x

1.2K 172 8
                                    

"Kalau memang hari ini aku harus pergi, kau ingin melakukan apa?" Vigi dan Calum masih terdiam menatap langit yang gelap. Cahaya bulan enggan tampak karena tertutup awan. Mereka duduk berdua diatas kursi santai di halaman belakang bersama dengan dua cangkir kopi yang selalu menemani kehangatan mereka.

"Apa maksudmu, huh?"

Calum tersenyum kecil sembari menggeleng, "Kalau misal ingatanku kembali dan aku sadar bahwa kita tidak seharusnya berada dalam tahap ini. Kau ingin melakukan apa?" sontak Vigi terkejut mendegar ucapan lelaki itu. Ucapan ambigu yang membuat Vigi tiba-tiba bergidik ngeri.

"Kalau kau telah mengingat semuanya, katakan saja Cal. Aku akan menjelaskannya padamu."

"Kau serius?" tanya Calum menimbang. Lelaki itu mengubah posisinya, menatap kearah Vigi dengan intens.

"As long as I can." balas Vigi menimpal.

"Tidak. Aku hanya bertanya. Tidak seserius itu kok." Vigi pandai menyembunyikan raut wajah terkejutnya ketika Calum menanyakan tentang hal itu. Dia sama sekali belum siap atas pertanyaan-pertanyaan Calum setelah ingatannya kembali.

"Jadi begini. Sebenarnya aku ingin bertanya kenapa kau tak pernah mau mengakui hubungan kita. Seperti--- kau tahu kan jika aku mencintaimu?" Calum kembali menimpali. Dia bertanya dengan serius dan tak main-main. Siapa tahu Vigi mau menjawab?

"Aku merasa semuanya terlalu cepat, Cal. Seperti baru dua hari lalu aku putus dari Luke yang notabene adalah sahabat dekatmu." Vigi benar, setidaknya alasannya masuk akal.

Lagipula dia putus dari Luke sekitar satu tahun sebelum Calum hilang ingatan. Dan jika Vigi harus mengungkapkan semua perasaannya, mungkin dia masih punya sepersekian persen cintanya untuk Luke.

"Kau susah move on? Astaga kau seperti ABG labil saja." Vigi mendelik menatap Calum. Dia meninju lengan lelaki itu cukup keras sampai Calum pun merintih.

"Sakit Vi. Astaga, kau seperti Hulk ya?" Calum masih meringis kesakitan saat lagi-lagi menyindir Vigi secara terang-terangan.

"Aku tidak selabil yang kau katakan, Calum Hood."

Pun Vigi melipat kedua tangannya diatas dada. Dia memanyunkan bibirnya kedepan, bermaksud membuat Calum menggodanya. Tapi nyatanya sampai waktu lima menit Calum tak juga merespon.

"Astaga, Calum Hood itu ternyata tetap cowok paling datar yang pernah aku kenal. Satu-satunya cowok yang tak peka." Vigi mendengus tanpa menoleh pada Calum.

Sementara itu, Calum memandang Vigi sambil tersenyum kecil. Gadis itu sama sekali tak berubah, masih seperti gadis kecil berusia 10 tahun yang dulu dia kenal.

"Lalu, aku harus peka? Aku harus melakukan apa supaya dikatakan peka oleh seorang Vigi Townsley huh?" Vigi masih belum merespon sebelum akhirnya Calum berdiri lalu berlutut didepan Vigi.

"Vigi Sayang---" Vigi setengah terkejut ketika Calum menyapanya dengan sebutan Sayang. Tapi dia masih berusaha bersikap sedatar mungkin tanpa berusaha menoleh.

"Vigi, aku mohon berbaliklah menatapku." pintanya. Calum meraih kedua tangan Vigi lalu mengusapnya perlahan.

Dengan susah payah gadis itu menahannya, namun sayangnya sikap dingin Vigi tak bertahan lama. Dia langsung menoleh dan melihat Calum yang tersenyum lebar seperti senyum malaikat.

"Aku mohon untuk malam ini kau mau mengakui hubungan kita. Kalau perlu besok aku akan membawamu ke tempat yang kau sukai. Kau ingin pergi kemana?"

"Aku tidak suka, Calum." balasnya lembut.

"Kau yakin? Jika aku pergi mengajakmu ke pantai, kau tak mau ikut? Bukankah kau menyukainya?" tawaran yang bagus. Vigi enggan menolaknya, berkat iming-iming Calum yang menggerakkan hatinya.

Vigi dibuat ragu ketika Calum mengatakan untuk mengakui hubungan mereka. Sejak awal Vigi sadar bahwa dia telah memberikan sebuah harapan bagi Calum. Dia yang salah, dan Calum seharusnya mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Ugh, baiklah. Aku mengakui hubungan kita mulai malam ini. Tapi kan kau belum---"

"Ah ya, aku tahu. So, please Vigi Townsley, would you be my lovely girlfriend?" Calum tersenyum lebar dengan deretan giginya yang berjejer rapi.

Vigi tersenyum penuh rasa senang, "I would be your girlfriend, Calum Hood---for sure."

Pun Calum mencium punggung tangan Vigi secara perlahan dan lembut. Membuat gadis itu kembali merasakan memori masa lalunya bersama Luke.

"So, kau harus tidur dan bersiap untuk besok pagi." Lelaki itu menarik Vigi dengan perlahan. Sekarang mereka dalam posisi sejajar kemudian Calum dengan sigap menggendong tubuh Vigi menuju kamarnya.

"Calum! Turunkan aku."

"Tidak akan Vigi Hood, kau milikku sekarang." Calum mendorong pintu kamarnya dan dengan cepat menidurkan Vigi diatas tempat tidurnya sebelum menutup pintu kamar.

"Kau tak ingin melakukan apapun kan?" Vigi terkejut melihat Calum yang tiba-tiba melepaskan kausnya.

"You had a dirty mind, I guess. Aku hanya mengganti kausku, Vigi. Tadi aku berkeringat. Memangnya kau mau tidur dengan cowok berkeringat?"

"Ugh.. Tidak lah Cal." balas Vigi menimpali.

Kemudian lelaki itu terduduk disamping Vigi. Dia dengan posisi yang bersiap memeluk Vigi kapan saja, tiba-tiba menarik gadisnya dan tersenyum ketika mata mereka bertemu pandang.

"I love you." bisik Vigi perlahan.

"I love you more." balas Calum.

"I love you much more."

"I love you much much much more, Vi."

"No, I love you much much--" belum sempat kalimat itu selesai di ucapkan, Calum mencium bibir Vigi dengan perlahan. Yang awalnya lelaki itu berpikir bahwa Vigi akan menolak, namun gadis itu justru membalas ciuman lembut Calum dengan penuh perasaan.

Mind ツ c.hood ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang