Bonus Chap [one]

1.2K 130 6
                                    

"Kau tahu warna pelangi? Apa menurutmu pelangi itu cuma ada tujuh warna, mejikuhibiniu?" Vigi membenamkan kepalanya di permukaan dada bidang Calum yang terbalut t-shirt tipis berwarna putih.

Calum menautkan kedua alisnya, matanya menyipit sambil memajukan bibirnya, "Hmmm, kalau aku jawab pelangi itu hanya ada satu warna?"

"Kenapa pendapat kita berbeda?" Vigi mendengus, dia memajukan bibirnya. Calum yang melihat ekspresi itu pun langsung tertawa.

"Kau lucu. Eh, tunggu--aku jadi ingat sesuatu." Calum mengusap kepalanya perlahan, mencoba mengingat apa yang seharusnya diingat.

"Apa?"

"Kau belum mengingat semuanya, tapi siapa tahu kau mengingat kejadian ini." Vigi menggeleng tak mengerti, pernyataan Calum membuatnya bingung.

"Jadi begini, beberapa waktu sebelum kau membawaku kemari, kita berdebat soal warna pelangi."

"Astaga, aku mengingatnya." Vigi terkejut ketika Calum membawa kembali ingatannya, dia terbangun dan langsung duduk menatap Calum dengan sepasang mata coklatnya.

Tepat pada kejadian itu, Vigi ingat bagaimana dia memperlakukan Calum. Awalnya, dia menghiraukan Calum dengan kembali menekuni novelnya, namun tiba-tiba Vigi memaklumi keadaan Calum dengan berjanji padanya, "Would you lose your mind if I lost mind too?" gumamnya.

"Astaga, kau ingat?" Calum tersenyum sumringah, dia tak percaya bahwa setelah sekian lama memori itu terkubur akhirnya kembali lagi.

"Hanya itu yang aku ingat, aku serius." Vigi mengacungkan kedua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah secara bersamaan, dia pun menunjukkan cengiran khas.

"Iya aku tahu Sayang." Calum terkekeh. Dia menarik Vigi kedalam pelukannya, mengelus rambut gadisnya dengan lembut lalu mencium keningnya perlahan. Belum sampai itu, Calum lantas menggelitik pinggang Vigi sampai gadis itu terpingkal, dia merusaha meloloskan diri namun tenaga Calum cukup kuat untuk menahannya.

"Perutku sakit Calum sialan!" Vigi berusaha meninju lengan Calum, kali ini tak kena. Alhasil dia berusaha menstabilkan napasnya terlebih dahulu.

"Hei kau tahu berapa lama aku menunggu ingatanmu kembali?" Vigi kemudian menyambar.

"Memangnya kau ingat?" Calum membalas dengan nada mengejek, dia kembali meraih tubuh Vigi dan merengkuhnya.

"Berapa ya?" Vigi menerka, entah benar-benar tahu atau tidak.

"Satu tahun lebih beberapa bulan, tebakku semoga benar." Calum terkikih namun kemudian dia mencium bibir kekasihnya dengan lembut.

"Sekarang apa kau benar-benar telah mengingat semuanya, Cal? Kau membuatku jadi penasaran."

"Kalau aku berkata jujur, tentu saja aku sudah mengingatnya, ini kan bukan amnesia permanen. Semakin cepat aku bisa mengingat semuanya." Calum menjelaskan dengan seksama. Meskipun kembali kehilangan ingatannya, namun Calum sembuh dengan cepat yaitu sekitar 6 bulan setelah kecelakaan keduanya.

"Tapi kalau aku bohong, aku bahkan akan menyimpan amnesia itu sampai kau sembuh dari amnesia sialan yang kau derita, Vigi Sayang."

Vigi tersenyum, merasakan betapa manisnya kata yang terlontar dari bibir Calum barusan. Dia nyaris merasa tak berguna selama kurun waktu 2 tahun ini, dia bergantung pada ibunya-- Katrina untuk mencukupi kebutuhannya. Dia tak bisa bekerja secara formal karena ingatannya saat belajar di sekolahnya dulu nyaris hilang secara keseluruhan.

"You make me almost cry, fuck you." Vigi mengusap matanya seolah dia memang mengeluarkan air mata, namun air mata itu sebenarnya masih mengumpul di matanya.

Mind ツ c.hood ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang