VII

415 45 3
                                    

hari ini Evans meliburkan diri. Entah apa yang membuatnya enggan pergi ke kantor, intinya ia hanya ingin dikamar seharian ini. Ia mondar mandir di kamarnya, sampai akhirnya kedua adik tersayangnya menerobos masuk setelah beberapa kali mengetuk pintu tak ada jawaban.

"lo baru apa? Senam yoga?" Tanya Bryan menatap Evan yang masih menyibukkan diri dengan kenyetrika kamarnya.

"biarin emang agak shintink orangnya, gapunya cewe kan lama-lama stress" ucap Jason mengalihkan pandangan ke ponsel.

"jee!! Cariin gue cewe tolong ah" mimik Evan berubah menjadi sok menyedihkan terlebih saat ia memanyunkam bibirnya sesaat. "bosan gue lo ejek mulu setiap ketemu".

"Sorry ga dlu, mending minta Bryan relasi dia lebih besar kan? Lo mau emang pacaran sama om om rental mobil?" Ucap Jason.

"kalo anaknya cantik ya kenapa engga si?" Ucap Evan seadanya.

"cari dewe karyawan lo kan pada cakep tuh.. pcarin satu lahh, yang udah punya suami juga boleh kalo udah siap tinggal nama doang" ucap Bryan tak mau kalah.

"lo mau emang gada nama lo di kartu keluarga? Bryan Anderson Atmaja, salah Bryan Anderson resmi keluar dari KK papa Atma, mau?" Ucap Evan.

"Kalo gue udah nikah, kan nama gue ilang. Yauda nunggu gue nikah" ucap Bryan.

mereka melanjutkan percakapan-percakapan tak berbobot diselingi candaan dan tertawa, sampai salah satu dari mereka pamit untuk ke kamar mandi. Jason melenggang menuju kamar mandi untuk menyelesaikan akhtivitasnya. Berbarengan dengan Jason keluar kamar mandi, jendela kamar Evan yang mengarah ke balkon pecah. Tersisa pecahan kaca dan batu besar disana. Evan mengedarkan indra pengelihatannya namun nihil, orang itu berhasil pergi.

"siapa ko? Ketangkep gak?" Tanya Jason menunguti pecahan kaca di sekitar jendela.

"Gadapet je, jalan satu-satu nya cctv. Yang gue takutin cuma satu, dia nyerang sisi lain juga dan buruknya kamar mama sama papa kan juga di sisi samping" ucap Evan menerawang jauh.

"yauda ayo cek kamar mama papa dulu, ini disinu dulu biarin deh gampang" ucap Bryan lalu menuju kamar mama dan papa nya.

setelah mereka sampai di ambang pintu kamar, terlihat tenang. Seharusnya kalau ada peristiwa pasti ada kegaduhan, hati mereka cukup lega. mereka menuju ruang keamanan untuk cek ulang rekaman cctv. Memundurkan waktu beberapa menit dimana waktu kejadian.

"bodo banget ya dia? ngelakuin penyerangan di tempat kayak gini tapi gapake samaran. Udah siap tinggal nama ya dia?" Ucap Bryan menangkap sosok itu.

"suka banget ya lo liat orang mati?" Tanya Jason.

"iyaa, terlebih kematian orang yang tanya" ledek Bryan. "siapa dan apa ya motif nya ko?"

"Threvino Andreasta, siapa lagi kalau bukan keturunan Andreas. Keluarga paling tersanjung di Semarang setelah keluarga papa Atma bukan? anak tunggal dia wajar kalau kelakuan dia seperti anak kecil" ucap Evan panjang lebar

"jadii? Menurut lo? Motif dia apa?" Tanya Jason.

"bisa jadi motif batik, atau bunga gitu biar cakep warna pink" ucap Bryan.

"DONGO!!" Teriak Jason dan Evan bersamaan.

"la ko ngamokk"

"cuma ada dua kemungkinan menurut gue. Pertama dia mau menggeser kedudukan keluarga kita, kedua mungkin dia ga terima, soalnya beberapa bulan lalu perusahaan mereka mengajukan kerja sama, tapi gue tolak ya soalnya ga se prinsip dan perusahaan kita juga baru ada kendala soal penggelapan uang itu" jelas Evan.

"jadi? Lo mau tindak lanjutin enggak? Kita belom tau pasti maksud dia apa kan?" Tambah Bryan.

"udahlah biarin aja dulu selama dia gak nyenggol papa mama, masih aman juga menurut gue. Oiya Bry minta tolong keamanan di perketat ya" ucap Evan.

loveable.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang