II

662 61 2
                                    

Evans bergegas kembali ke ruangannya. Membuka layar CCTV. Mengutak-atik waktu dan tanggal dimana laporan keuangan itu di buat dan dilaporkan, susah. Evans tidak menyerah untuk mencari bukti, meski nanti hasil itu tidak membuktikan apapun setidaknya Evans akan lebih belajar mengatur keuangan lebih teliti. Kurang lebih 2 jam Evans didepan layar itu, tanggal 15 April tepatnya pukul 11.50 laporan keuangan sampai di tangannya, diserahkan oleh kepala bagian keuangan. Ia memundurkan waktu, pukul 11.40 kepala bagian keuangan mengobrol membawa berkas itu dengan salah satu karyawan kelas atas, sekretaris. Kepala keuangan memberikan secarik kertas kecil kepada sang sekretaris. Lalu bergegas menuju ruangan Evans.

Jam pulang kantor sudah terlewat 30 menit yang lalu, namun Evan masih setia didalam ruangannya. Ia sengaja menunggu seluruh karyawan nya pulang lalu ia akan pulang. Pukul 6 sore kantor sudah kosong, hanya ada Evans dan beberapa satpam dibawah. Evans keluar dari ruangannya menuju meja sekretarisnya. Mencari apa yang harus ia dapatkan, kertas itu. Kecil kemungkinan jika itu bukti, tapi tidak ada salahnya Evans ber prasangka. ia buka laci demi laci sekretarisnya. tiba-tiba empu nya meja datang.

"Bapak? Kenapa ya pak?" Tanya wanita paruh baya itu. "Ada yang perlu saya bantu? Bapak mencari dokumen?".

"Ehh iya.." ucapan Evans terpotong. "Data karyawan kamu yang simpan? Saya mau cek data data tersebut, tolong carikan" timpal Evans.

Beruntung, Evans bisa membuat alasan sedikit masuk akal. Aksi nya tertunda, bukan waktunya ia untuk mencari itu. Dokumen sudah di tangannya, ia kembali ke ruangannya. Melempar data tersebut ke atas meja nya. Sekarang waktunya ia pulang, sudah terlalu larut di kantor. Evans melajukan mobilnya menuju rumah.

sampai rumah Evans langsung masuk ke kamar, kembali melihat rekaman CCTV yang sudah ia pindahkan ke flashdisk. Ia menundurkan waktu berusaha mengikuti gerak gerik kepala bagian itu, menulis sesuatu di kertas kecil. Entah apa yang ditulisnya, saat ini Evans belum ingin menyimpulkan. Ia memilih membersihkan diri, lalu turun untuk makan malam bersama keluarganya.

"Gimana van di kantor?" Tanya Atma, sang papa karena dulu nya itu adalah perusahaan papa Atma yang sekarang dipegang evans. "gaada kendala kan?".

"Everything is good" ucap Evans cepat, lalu melanjutkan acara makan malamnya.

"Yang tadi siang emang udah kelar ko?" Ucap Bryan lagi-lagi tidak diberi rem. "Bukannya tadi siang....". Ucapan Bryan terputus saat Evans dan juga Jason melototi nya.

"tadi siang kenapa van?" Tanya Alda, mama nya memberhentikan gerakan tangannya. "Gapapa kan?"

"Gapapa mom, tadi siang ada karyawan Evans yang tiba-tiba izin pulang karena keluarga nya ada yang meninggal, tapi ninggal kerjaan. Tapi sekarang udah ke handle sama karyawan lain.." ucap Evans menjelaskan. "Yesus maaf Evans harus bohong" batinnya melanjutkan.

"Yauda kalo gaada apa-apa, kamu cerita loh kalo ada apa-apa nanti papa bantu" ucap papa Atma kepada Putranya.

Makan malam hari ini sudah selesai, Evans meminta Jason dan Bryan ke kamar nya setrlah makan malam. Tentu untuk di introgasi dan cerita apa yang ia lihat di rekaman CCTV, terlebih Bryan yang tiba-tiba keceplosan, adiknya itu benar-benar tidak bisa di andalkan. Evans membuka laptopnya, membuka kembali rekaman CCTV. Ia masih penasaran kertas apakah itu dan aap yang ditulisnya. Tak lama Jason dan Bryan beritingan memasuki kamar Evans lalu duduk diatas ranjang Evans dengan mutados, muka tanpa dosa.

