XXXVII

189 37 4
                                    

"kenapa ke tangan Evan?" Tanya Grace.

"YAKAN ARA SAMA NAYLA GAADA HUBUNGAN DARAH DONGO" ucap Helena dan Angel bersamaan.

"ahh iyaa lupa.."

**

Sudah hampir seminggu Evans tak kembali ke rumah, ternyata ia betah tidur di rumah Sheilla. Nayla sendiri tak ambil pusing dengan hal tersebut.

"ayah kemana sih bun?" tanya Ara.

"ayah kerja keluar kota sayang, nanti pas ayah pulang pasti ayah bawa mainan banyak buat kalian" jawab Nayla.

"wahh cii ayah baik banget yaa.." ucap Belva.

"iyaadong, ayahnya Ara sama Belva" ucap Ara bangga.

"yauda kalian tidur sana, udah malem besok harus ke sekolah pagii" ucap Nayla.

Kedua putrinya masuk ke kamar lalu Nayla membersihkan diri untuk langsung tidur.

"udah ga pulang, ga kasi kabar.. mau nya apa" gerutu Nayla.

Saat Nayla ingin membaringkan tubuhnya, ada seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia bergegas turun ternyata mba Ayu sudah terlebih dahulu membuka pintu.

"siapa mba?" tanya Nayla.

"tuan Evan nonyaa.." jawab Mba Ayu lalu pergi meninggalkan ambang pintu.

"kemana aja?"

"gausa sok manis, gue tau ya apa yang lu lakuin selama ini.. jangan pura pura bego deh" ucap Evans.

"lah apasi?"

"Sheilla keguguran, dia udah cerita semuanya.. dia juga udah cerita apa yang lu lakuin ke dia selama gue tinggal kerja" ucap Evans.

"lah akutu diem dirumah, ga ngapa-ngapain" elak Nayla.

"alesan mu klasik banget" ucap Evans melenggang masuk ke kamar.

"Vannn.." panggil Nayla.

Nayla mengikuti langkah Evans memasuki kamar, dilihatnya Evans sedang di kamar mandi membersihkan diri.

"terus kamu langsung percaya sama dia? nggak minta penjelasan dari aku dulu?"

"pencuri tuh gaada yang mau ngaku kalo dia nyuri, pembunuh gaada yang mau ngaku kalo dia ngebunuh" jawab Evans.

"jadii?" Tanya Nayla.

"jadi.. mungkin mulai sekarang aku udah gabisa percaya lagi sama kamu" ucap Evans santai. "aku mau ke rumah Sheilla lagi.."

"okei kalo itu mau kamu, besok siang kesini tanda tangan surat cerai.."

"aku udah urus, kemarin aku gak pulang tuh ngurus ke pengadilan agama" ucap Evans menyerahkan surat pengadilan. "jangan lupa dateng ke sidang yaa..".

Evans meraih tas nya kembali, ia keluar rumah dan meninggalkan rumah. Memang rumah itu atas nama Nayla.

Nayla memandangi amplop berwarna coklat di tangannya. Mungkin ia siap untuk bercerai dengan Evans, tapi ia tak siap kalau harus melihat kedua putri nya tumbuh tanpa ayah.

loveable.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang