam segala hal. Lelaki itu menyukai musik, olahraga, pelajaran eksak seperti metematika dan kimia, lalu dia juga penikmat film-film bergenre action dan terkadang romance.
Sedangkan insiden satu tahun lalu yang membuat mereka menjadi sedekat sekarang. Singkatnya, dekat karena tinggal dalam satu rumah.
Bukan, bukan karena dijodohkan atau bahkan dinikahkan. Hanya saja Calum adalah sebatang kara. Dia tak punya keluarga sama sekali karena satu tahun yang lalu pula Calum kehilangan kedua orang tuanya setelah sebuah kecelakaan merenggut nyawa mereka dan ingatan Calum -- lelaki itu terkena retrograde amnesia.
+-+
"Selamat pagi, Vigi." Calum menyapa gadis yang tengah meneguk segelas susunya itu dengan riang. Mata lelaki itu tertumbuk pada setumpuk roti yang tersedia di piring. Dia menerka sembari berpikir beberapa saat tentang nama makanan apakah itu, namun akhirnya Calum menyerah.
"Aku tahu kau lupa. Namanya sandwich, Cal." Vigi tersenyum, menarik kedua sudut bibirnya dan memamerkannya pada Calum. Lelaki itu selalu menyukai senyuman khas yang Vigi tunjukkan, namun dia tak tahu alasannya.
"Yah maaf. Aku memang pelupa." Calum menarik kursi meja makan dan mendudukkan bokongnya disana. Dia meraih sepiring sandwich kemudian menyesap baunya yang lezat.
"Sudah sering dan mungkin sudah berjuta kali kau menyebut dirimu pelupa. Lupakan saja kata itu Calum."
Calum terkikih, dia menangkup sepotong sandwich di kedua tangan kemudian mulai melahapnya. Vigi memandang kearah lelaki itu, membiarkannya merasakan sandwich isi tuna buatannya. Pagi ini ada beberapa hal yang ingin disampaikan Vigi untuk Calum.
Lelaki itu memutar bola matanya dan berhenti mengunyah, dia merasa sedikit tak nyaman saat diperhatikan oleh tatapan Vigi yang menjurus padanya. "Ada yang salah denganku?" pun Vigi menggeleng.
"Tunggu sebentar." Vigi beranjak dari kursinya lalu mengambil sesuatu di dalam laci bufet. Selembar kertas itu diacungkannya ke udara, "Aku ada sesuatu untukmu." kata Vigi lagi.
Calum meneruskan aktivitas mengunyah makanannya kemudian memicingkan mata tak mengerti. "Kemarin aku berhasil melunasi hutang orang tuamu sejumlah 5000 USD. Dan hari ini, kau bisa kembali ke rumahmu yang disita pihak bank." gadis itu tersenyum girang lalu terduduk kembali di tempatnya.
Calum yang sempat terfokus dengan makanannya pun langsung menelan bulat-bulat. "Apa? Hutang bank? Kau melunasinya? Astaga Vigi, aku sudah pernah katakan padamu---lupakan rumah itu."
Kemudian bibir Vigi pun mengerucut, "Aku hanya ingin membantu membebaskanmu dari belenggu penyakit aneh itu Cal." ujarnya.
"Darimana kau dapatkan uang sebanyak itu?" Vigi menggeleng. Dia seterusnya bangkit dan menyentuh pipi Calum perlahan, "Kau harus ikut aku kembali ke rumah lamamu." Vigi berbicara dengan suaranya yang terdengar memaksa.
Akhirnya Calum mengangguk mengikuti perintah Vigi. Saat itu pula Calum menghabiskan semua makanannya dan bergegas pergi bersama gadis itu.
# # #
Fyi, Vigi itu dibacanya Viji (elah, sok British) =))
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind ツ c.hood ✅
Fanfiction❝Would you lose your mind, if I lost mine too?❞ a Calum Hood's short-story [COMPLETED] Copyright © 2015 by liamsterdamxo. All Rights Reserved