Vigi memutar musik keras-keras. Seperti janji Calum semalam, mereka berdua akan pergi ke pantai. Atau kalau bisa dibilang, mereka akan melalui perjalanan panjang menuju pantai yang bisa memakan waktu seharian penuh. Itu artinya mereka akan bermalam di motel atau sejenisnya.
"Kau sudah bawa perlengkapan? Sunblock, bikini dan semacamnya?" Calum menaikkan beberapa barang ke mobil seperti halnya pakaian ganti dan keperluan lain seperti makanan.
Sementara mendengar perkataan Calum barusan, Vigi menoleh penuh kearahnya dan menaikkan sebelah alisnya, "Lebih baik aku mengenakan coat panjang daripada memakai bikini dihadapanmu, Cal."
Pun lelaki itu tertawa, "Ayolah babe, aku akan berubah menjadi shirtless boy untukmu." kemudian Calum berjalan menghampiri Vigi dan memeluk pundaknya.
"Tidak akan, Cal. Aku takut kau akan berpikiran buruk dan nanti kalau tiba-tiba kau mela---"
"Ssshhhh.." Calum menghentikan pembicaraan Vigi dengan menempelkan telunjuknya diatas bibir gadis itu. Pun Vigi terdiam, matanya menatap kearah Calum dengan intens.
Entah apa yang dirasakan Vigi saat ini. Dia merasa menyesal telah mengungkapkan semua isi hatinya pada Calum, namun di satu sisi, Vigi bahagia dengan pilihannya. Membuat Calum menunggu selama satu tahun untuk kembali ke rumah lamanya adalah satu-satunya jalan yang membuat akhir dari ceritanya menjadi lebih baik (menurut pemikiran Vigi).
"Kok melamun? Aku hanya bercanda Vi, kita langsung berangkat saja ya?" Vigi pun mengangguk mengiyakan.
"Jadi sepanjang perjalanan, aku yang menyetir?"
Calum menggeleng, "Biar aku saja."
"Kau yakin bisa?" Vigi memastikan karena setelah kecelakaan itu Calum lupa cara menyetir dan baru sekitar 6 bulan lalu ia kembali berlatih menyetir meskipun tidak rutin.
"Setidaknya aku akan berusaha. I'm not a bad driver anymore." Vigi terkekeh mendengar perkataan Calum, "Ah ya.. Lanjutkan Calum." sambung Vigi sembari mendorong Calum melalui pundaknya agar segera masuk ke dalam mobil.
+ +
Perjalanan panjang menuju pantai cukup menguras tenaga bagi mereka berdua, Vigi dan Calum masih berada dalam mobil yang sama sembari mendengarkan musik yang terus terputar.
Gadis itu merasa ada sesuatu yang janggal dari diri Calum. Menurutnya, lelaki itu tidak memiliki kemampuan menyetir semahir ini sebelumnya. Atau mungkin ini hanya perasaannya saja?
"Baby you light up my world like nobody else,
The way that you flip your hair gets me overwhelmed," Calum menirukan suara personil One Direction yang menyanyikan bagian reff secara fasih.
Pun Vigi menoleh, memandang kearah Calum seakan lelaki itu baru saja muncul setelah lama menghilang di telan bumi.
"..But when you smile at the ground it ain't hard to tell,
You don't know,
Oh oh,
You don't know you're beautiful.." Calum kembali melanjutkan, membuat Vigi seketika tersenyum.
"I know Cal, I know I'm beautiful." mereka pun tertawa bersamaan.
"Jika kau tidak secantik itu, mungkin aku tak pernah jatuh cinta padamu."
"Oh ya? Yang benar?" Vigi bertanya dengan nada sarkasme dibalik perkataannya. Pun Calum mengangguk, "Tentu saja. Vi."
"Well, kita masih bisa menikmati sunset kok. Apa kau senang?" sebelumnya Calum melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Setidaknya kita masih punya waktu untuk tinggal beberapa saat di tempat ini." Vigi menyela, mencoba mengingatkan Calum tentang perjalanan mereka besok.
"Ya. Dan kita akan menghabiskan banyak waktu sembari menunggu sunset." Calum mulai membanting stir ke kanan, menandakan bahwa mereka sudah benar-benar sampai pada tempat yang dituju.
Setelah memarkirkan mobil pada tempat yang dirasa strategis, Calum mulai membukakan pintu bagi Vigi, "That's so sweet, thank you Cal." Calum menyambut uluran tangan Vigi.
Pun lelaki itu menarik gadisnya untuk mendekat padanya, membiarkan terhapusnya jarak diantara mereka berdua. Suasana pantai yang lumayan ramai membuat Vigi sedikit terganggu, "Aku akan menggendongmu ke pantai."
Tiba-tiba Calum bersiap, dia merendahkan tubuhnya sehingga Vigi bisa dengan mudah naik ke punggungnya.
"Demi apapun Cal, aku masih bisa berjalan." tolak Vigi secara tak langsung.
"For fuck's sake, Vi. It's summer! Kita dan setiap orang di tempat ini sedang berlibur dan mencari kesenangan, ayolah babe! Aku mohon padamu." Calum menoleh kearah Vigi dengan tatapan memohonnya. Hati Vigi pun seketika luluh. Akhirnya dia mulai naik ke punggung Calum lalu lelaki itu mulai menggendongnya menuju pantai.
Vigi tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, datang ke pantai dan menikmati festival yang sedang berlangsung. Mungkin seketika itu pikirannya soal Calum di masa lalu langsung sirna. Bisa dibilang, Vigi jatuh cinta terlalu dalam pada Calum.
"Kau tahu kenapa aku menyukai pantai?" kini mereka tengah terduduk bersebelahan diatas hamparan pasir pantai, sesekali Calum mendekatkan tubuhnya kearah Vigi.
"Aku tak tahu, memang kenapa?" Calum bertanya ingin tahu. Seolah membuat teka-teki, Vigi hanya tersenyum sekilas lalu terdiam cukup lama.
"Karena dengan menatap luasnya lautan, kadang aku berpikir jika saja semua perasaan bersalahku itu akan larut dan terbawa oleh ombak menuju ke tengah. Dan setelahnya mereka akan hilang semakin jauh."
"Tapi air laut akan turun sebagai hujan." Calum menimpali.
"Maka dari itu, mereka hanya membawanya sesaat. Kemudian di tahun yang baru mereka kembali datang. Hidupku tak pernah sebahagia itu Cal. Selalu ada beban yang bersarang di hati dan pikiranku."
"Kesalahan tentang apa misalnya?" Calum kembali bertanya penasaran.
Tentang rasa cintaku padamu, sejak usiaku masih 13 tahun, Vigi membatin.
"Kesalahan tentang mencintai seseorang yang harusnya tidak aku cintai." Vigi menjawab.
Mendengar perkataan itu, Calum terenyak. Dia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya meneruskan, "Setiap orang berhak dicintai." Calum tersenyum lebar dengan tatapan yang menjurus pada Vigi dengan intens.
Lambat laut gadis itu mulai menunjukkan lengkungan kecil dari kedua sudut bibirnya.
"Tapi Vi, ingat bahwa aku akan membawa segala kesalahan itu tanpa tersisa. Aku akan membawanya menjauh darimu dan tak akan pernah mengembalikannya padamu. Aku berjanji."
Kembali, sepasang anak manusia itu menautkan kedua jari kelingkingnya sebagai bukti bahwa mereka akan terus menjaga janji yang telah dibuat.
**
Jadi, ceritanya karena 'Mind' gue masukin kategori short story maka dari itu bentar lagi bakal ending. Tunggu antara 3-4 chapter lagi dan bakal selesai :3
Kalo memungkinkan bakal ada bonus chapter kok ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind ツ c.hood ✅
Fanfiction❝Would you lose your mind, if I lost mine too?❞ a Calum Hood's short-story [COMPLETED] Copyright © 2015 by liamsterdamxo. All Rights Reserved