"Apa ko?" Tanya Jason kepada Evans yang masi fokus dengan rekaman itu. "Liat apa sih lo? Fokus amat" Jason menghampiri Evans diikuti Bryan.

"Ini rekaman CCTV kan ko?" Ucap Bryan. "Ada hasil atau bukti apa gitu ko tentang keuangan lo tadi siang?" Tanya Bryan lagi.

Evans memundurkan kursinya, memberi kode kepada Jason dan Bryan untuk duduk diatas Ranjang. Ia akan mulai bercerita kejadian tadi siang. Evans menceritakan apa yang ia lihat di rekaman CCTV, dari gerak gerik kepala bagian keuangan sampai sekretarisnya sendiri. Jujur Evans bingung dengan situasi seperti ini.

"Jadi gimana? Lo belum dapet dong bukti nya?" Tanya Bryan. "Yaa belom waktunya aja ko, lo tunggu aja kapan tanggal mainnya" tambahnya.

"ngahahah tunggu dulu, keep calm. Lo pantau mereka dari jauh, kalau udah mulai gak beres bertindak" ucap Jason.

"Sebenernya uangnya gaada masalah, gak bakal ngaruh apa-apa perusahaan kehilangan uang segitu. Tapi yang gue butuh tanggung jawab mereka sama kepercayaan yang gue kasih ke mereka" tutur Evans.

"Jangan ambil keputusan seenaknya, lo nge PHK juga butuh kasi pesangon. Menurut gue, denger apa alesannya kayak gue bilang tadi siang. Rasa tanggung jawab yang punya cuma diri sendiri, balik ke elo nya bakal percaya lagi nggak sama mereka pas lo tau kebenarannya" ucap Bryan panjang lebar.

"Iyalah.. gua bakal pikirin semuanya mateng-mateng kalau emang alasannya bisa gue terima ya sebisa mungkin gue maafin, kepercayaan yang gue kasih itu" ucap Evans. "Oiya..."

"Kenapa lagi?" Tanya Jason dan Bryan bersamaan.

"Lo bisa jaga mulut gak si bry? Kalo gak di pelotot in mulut lo liar banget deh, minta di sogok martabak?" Ucap Evans sedikit geram.

"Tau tuhh mulutnya Bryan gadikasi rem, main trobos ae hahhaha, untuk kejadian 2 minggu lalu nggak kebocoran sampe ke mama ato bahkan Ci Valen" ucap Jason menatap Bryan tajam.

"Iyee kan gua orang nya baik, jiwa jiwa kejujuran nya tu banget banget, agak kurang bisa kalo suruh boong. Gak bakat" ucap Bryan bangga.

"Bakat pala lo! Lo berbakat kek gitu bisa abis koko koko mu ini sama mama Alda sama Ci Valen apalagi kali sampe papa tau" timpal Evans.

"Hahahah gak lah gakbakal lagi gue, mulut gue aman kok tenang. Asal ada martabak wkwk" ucap Bryan diakhiri kekehan.

"Diem mending daripada gua seselin roda mobil sih itu mulut dah.. ngamong ae kita" ucap Jason mengajak kedua sodaranya.

**

Pagi ini Evans datang lebih awal. Ia menanda tangani dokumen dokumen yang sudah ada diatas mejanya. Evans membuka komputernya mengecek kegiatan nya hari ini, karena sekretarisnya belum sampai ke kantor. Meeting, meeting, dan meeting. Tidak ada kemungkinan Evans untuk kembali mengecek meja sekretarisnya. Hari sudah mulai siang, meeting hari ini di restorant di salah satu mall semarang. Evans berangkat bersama sekretarisnya. Evans singgah ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar dan menambah angin mobil, ia keluar dari mobil memasuki mini market. Membeli berapa camilan dan minuman. Ia keluar menunggu mobilnya selesai di isi angin. Ia memakan camilannya dan meminum kopi instantnya. Mengedarkan pandangannya melihat sekretarisnya fokus dengan handphonenya tanpa memperdulikan ada bos nya disini. Saat ia menuju mobilnya, tiba-tiba....

**

Tbc.
Haihai, enjoy ya aku tunggu votement nya-!
love selaut

loveable.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang