"Kau serius mau mengajakku ke bar?" Vigi mengerutkan keningnya tak mengerti. Ini terbilang aneh, semenjak liburan mereka ke pantai dan terjalinnya hubungan selama 3 minggu, tiba-tiba Calum mengajaknya minum di sebuah bar terkenal di pusat kota Manhattan.
"Ya, siapa tahu dengan banyak minum aku bisa mendapatkan ingatanku? Aku ingin merasakan mabuk berat lagi." Calum terkekeh. Mendengar pernyataan itu pun membuat Vigi menggelengkan kepalanya.
"Aku tak tanggung kalau kau sampai hangover dan menghabiskan waktumu untuk tidur selama berhari-hari."
"It's okey, Darling." dan Calum pun mengecup bibir Vigi perlahan.
"Ayo berangkat." sahut Calum lagi. Dia menarik lengan Vigi dan membawanya menaiki mobil menuju sebuah bar.
Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai. Seketika perut Vigi terasa melilit saat melihat beberapa orang mabuk yang keluar dari bar.
"Bukankah ini terlalu beresiko?" katanya melempar pertanyaan untuk meyakinkan Calum.
"Ayolah Vigi, ini bukan sebuah hal yang harus di takuti, okey?" Calum tersenyum kemudian mengelus punggung tangan Vigi perlahan.
Gadis itu pun menghela napasnya lalu tersenyum, "Baiklah, kau sungguh membuatku yakin."
Mereka berdua berjalan menuju bar. Sesampainya di sana, bau khas alkohol langsung menyeruak. Vigi belum terbiasa membau hal seperti ini meskipun dia pernah beberapa kali ikut temannya melakukan pesta di bar, itupun dia hanya menghabiskan 2 seloki scotch.
"Scotch dengan 2 seloki." Calum terduduk di kursi bar, dia memesan sebotol scotch yang rencananya akan mereka habiskan berdua.
Calum sebenarnya punya motivasi tersendiri, dia terlalu lelah untuk menyembunyikan segalanya. Bukankah waktu 3 minggu terlalu lama untuk menyembunyikan sebuah rahasia besar? Bukankah sebenarnya Calum telah mengingat semuanya bahkan ingatannya lebih kuat dibanding ingatan sebelum amnesia menyerangnya?
"Aku tidak akan mabuk kalau kau nekat meminum scotch sampai habis." Vigi menggelengkan kepalanya.
Calum menaikkan alisnya, "Itu sebuah tantangan, Vigi."
"Menurutmu, kalau kau hangover dan bertemu dengan gadis lain lalu kau tidur dengannya lalu perempuan itu ha--" lelaki itu langsung menempelkan jari telunjuknya di permukaan bibir Vigi.
"Dan aku mungkin akan melakukannya dengan orang yang mau menghabiskan scotch bersamaku." Calum mengerling nakal, pun Vigi meninju pelan lengan Calum.
"Harus aku katakan, aku tak mau tidur denganmu dalam keadaan mabuk." Vigi menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai petunjuk bahwa dia membenci kegiatan itu.
"Ah! Ini dia." mata Calum langsung berbinar ketika pesanannya tersedia di meja. Calum menuangkannya kedalam kedua seloki dan menyodorkan salah satunya pada Vigi, namun gadis itu menggeleng.
"Baiklah, aku akan beri kau kesempatan untuk mengungkapkan pertanyaan yang menyesaki kepalamu. Satu pertanyaan, satu seloki."
Vigi merasa tertarik dengan tantangan itu, tapi dia tetap menjaga agar pertanyaan yang terlontar tidak lebih dari dua.
"Mulai." bisiknya memberi Calum kesempatan pertama.
"Apa yang membuatmu mau merawatku selama aku terkena amnesia?"
"Sudah menjadi tugasku dan Mom. Lagipula Jack telah menitipkanmu jauh-jauh hari kepada kami." oh ya, jauh-jauh hari karena tentu saja Jack melakukannya, bukankah kau adalah anak kandungnya?
Calum lantas meminum satu seloki hingga tandas.
"Then, my turn. Okey Calum, sekarang aku tanya padamu. Apa yang akan kau lakukan setelah ingatanmu kembali?"
"I'm going to marry you, that's my goal in life." sahutnya singkat. Vigi tertawa namun kemudian mematuhi peraturan dengan meminum satu seloki.
"My turn. Vigi, kenapa kau putus dari Luke? Kau harus menjawabnya jujur."
Vigi menggigit bibir bagian bawahnya, kepalanya sedikit pusing namun dia masih bisa mendengar dengan jelas, "Karena aku mencintai orang lain. Dan itu kau." baiklah, aku pikir ini bukan ide yang buruk. Lagipula Calum masih hilang ingatan kan?
"Seriously?"
"For sure." Vigi menghela napasnya.
"You give me two question, Calum. Then, drink mine." lanjut Vigi selagi menyodorkan seloki miliknya pada Calum.
Dan akhirnya Calum tahu, kejadian beberapa tahun lalu disebabkan olehnya. Pantas saja Luke tampak menjauh darinya selama beberapa minggu, ternyata Vigi mencintainya sejak masih bersama Luke?
"My turn. Kalau ternyata aku dan kau punya hubungan saudara dan ada sesuatu yang memaksa kita untuk putus, apa yang kau lakukan?" ini pertanyaan biasa Vigi, Calum masih amnesia dan selama ini dia belum tahu kalau kau menyembunyikan hal ini.
"Aku akan membawamu pergi karena ketika aku kehilangan ingatanku, kau juga akan melakukannya. Kau ingat janji kita dulu? Itu berarti, aku akan membuat kita menghilangkan ingatan itu." dan akhirnya aku mengerti, jika selama ini Vigi sengaja menyembunyikan identitas asliku karena dia mencintaiku?
Pun Vigi mulai meminum satu seloki scotch terakhirnya. Dia merasa cukup dengan dua pertanyaan tadi, lagipula dia tidak boleh mabuk jika ingin pulang selamat sampai rumah.
"Well, that's enough for me, babe. Aku pergi ke toilet dulu ya, kau baik-baik disini." Vigi kemudian mengecup bibir Calum perlahan lantas membiarkannya sendirian sambil menikmati minumannya.
Vigi nyaris terhuyung, namun beruntung sensasi scotch tak begitu membuatnya nyaris jatuh ke tanah. Dia hanya sedikit pusing dan mungkin memuntahkan kembali apa yang diminum membuatnya lebih baik.
"Sial!" dia mengumpat ketika tahu antrian panjang menuju toilet.
Untuk membunuh waktu, Vigi mencoba memainkan ponselnya, dia membalas pesan singkat dari Katrina, dan tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya[]
* * * * * *
Ayoloh! Siapa yang nepuk pundaknya Vigi??
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind ツ c.hood ✅
Fanfiction❝Would you lose your mind, if I lost mine too?❞ a Calum Hood's short-story [COMPLETED] Copyright © 2015 by liamsterdamxo. All Rights Reserved