Memutar balik waktu adalah hal paling mustahil yang pernah dipikirkan manusia. Begitu juga dengan Luke yang kini memandang nanar lautan manusia di bawahnya. Lewat balkon apartemen yang menjulang, dia berusaha melupakan segalanya.
Jam makan malam telah tiba namun dia tetap berdiri, mengeratkan genggamannya pada pagar besi yang dingin karena tiupan angin malam. Jari jemarinya pun kini mulai memutih karena eratnya genggaman tangan itu.
"Kalau Tuhan membiarkan aku kehilanganmu? Lantas bagaimana aku bisa menemukan penggantimu?" Luke tertegun selama beberapa saat.
Dengan meratapi nasib buruknya, dia mencoba bertahan. Sulit untuk melepaskan Vigi begitu saja ditambah lagi dia sudah berusaha mati-matian dan hasilnya tetap nihil. Lalu berhubungan dengan Calum, dia sama sekali tak menyangka bahwa sahabat terdekatnya sendiri pun tega mengambil alih Vigi darinya.
Ponsel yang diletakkannya di atas meja seketika berdering, Luke memalingkan kepalanya acuh tak acuh, namun ponselnya tak kunjung berhenti berdering. Dengan langkah berat, Luke meraih ponsel dan menempelkannya ke telinga kiri tanpa perlu melihat nama yang tertera di ponselnya.
"Hey dude, kau sibuk?"
"Ash, aku sedang sakit."
"Sakit hati?'
"Fuck you."
"Hahaha.. Maafkan aku Luke, tapi kau sama sekali tak berniat datang kemari?"
"Persetan dengan semuanya, Ash. Aku memilih pergi ke sex club daripada ke tempat itu."
"Oh, ayolah, ini demi persahabatan kita."
"Apa katamu? Persahabatan?"
Luke mendecih, dia terduduk di atas kursi dengan kaki yang bertopang di meja.
"Dude, kau melupakan kami?"
"Mikey? Akhirnya kau bersuara juga? Oh, kau membela Calum."
"Luke, dengarkan aku, kau bisa mendapatkan seseorang yang lebih Vigi."
"Shame on me, Mike. Shame on me."
"Bukan begitu Lucas, kau tahu kalau kita butuh kau untuk malam ini."
"For your friend's fucking proposal? No, never."
Kali ini Luke tertawa keras.
"Kau bisa gunakan kesempatan ini untuk memperbaiki hubunganmu, Lucas."
"You better go to hell."
Kesal karena kedua sahabatnya memilih membela Calum daripada dirinya, Luke pun mematikan sambungan telpon tersebut. Bahkan dia memutuskan untuk mematikan ponselnya.
Lelaki itu mengacak rambutnya pelan. Lambat laun udara dingin di malam ini berubah jadi udara sepanas musim panas. Tangannya bergerak lincah, tak tahu apa yang harusnya dia lakukan.
Alhasil, Luke berjalan keluar dari balkonnya, dia masuk kedalam rumah dengan tujuan mencari kunci mobil. Luke punya tujuan, dia akan pergi ke mini market terdekat guna mendapatkan barang yang selalu menjadi pelariannya.
Siapa sangka Luke akan menjadikan rokok sebagai pelariannya?
Lelaki itu memacu mobilnya melewati jalanan kota. Dengan begitu dia cepat sampai di tujuan. Usai mengunci pintu mobil, Luke berjalan cepat menuju mini market dan mengambil sebungkus rokok. Langkahnya tertahan ketika dia melihat sebuah tangan yang nyaris tak asing lagi baginya.
Luke menoleh, dia berdeham dan sosok itu lantas mendongakkan kepalanya, "Alissa?" sapa lelaki itu.
Gadis bernama Alissa itu pun menoleh dan tersenyum, "Lucas." balasnya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind ツ c.hood ✅
Fanfiction❝Would you lose your mind, if I lost mine too?❞ a Calum Hood's short-story [COMPLETED] Copyright © 2015 by liamsterdamxo. All Rights Reserved