[02] EPIPHANY - Helm keramat

69 27 2
                                    

Setelah selesai melaksanakan hukumannya bersama Kara. Kiran, Kara dan Dayana memilih untuk pergi ke kantin seperti biasa karena bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.

Kiran mengedarkan pandangannya untuk mencari meja yang masih kosong untuk mereka bertiga tempati. Gadis itu menemukan satu meja kosong didekat stand Jus.

"Itu kosong." Ujar Kiran sambil menunjuk meja tersebut. "Bagian siapa sekarang?"

"Sekarang hari rabu kan, berarti waktunya Dayana." Jawab Kara.

Dayana mengangguk. Mereka memang mempunyai jadwal bergantian untuk memesan makanan. Hari senin dan kamis adalah bagian Kara, hari selasa dan jum'at bagian Kiran, lalu hari rabu dan sabtu bagian Dayana.

Dayana mengangguk. "Mau apa sekarang?"

"Batagor." Jawab Kiran cepat.

"Kalau gitu minumnya Jus Alpukat aja, tempat kita juga deket tuh sama stand Jus." Timpal Kara.

"Tapi yang gue jangan pake gula ya." Ujar Kiran.

"Oke,"

Dayana meninggalkan meja untuk pergi ke stand makanan yang akan mereka beli. Sambil menunggu, Kiran memilih untuk memainkan ponselnya, sedangkan Kara sibuk memakai bedaknya.

Disisi lain, Dayana tengah berada di stand Jus untuk membeli jus yang mereka inginkan.

"Bu Ani yuhuuuu, jus alpukat 3 ya! Yang satu jangan pake gula."

Bu Ani mengacungkan jempolnya. "Siap nengg."

Dayana melihat seorang lelaki yang baru saja datang ke stand jus, lelaki itu berdiri tepat disebelahnya.

"Piuit Bu Ani yang cantiknya macam burung angsa. Jus mangga 1, jambu nya 3 ya."

Sadar diperhatikan seseorang, lelaki itu menoleh. "Apa liat-liat? Gue bukan pisang."

Dayana membulatkan matanya. "Terus maksud lo, gue monyetnya?!"

Lelaki itu mengedikan bahunya. "Gue nggak bilang ya, lo mengakui sendiri."

"Kampret banget!"

"Siapa." Lelaki jangkung itu menoleh.

"Lo!" Sahut Dayana sewot.

"Yang tanya." Lelaki itu kembali menoleh ke depan. "Bu Ani cantik, ini uangnya. Devan ganteng menunggu dimeja ya bu!"

Setelah mengatakan itu, lelaki tersebut pergi meninggalkan Dayana.

Dayana menggeram. "Emang Devan kampret!"

Merasa diabaikan, Dayana memilih kembali melihat Bu Ani yang sedang membuat Jus. 15 menit berlalu, akhirnya Dayana kembali ke mejanya dengan membawa nampan yang diatasnya ada jus.

"Batagor nya udah dianterin?" Tanya Dayana.

Kiran mengangguk. "Itu,"

Dimeja lain, 4 cowok tengah membahas malam nanti mereka akan nongki dimana. Padahal mereka ada tempat nongki favorite, tapi si Devan ini bawel katanya pengen nyari cuci mata ditempat yang baru.

"Moonlight Coffee." Saran Alfin.

"Ah kagak mau, disana tempatnya ngebosenin, tempatnya para jomblo yang patah hati." Tolak Devan sambil menggelengkan kepalanya.

"De'Astroly Cafe." Kali ini Kenan yang menyarankan.

"Ogah, tempat para orang bucin, roman banget tempatnya, kagak mau!" Tolaknya lagi.

"Ribet anjir si Devan, udah kagak usah nongki." Sewot Alfin.

"Bandidos Cafe."

"Kagak."

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang