"Welcome to home sweet home." Vigi mendorong knop pintu dengan perlahan. Seketika ruang tamu yang bernuansa putih itu terlihat dengan jelas di pandangan mereka.
Sofa, bufet, dan hiasan-hiasan dinding disana dilapisi oleh kain putih yang menahan agar debu tak mengotori permukaannya.
Calum memang tak pernah pulang sejak kecelakaan itu. Rumahnya disita karena hutang yang membelit keluarganya. Dia hidup sebatang kara dengan ingatan yang belum juga pulih.
"Kau yakin kan jika ini rumahku?" tanya Calum tiba-tiba yang sontak membuat Vigi terkejut. Gadis itu menoleh kebelakang dan mendapati Calum yang sedari tadi berjalan di belakangnya tengah terdiam mematung diambang pintu.
"Calum, aku tahu ini rumahmu. Saat ulang tahun ke-18 mu, aku pernah kemari." kemudian Vigi menarik lengan lelaki itu. Calum dengan tatapan matanya menyapu keseluruh ruangan, berharap bahwa akan ada sedikit ingatan yang muncul di otaknya.
Tangannya meraba bufet di dekat sofa kemudian menyibak kain putihnya satu per satu. Diatas bufet itu terdapat bingkai foto yang membingkai sebuah kenangan tentangnya. Foto seorang lelaki dengan wajah mirip orang Asia. Itu dirinya, si Calum Hood remaja.
"Apa menurutmu ini fotoku?" Calum menyodorkan sebingkai foto kehadapan Vigi.
Gadis itu mengerutkan keningnya, "Ya! Ini fotomu saat masih di SMP. Aku mengingatnya." Vigi meraih foto tersebut dan mencoba mengamatinya lagi.
"Lalu apakah kau bisa menjawab ini? Apakah aku orang Asia?" Calum melontarkan pertanyaannya dengan penuh rasa penasaran. Pemikiran itu tiba-tiba melintas di otaknya.
Vigi menggeleng, "Aku tak tahu pasti. Tapi seingatku bukan."
"Lalu kenapa semua orang menganggap kalau aku orang Asia?" Calum menjulurkan kepalanya untuk melihat foto yang berada digenggaman Vigi. Dulu lelaki itu memang tampak lebih mirip orang Asia dibanding sekarang.
"So, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Calum.
Vigi langsung melipat kedua tangannya diatas dada. "Astaga Calum, aku kan sudah bilang saat di mobil tadi. Kau akan membersihkan rumah ini, menemukan beberapa barang untuk mengembalikan ingatanmu, dan mengingat semua kenanganmu sebelum terjadinya kecelakaan itu. Kau mengerti?" perintah Vigi bagaikan seorang guru yang galaknya minta ampun.
Calum tak bisa mengelak, dia mengangguk lalu menuju ruangan lain untuk dibersihkan. Karena rumah ini sudah sepenuhnya kembali, Vigi berpikir bahwa lebih baik Calum tinggal di tempat ini daripada terus bersamanya. Tentu tempat ini punya banyak kenangan dibanding rumah mereka sekarang.
"Vi! Aku ingat sesuatu!" teriak Calum dari dalam kamar. Vigi yang semula menyibak-nyibakan kain putih di ruang tengah langsung berlari secepat mungkin dan mendapati Calum tengah tertidur terlentang diatas kasurnya.
"What? Jangan bilang kau hanya ingin mengerjaiku, Calum Hood." gadis itu mendengus.
"Well yeah, aku ingat. Ini kamarku, tentu saja." lelaki itu terkekeh. Sekarang dia dalam posisi duduk dan menghadap kearah Vigi.
Benar saja, ini memang kamar Calum, kamar yang dipenuhi banyak poster band rock dan beberapa lembar artikel koran dan majalah yang dijadikannya semacam mading. Sungguh menggambarkan sebuah kamar seorang remaja lelaki yang punya kehidupan menyenangkan.
"Um, Vig.." Calum menggaruk tengkuknya, tampak kagok dengan kata sapaannya. Lelaki itu tak pernah, bahkan ini pertama kalinya dia memanggil Vigi dengan sapaan Vig yang terdengar asing di telinga gadis itu.
"What?" kaki gadis itu melangkah mendekat. Dia tertarik untuk duduk tepat disebelah Calum, bokong gadis itu sudah terduduk tepat diatas kasur yang sama.
Pikiran Calum seakan membeku ketika Vigi ada di dekatnya. Rupanya lelaki itu memendam sesuatu.
"Cal, kau baik-baik saja kan?" dengan sekali gerakan, Vigi menyentuh pundak Calum perlahan sembari mengelusnya.
"Kau boleh menganggapku gila. Kau boleh mengganggapku kehilangan pikiran jernihku. Kau boleh menganggapku kehilangan kewarasanku." mendengar perkataan yang terlontar dari Calum membuat Vigi mengerutkan keningnya tak mengerti, "Kau kenapa sih Cal? Langsung ke poin pentingnya saja lah." kata Vigi.
Calum meraih tangan Vigi dan menggenggamnya, "Aku mencintaimu." perkataan yang meluncur dari bibirnya sontak membuat jantung Vigi memompa dua kali lebih cepat.
"Tapi Cal, aku-"
# #
Camila Cabello as Vigi Townsley
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind ツ c.hood ✅
Fanfiction❝Would you lose your mind, if I lost mine too?❞ a Calum Hood's short-story [COMPLETED] Copyright © 2015 by liamsterdamxo. All Rights Reserved